BAB 5: SENTUHAN PERTAMA DI DAPUR
215Please respect copyright.PENANAZDQkbpXWC6
215Please respect copyright.PENANAAAzvPLIiKN
215Please respect copyright.PENANAEcVa9q5qlw
Pagi berikutnya, aroma kopi hitam pekat menyelimuti ruang makan rumah Jule. Ustadz Syaiful duduk di kursi kayu favoritnya, menyesap kopi dari cangkir keramik sambil membaca koran pagi. Cahaya matahari pagi menyusup melalui tirai tipis, menerangi wajahnya yang tenang. "Umi, tolong panggilkan Deni di kamarnya. Abi ada perlu," katanya lembut pada Jule, yang sedang menyusun sarapan di meja.
215Please respect copyright.PENANAxLHO15Cqt7
215Please respect copyright.PENANAPFnmHVz0v2
215Please respect copyright.PENANA6Mvy6yYOmu
Jule mengangguk, hatinya sedikit berdebar tanpa alasan jelas. Ia bangkit, langkahnya ringan menaiki tangga kayu ke lantai dua. Sesampainya di depan kamar Deni, pintu ternyata tidak tertutup rapat—ada celah lebar yang menyisakan pandangan ke dalam. Jule ragu sejenak, tapi rasa penasaran membuatnya mengintip.
215Please respect copyright.PENANAee9f2iBtu4
215Please respect copyright.PENANA3klvFUfPv5
215Please respect copyright.PENANAfL1ejwCXQd
Di dalam, Deni baru saja selesai mandi setelah membersihkan kebun depan. Tubuhnya yang kekar masih telanjang, air mandi menetes dari otot-otot dada dan perutnya yang terpahat, mengalir ke bawah. Matanya melebar saat pandangannya tertuju pada penis Deni yang terkulai lemas di antara pahanya—ukurannya besar, bahkan dalam keadaan lemas, membuat dada Jule berdesir hebat.
215Please respect copyright.PENANA6R773dVtwk
215Please respect copyright.PENANAL6J7TDdaji
215Please respect copyright.PENANAZzH4QcOVO8
Ya ampun, gede banget, gumamnya dalam hati, wajahnya memanas. Ia memperhatikan Deni memilih pakaian dari lemari, gerakannya santai, otot lengan menegang saat mengangkat baju. Jule menelan ludah, bayangan mimpi semalam melintas samar, membuat pahanya terasa hangat.
215Please respect copyright.PENANA3xi1nvVNg0
215Please respect copyright.PENANAvIWXYBibPE
215Please respect copyright.PENANAUNLoya1FNY
Setelah Deni memakai celana panjang dan kaus sederhana, Jule baru mengetuk pelan pintu. "Bang, dipanggil sama suami saya di bawah," katanya cepat, menyembunyikan pipinya yang mulai merah padam dengan menunduk.
215Please respect copyright.PENANAbpTyYt0T8b
215Please respect copyright.PENANAVIQQVrBv5u
215Please respect copyright.PENANACpjUsa61mo
Deni menoleh, matanya menyapu tubuh Jule yang ramping dalam kaos longgar dan celana panjang longgar. "Oh iya, Mbak. Nanti saya ke bawah," balasnya santai, senyum tipis di bibirnya seolah tahu ada yang mengintip.
215Please respect copyright.PENANATs3CoVN1RO
215Please respect copyright.PENANAMp1ADOfdLN
215Please respect copyright.PENANAL0BqE33oav
Di bawah, Ustadz Syaiful sudah menunggu dengan beberapa barang bawaan—buku-buku agama, tas jinjing, dan kotak peralatan ceramah. Saat Deni turun, ia langsung disambut. "Den, tolong kamu bawain ini ya, masukin ke bagasi mobil," pinta Ustadz sambil menunjuk tumpukan itu.
215Please respect copyright.PENANAurbVrzutca
215Please respect copyright.PENANA1bqG6CU3Ni
215Please respect copyright.PENANANGwMHyq4ng
"Iya, Pak," jawab Deni singkat, tangannya yang kuat mengangkat barang-barang dengan mudah menuju mobil yang terparkir di carport. Hari itu, Ustadz Syaiful punya kegiatan mengisi acara di sebuah pondok pesantren di pinggiran kota—ceramah tentang ketabahan iman. Deni membantu memuat semuanya, matahari pagi sudah mulai menyengat kulitnya.
215Please respect copyright.PENANAwEIKF2Q9YR
215Please respect copyright.PENANAqxd8jB7Nl8
215Please respect copyright.PENANAMNmRJzhafM
Siang hari tiba dengan terik yang membakar. Deni berada di halaman belakang, menyeka keringat dari dahinya sambil menatap jemuran yang bergantung di tali jemuran. Angin pelan menggoyang pakaian-pakaian, dan di antara kaos serta celana, ada pakaian dalam Jule—bra hitam renda dan celana dalam tipis yang bergoyang lembut. Deni terpaku, imajinasinya melayang ke tubuh Jule yang ia lihat sekilas pagi tadi, penis-nya berdenyut pelan di balik celana kerja.
215Please respect copyright.PENANADvfElkf7gm
215Please respect copyright.PENANAiE6GHRlXX7
215Please respect copyright.PENANASaphd1cqwq
"Hayo, liatin apa?" suara Jule tiba-tiba mengagetkan dari belakang, membuat Deni tersentak.
215Please respect copyright.PENANAX9ShC29jAD
215Please respect copyright.PENANAvjygRA0vCV
215Please respect copyright.PENANAGuTJCfnHwm
Ia berbalik cepat, melihat Jule berdiri di ambang pintu belakang, tas belanja di tangan, wajahnya segar setelah dari pasar. "Eh, Mbak Jule. Dari mana Mbak? Kok baru pulang?" tanyanya, berusaha tenang meski jantungnya berdegup.
215Please respect copyright.PENANAsBxkHLoZIe
215Please respect copyright.PENANAdJ2OtHN0Tk
215Please respect copyright.PENANAf3NcxKzVtR
"Abis belanja, Bang. Abang ngapain di sini? Bengong ngeliatin jemuran, liatin daleman saya ya? Hihihi," goda Jule ringan, matanya berbinar nakal, tapi ada nada gugup di suaranya.
215Please respect copyright.PENANA9oEfbrQoAE
215Please respect copyright.PENANA3jF6FXWEb8
215Please respect copyright.PENANAxiZipdQwi3
Deni terkekeh, memanfaatkan momen. "Hehehe... Iya, Mbak. Lagi ngebayangin sih, bungkusnya aja gede, apa lagi isinya," balasnya, suaranya rendah dan penuh godaan, matanya menatap Jule dengan intens.
215Please respect copyright.PENANAor37SPRLfH
215Please respect copyright.PENANAjE2eiBkedU
215Please respect copyright.PENANAVbJAGiQAf6
Pipi Jule memerah seketika, tapi ia tak mundur. "Ih, si Abang udah berani nakal sama istri majikan ya. Hehehe," katanya, tangannya memainkan ujung hijabnya.
215Please respect copyright.PENANA3gwd7dY8Hr
215Please respect copyright.PENANAwsfsZdwYP6
215Please respect copyright.PENANAEJTk3vqMm9
"Bukan nakal, Mbak. Cuma penasaran aja. Pasti Ustadz Syaiful beruntung banget punya istri kayak Mbak," goda Deni lagi, langkahnya mendekat sedikit, aroma keringat maskulinnya samar tercium.
215Please respect copyright.PENANAVpGjYRm8GO
215Please respect copyright.PENANAmbBqutZ9bA
215Please respect copyright.PENANAHNqMjCPEDI
"Beruntung gimana?" tanya Jule, suaranya pelan, mata mereka bertemu lebih lama.
215Please respect copyright.PENANAdMa1tya5Ro
215Please respect copyright.PENANAjZ5pADF9ju
215Please respect copyright.PENANAkeEEjO379p
"Iya, beruntung, Mbak. Selain Mbak Jule masih muda, cantik, dan bodinya aduhai banget deh," puji Deni, pandangannya menyusuri lekuk tubuh Jule yang tersembunyi di balik pakaian longgar.
215Please respect copyright.PENANArIJ8H6e6w5
215Please respect copyright.PENANAq2XDVNynsx
215Please respect copyright.PENANAQJ0qpf3dgF
"Ah, si Abang bisa aja mujinya," balas Jule, tersenyum tipis tapi pipinya semakin panas.
215Please respect copyright.PENANAjQ0F7sCVCR
215Please respect copyright.PENANA93APE6MXPm
215Please respect copyright.PENANA65x0eqhwIz
"Yaudah deh, Bang. Saya ke dalam dulu ya, mau mandi terus masak," katanya, berbalik sambil bergoyang pelan pinggulnya.
215Please respect copyright.PENANAmjpkRaPi35
215Please respect copyright.PENANAzRqA5JrvFu
215Please respect copyright.PENANAy5Rxni79yd
"Mau ditemenin mandi nggak, Mbak? Hehehe," goda Deni sembari menyerigai, suaranya seperti bisikan angin panas.
215Please respect copyright.PENANATO9MPVCSrq
215Please respect copyright.PENANAu5qUxoAzwy
215Please respect copyright.PENANAtZYnORGbSL
Jule berhenti sejenak, tertawa kecil. "Nanti mandinya nggak selesai-selesai kalo ditemenin sama Bang Deni," balasnya genit, lalu berlalu masuk ke rumah, meninggalkan Deni dengan senyum puas.
215Please respect copyright.PENANAUnkRqqs9mv
215Please respect copyright.PENANAtSPZLv8ncu
215Please respect copyright.PENANABVX8X2tOCR
Selesai mandi, Jule langsung menuju dapur untuk memasak. Air mandi masih meninggalkan kesegaran di kulitnya, rambut basah dibungkus handuk di bawah hijab sementara. Siang itu, ia mengenakan kaos ketat berlengan panjang yang membentuk lekuk payudaranya yang montok, dan legging yang menempel erat di kulit putih mulusnya, memperlihatkan tonjolan pantatnya yang padat dan bulat. Deni melihat kesempatan ini untuk mendekat lebih jauh. Ia melangkah ke dapur, berdiri di samping Jule yang sedang mengiris sayuran.
215Please respect copyright.PENANA6OZuRqq6ST
215Please respect copyright.PENANAHIzXl0dnVZ
215Please respect copyright.PENANAnf7U5lBHGX
"Mau masak apa hari ini, Mbak?" tanya Deni, suaranya dekat, bahunya hampir menyentuh lengan Jule.
215Please respect copyright.PENANApmP36hC8Lx
215Please respect copyright.PENANA3XMT1Q5d7Y
215Please respect copyright.PENANAFeMU5xUgWL
"Hmmm, mau masak yang enak-enak dong, Bang," jawab Jule, tersenyum sambil mencuci sayuran di wastafel, air mengalir deras.
215Please respect copyright.PENANAHsPD8lkAAq
215Please respect copyright.PENANAKgqcvSSR0z
215Please respect copyright.PENANAOTdzgMjCMI
"Duh, mau dong yang enak-enak. Hehehe," goda Deni, kini berdirinya semakin dekat, panas tubuhnya terasa di sisi Jule.
215Please respect copyright.PENANAfhJV4gqnJe
215Please respect copyright.PENANACl8bi9gt4w
215Please respect copyright.PENANAwMkZHqq2E7
"Udah lama ya nggak dapet yang enak-enak?" balas Jule, tersenyum tipis, matanya melirik Deni sekilas, ada kilatan hasrat yang ia coba tekan.
215Please respect copyright.PENANAMLcC5mxRgV
215Please respect copyright.PENANAZsLQ9hxgsW
215Please respect copyright.PENANAGgGgZvGBbs
Mata Deni menyusuri tubuh Jule, seolah menelanjangi setiap inci—dari leher ramping, ke payudara yang naik-turun pelan, ke pinggul yang melengkung sempurna. "Mbak Jule cantik banget ya, bodinya juga bagus banget. Pasti karena rutin olahraga ya," pujinya, suaranya seperti belaian.
215Please respect copyright.PENANAOqIIkID1O6
215Please respect copyright.PENANAA8ewRezLmU
215Please respect copyright.PENANAUuqtdiOIyz
"Iya dong, Bang. Mumpung masih muda kan, harus pinter ngerawat diri," katanya, tangannya sibuk di wastafel, tapi napasnya sedikit lebih cepat.
215Please respect copyright.PENANAdmBVEXkx75
215Please respect copyright.PENANA1uIaLaCZv9
215Please respect copyright.PENANAELl4WLYuFY
"Iya, badan Mbak Jule tuh langsing tapi montok. Hehehe," goda Deni lagi, tangannya bergerak pelan menyentuh pinggang Jule dari samping.
215Please respect copyright.PENANAWUObD08hLh
215Please respect copyright.PENANAiaTcGkiq8F
215Please respect copyright.PENANAOPtNodZJFA
"Emang apanya yang montok?" tanya Jule, pertanyaannya terdengar memprovokasi, tapi suaranya gemetar halus.
215Please respect copyright.PENANAZJCpiV0VC1
215Please respect copyright.PENANAvwtS6Dkp3u
215Please respect copyright.PENANAHqtPr8UfOA
"Susu, Mbak. Keliatan montok banget, sama..." tangan Deni mendarat di pinggang Jule, jarinya menekan lembut kain legging. "Pantat Mbak bikin saya ngaceng," bisiknya dekat telinga Jule, napasnya hangat menyentuh kulit lehernya.
215Please respect copyright.PENANAt2ziSW3LLr
215Please respect copyright.PENANACZ6RIAzkwF
215Please respect copyright.PENANAET8KQGS19v
Jule setengah menolak rabaan itu, tubuhnya menegang tapi tak langsung menjauh. "Hush! Jangan gitu, Bang. Saya istri majikanmu lho," katanya tegas, tapi suaranya lemah, tangannya memegang pergelangan Deni pelan, seperti ragu untuk melepaskan.
215Please respect copyright.PENANAVvbViCQ7DW
215Please respect copyright.PENANAW5SLBJ4Fii
215Please respect copyright.PENANAO7WyZbqOyY
Namun Deni tak gentar. Tangannya turun lebih rendah, menyusuri pinggang ke arah pantat Jule, merasakan kelembutan daging di balik kain ketat. "Cuma penasaran, Mbak. Pasti enak dirasain," bisiknya lagi, jarinya menekan pelan, membuat Jule menggigit bibir bawahnya.
215Please respect copyright.PENANA2dK8wyOz0Y
215Please respect copyright.PENANAIw8JJG9Bn0
215Please respect copyright.PENANA5Y7Dw3m1h0
Hasrat Jule bangkit—pikirannya melayang ke pemandangan pagi tadi, ke mimpi yang tak kunjung pudar—tapi rasa bersalah menamparnya. Tubuhnya panas, pussy-nya mulai basah, tapi ia mendorong tangan Deni menjauh dengan tegas.
215Please respect copyright.PENANAyyTKA3ftVL
215Please respect copyright.PENANA92rE90hc9t
215Please respect copyright.PENANAVNWawEtGhu
"Cukup, Bang! Jangan," katanya, suaranya bergetar, mundur selangkah ke belakang wastafel, pipinya merah membara. Matanya menghindari tatapan Deni, tapi ada kilatan keinginan yang tak bisa disembunyikan sepenuhnya.
215Please respect copyright.PENANALK90decAbn
215Please respect copyright.PENANA0azKPCuEwx
215Please respect copyright.PENANAIVTJndV6g6
Deni tersenyum miring, mundur pelan tapi tatapannya tetap lapar. "Maaf, Mbak. Cuma bercanda," katanya, tapi di dalam hatinya, ia tahu ketegangan ini baru permulaan. Jule berpaling ke wastafel lagi, tangannya gemetar saat melanjutkan memasak, pikirannya kacau antara kesetiaan pada suami dan dorongan nafsu yang semakin kuat. Siang itu, rumah terasa lebih panas, penuh dengan janji godaan yang belum terucap.
ns216.73.216.33da2


