BAB 4 : PERMAINAN HAMBAR DENGAN SUAMIKU DAN PAGI YANG CERAH
181Please respect copyright.PENANAUY6BDDCY5d
181Please respect copyright.PENANA54quREFs0n
181Please respect copyright.PENANAXJxvSOIycu
Malam itu pun sama. Ustadz naik ke atasnya, penis-nya mengeras setengah hati, menyusup ke vagina Jule yang sudah licin karena foreplay singkat. Ia mengerang pelan saat Ustadz mulai menggerakkan pinggul, tapi ritmenya lambat, tak cukup kuat. "Ya Ampun... cepat, Pak," bisik Jule dalam hati, tangannya meremas punggung suaminya.
181Please respect copyright.PENANABLJ2HJLFoW
181Please respect copyright.PENANA13vEtZpHvZ
181Please respect copyright.PENANAnsViCrUsoH
Tapi tak sampai semenit, Ustadz mengerang keras, penis-nya berdenyut dan menyemburkan air mani hangat di dalamnya, lalu lemas keluar. Jule merasakan kehangatan itu, tapi hasratnya masih membara—vagina-nya berdenyut kosong, klitorisnya menuntut sentuhan lebih.
181Please respect copyright.PENANAc7cwcotskB
181Please respect copyright.PENANA0xqxnX8xTl
181Please respect copyright.PENANA4W6Xh8KEhp
Ustadz berguling ke samping, napasnya cepat. "Alhamdulillah, sayang," gumamnya sebelum tertidur. Jule terjaga, pandangannya menatap langit-langit kamar yang dihiasi pola kaligrafi. Tubuhnya panas, putingnya mengeras di udara malam, pussy-nya masih basah dengan campuran cum suami dan cairannya sendiri.
181Please respect copyright.PENANAhpIXUD5QAc
181Please respect copyright.PENANA5ye2JjzbeS
181Please respect copyright.PENANA5GvIGChHmz
Ia masih ingin merasakan orgasme yang dulu—tubuhnya digoyang hingga gemetar, pussy diisi penuh dan dipukul-pukul hingga klimaks. Dengan hasrat besar yang tak terlampiaskan, Jule memejamkan mata, berharap tidur membawa pelarian.
181Please respect copyright.PENANANfvMf9PYR2
181Please respect copyright.PENANAwP9fn2pq1i
181Please respect copyright.PENANAEB5BGO4q2o
Dalam mimpinya, suasana gelap menyelimuti segalanya, seperti kabut hitam yang tebal. Jule berdiri telanjang, kulit putihnya bersinar samar. Seorang pria muncul, siluetnya melayang mendekat—Daehon? Gumamnya dalam hati, nama itu asing tapi familiar. Pria itu telanjang, tubuhnya tegap dan muda, otot-ototnya bergelombang di bawah cahaya redup.
181Please respect copyright.PENANAdWcyySwyME
181Please respect copyright.PENANAWmw36xPE0m
181Please respect copyright.PENANAC6Ql9WPruJ
Pandangannya tertuju pada penis-nya yang menggantung berat di antara paha, panjang dan tebal, urat-uratnya menonjol, kepalanya mengkilap. Mata Jule melebar, hasratnya bangkit seperti api—penis itu mengingatkan pada Pak Ucup, tapi ini lebih besar, lebih perkasa, milik pria muda yang penuh stamina.
181Please respect copyright.PENANA1AhzrOlovk
181Please respect copyright.PENANAlbBvL1FJ1i
181Please respect copyright.PENANAU8GQVCgZPR
Pria itu melayang lambat ke arahnya, tangannya terulur ingin meraih payudara Jule yang montok. Jule merasakan napas panasnya di kulitnya, penis-nya bergoyang mendekat, siap menyentuh paha dalamnya. Ia membuka mulut untuk mengerang, tapi tiba-tiba...
181Please respect copyright.PENANAENsLmwOnTC
181Please respect copyright.PENANAUko5jew45F
181Please respect copyright.PENANAn7m3wCBg7n
"Umi, sayang. Bangun yuk, shalat Subuh dulu," suara lembut Ustadz Syaiful membangunkannya, bibirnya mencium kening Jule, tangannya meremas payudaranya dengan lembut, jempolnya menyentuh puting yang masih sensitif.
181Please respect copyright.PENANAdyvlqLresO
181Please respect copyright.PENANAA5NAAW0meL
181Please respect copyright.PENANA4K96Dyhq76
Jule terbangun tersentak, mimpi itu pudar tapi panas di selangkangannya tetap. Ia menatap wajah suaminya yang tersenyum, hanya beberapa sentimeter dari wajahnya. "Iya, Pak," balasnya pelan, bangkit untuk wudhu. Setelah shalat Subuh berjamaah di ruang tamu, Jule bersiap untuk jogging keliling kompleks, seperti rutinitasnya. Ia ganti baju olahraga legging ketat dan tank top longgar di balik hijab olahraga, payudaranya bergoyang saat ia meregangkan tubuh di depan cermin.
181Please respect copyright.PENANAE2hOaWiYBu
181Please respect copyright.PENANAuEK93TGWh8
181Please respect copyright.PENANApdMlHlc1t9
Sementara itu, Deni sudah bangun lebih awal, membersihkan area kebun di halaman depan. Matahari baru terbit, keringat membasahi kausnya yang menempel di dada berotot. Ia memangkas semak-semak, pikirannya penuh dengan Jule—bagaimana ia bisa mendekati lebih jauh, membangkitkan hasratnya.
181Please respect copyright.PENANASJjpMBAYn3
181Please respect copyright.PENANAgWwoLmZWKu
181Please respect copyright.PENANAeMYReL3mdt
Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Jule baru saja pulang dari jogging, wajahnya memerah karena olahraga, keringat menetes di leher dan dada, membuat tank top-nya sedikit transparan hingga bra hitamnya samar terlihat. Napasnya cepat, payudaranya naik-turun, bokongnya bergoyang saat ia berhenti di gerbang.
181Please respect copyright.PENANACYwMSvQY7B
181Please respect copyright.PENANAoZeEbFJPPt
181Please respect copyright.PENANAO9RHEdzApj
"Pagi, Bang Deni," sapa Jule, suaranya sedikit terengah, matanya bertemu dengan Deni yang berdiri dengan sekop di tangan.
181Please respect copyright.PENANAc0qAWEDlhB
181Please respect copyright.PENANAZYW9RhAN21
181Please respect copyright.PENANAmylaof9nbh
"Pagi, Mbak. Abis jogging ya? Kelihatan segar," balas Deni, suaranya dalam, matanya menyusuri tubuh Jule yang basah keringat—dari leher ke dada yang bergoyang, ke pinggul yang montok. Penis-nya berdenyut lagi, imajinasi melayang ke mimpi Jule yang tak ia ketahui, tapi gelang akar bahar bergetar, seolah merasakan hasrat tersembunyi itu.
181Please respect copyright.PENANAA49UIqvZWJ
181Please respect copyright.PENANAuUQpKwqBPe
181Please respect copyright.PENANAVY9ng7qkKD
Jule tersenyum, pipinya merona lebih dari olahraga. "Iya, biar sehat. Abang juga pagi-pagi udah kerja keras." Ia berjalan masuk, bokongnya bergoyang menggoda, meninggalkan Deni dengan nafsu yang semakin sulit ditahan. Hari-hari ini baru permulaan—tapi berapa lama lagi sebelum sentuhan pertama terjadi?
ns216.73.216.33da2


