BAB 3: NAFSU MULAI MENYALA, SUAMI SAH YANG REDUP
167Please respect copyright.PENANA7olX6OHQCE
167Please respect copyright.PENANAqvgk6nVT08
167Please respect copyright.PENANAfHlGvjdaA0
Sesampainya di rumah, mereka duduk di sofa ruang tamu yang nyaman, dinding dihiasi kaligrafi ayat suci dan foto keluarga. Deni menyapu pandangannya ke setiap sudut: lantai keramik mengkilap, perabot kayu jati, dan aroma masakan dari dapur yang samar-samar. "Rumahnya enak dan nyaman, Pak," pujinya tulus.
167Please respect copyright.PENANA66jFC5JFrn
167Please respect copyright.PENANAddltZur8YD
167Please respect copyright.PENANAWSne4SPXLF
"Kalo kamu mau, ada kamar kosong di atas. Pembantu kami semuanya pulang, nggak ada yang nginep. Kamu bisa tinggal di situ, hemat kosan," kata Ustadz sambil menyalakan rokok kretek, asapnya mengepul pelan.
167Please respect copyright.PENANAy5xtNVVFBM
167Please respect copyright.PENANAOhJLwzlPNU
167Please respect copyright.PENANAvGNrTM1wMw
"Wah, beneran, Pak? Saya jadi nggak perlu bayar kosan lagi," balas Deni ceria, hatinya berbunga. Ini sempurna—ia bisa mengamati Jule dari dekat, membangun kedekatan pelan-pelan.
167Please respect copyright.PENANAzCbbPtq8dj
167Please respect copyright.PENANAz9mtb0hKbT
167Please respect copyright.PENANAwgixklxB0W
"Mau minum apa?" tawar Ustadz.
167Please respect copyright.PENANApSsq8DWKyg
167Please respect copyright.PENANABwxZTENiNm
167Please respect copyright.PENANADIjiAYnZwY
"Nggak perlu repot-repot, Pak," tolak Deni sopan.
167Please respect copyright.PENANAsXPrFB7D9q
167Please respect copyright.PENANArVGGFNY5uG
167Please respect copyright.PENANAv3Ly6zDA5o
Tak lama, pintu dapur terbuka, dan Jule muncul membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat. Asap mengepul dari permukaannya, aroma jahe samar menyapa. Saat ia berjalan, payudaranya yang penuh bergoyang pelan di balik gamis, putingnya samar-samar menonjol karena kain tipis yang menempel di kulit lembap. Pinggulnya yang montok bergoyang menggoda, langkahnya anggun tapi penuh energi tersembunyi. Deni tak bisa mengalihkan pandangan; penis-nya berdenyut samar di celana, imajinasi erotis menyusup—bagaimana rasanya meremas bokong itu, mendengar desahannya saat ia menekan tubuhnya ke dinding?
167Please respect copyright.PENANAMpSfc0BkYT
167Please respect copyright.PENANA09tM3jbR0r
167Please respect copyright.PENANAD0OO0gwwoU
"Ini istri saya, Jule. Jule, ini Bang Deni yang bakal bantu-bantu di sini," kata Ustadz mengenalkan, suaranya bangga.
167Please respect copyright.PENANAd8q7jS7gxr
167Please respect copyright.PENANAYnLLagqOS1
167Please respect copyright.PENANAhNRCo7nDdM
Jule meletakkan nampan di meja, tersenyum manis. Matanya yang cokelat bertemu dengan mata Deni yang tajam, dan sesuatu terjadi—getaran aneh, seperti arus listrik yang mengalir di udara. Jule merasakan panas samar di perutnya, kenangan gelap dari malam-malam lalu muncul sekilas. Deni pula, gelangnya bergetar lebih kuat, energi Jule seperti magnet yang menariknya. "Salam kenal, Mbak," kata Deni, suaranya dalam, tersenyum lebar.
167Please respect copyright.PENANAfD5ZBKbfbr
167Please respect copyright.PENANABlZ7QMNB4W
167Please respect copyright.PENANAqvtfUYzHYD
"Salam kenal juga, Bang," balas Jule pelan, pipinya sedikit merona saat ia duduk di sebelah suaminya. Tatapan mereka bertahan sedetik terlalu lama, penuh misteri yang tak terucap.
167Please respect copyright.PENANATNOsu2eP10
167Please respect copyright.PENANAJdPmd8ajni
167Please respect copyright.PENANALJdvIR8uf2
Malam itu, saat Deni naik ke kamar barunya, ia berbaring di kasur sederhana, pikirannya penuh dengan bayangan Jule. Dendam pada buto ijo masih membara, tapi nafsu terlarang mulai menyala. Ia harus sabar, dekati pelan. Tapi seberapa lama ia bisa tahan sebelum tangannya meraih apa yang dijanjikan Mbah Suto?
167Please respect copyright.PENANAfk4JPxOLsZ
167Please respect copyright.PENANAmr1pENr3g1
167Please respect copyright.PENANA4W16DobHcf
***
167Please respect copyright.PENANA3IYEzedrha
167Please respect copyright.PENANAwREz5ALEXa
167Please respect copyright.PENANAOcIT46atap
Pagi itu, sinar matahari pagi menyusup melalui jendela rumah Jule, menerangi tangga kayu menuju lantai dua. Deni sudah berada di depan pintu, tas ransel usangnya menggantung di bahu, berisi pakaian ganti lusuh dan sedikit barang pribadi. Tubuh kekarnya bergerak lincah mengikuti langkah ringan Ustadz Syaiful yang mendahuluinya menuju lantai dua. Aroma kopi dari dapur samar-samar menyapa, membuat Deni menarik napas dalam. Ini adalah langkah pertama menuju Jule—wanita yang energinya akan menjadi senjatanya melawan buto ijo.
167Please respect copyright.PENANAQlMC1at41f
167Please respect copyright.PENANALgjLKpdVYh
167Please respect copyright.PENANAUHie9dQiWG
"Den, nanti abis kamu beres-beres kamar, bantu saya beresin area halaman belakang ya," instruksikan Ustadz Syaiful, tangannya merapikan sarungnya.
167Please respect copyright.PENANADGV8KBVI4F
167Please respect copyright.PENANAvuOMrPtFEV
167Please respect copyright.PENANAiB4JJAZFwz
"Oke, Pak," jawab Deni singkat, sudah tak sabar untuk mulai.
167Please respect copyright.PENANAmr7BoTdSMK
167Please respect copyright.PENANAy4Y5ToIVm2
167Please respect copyright.PENANAktMF7cWo9R
Beberapa menit kemudian, setelah Deni selesai merapikan barang-barangnya—melipat baju di lemari, menyusun sepatu di sudut—ia turun dari lantai dua. Tangga berderit pelan di bawah berat tubuhnya yang berotot. Saat melangkahkan kakinya ke dapur, aroma bawang goreng dan rempah menyambutnya.
167Please respect copyright.PENANA62lOcrzNgj
167Please respect copyright.PENANA8rDGc11J9v
167Please respect copyright.PENANAIJ37k4fcYd
Di sana, Jule sedang memasak sendirian, punggungnya membelakangi pintu. Hari itu, ia mengenakan hijab hitam rapi yang membingkai wajah tirusnya, kaos longgar lengan panjang berwarna abu-abu yang menjuntai longgar di atas tubuh rampingnya, dan legging hitam ketat yang membungkus kaki jenjang serta bokong montoknya seperti kulit kedua.
167Please respect copyright.PENANAH2Scq8qy15
167Please respect copyright.PENANAsadfFEbDC3
167Please respect copyright.PENANA5qFxzfzLxY
Garis pantatnya terlihat jelas, bulat dan tegas, bergoyang pelan saat ia mengaduk wajan di kompor. Kulit putih mulusnya samar terlihat di leher yang terbuka sedikit, membuat Deni terpaku di tempat.
167Please respect copyright.PENANAam8IULKnwV
167Please respect copyright.PENANAdoODxSwGPI
167Please respect copyright.PENANAZx3TT72mwX
Hasrat Deni bangkit seketika. Penis-nya mengeras di balik celana jeans, menekan kain saat ia membayangkan meremas bokong itu, menekan Jule ke meja dapur dan menyodok masuk dari belakang. Gerakan lincah Jule—mengangkat panci, membungkuk sedikit untuk ambil bumbu—membuat bokongnya bergoyang erotis, seperti undangan tak terucap. Deni menelan ludah, tangannya mengepal untuk menahan dorongan mendekat dan menyentuh.
167Please respect copyright.PENANAdbdl9NFO0v
167Please respect copyright.PENANAbDdXp52m2q
167Please respect copyright.PENANA0fgjjvtoht
"Wah, lagi masak apa nih, Mbak Jule?" sapa Deni, suaranya dalam dan sedikit serak, masih terpaku di ambang pintu.
167Please respect copyright.PENANAeAEwEQBZJt
167Please respect copyright.PENANA5vaPS5xlhv
167Please respect copyright.PENANAQqkW02AijF
Jule sedikit terkejut, bahunya menegang sebelum ia memutar tubuhnya dengan cepat. Payudaranya yang montok bergoyang di balik kaos, puting samar menonjol karena gerakan mendadak. Wajahnya tersipu, tapi senyumnya ramah. "Eh, Bang Deni? Ini lagi masak makanan kesukaan suami. Oh iya, Abang udah ditunggu di belakang," katanya sambil tersenyum, matanya bertemu dengan Deni sekilas, ada kilatan penasaran di sana.
167Please respect copyright.PENANA4CXhyZfLZi
167Please respect copyright.PENANAsIepBKOps0
167Please respect copyright.PENANAPfGpfxHjst
Deni mengangguk, memaksa kakinya bergerak menuju halaman belakang, tapi pandangannya masih mencuri lirikan ke bokong Jule yang bergoyang saat ia kembali mengaduk masakan. Hari itu, ia menghabiskan waktu memangkas rumput dan membersihkan taman, keringat membasahi bajunya yang menempel di otot-otot dada dan perutnya. Setiap kali Jule lewat, membawa cucian atau air minum, Deni merasakan getaran dari gelang akar bahar—energi Jule seperti panggilan samar.
167Please respect copyright.PENANAhR8VRlGtJJ
167Please respect copyright.PENANAHHkGC4VDe8
167Please respect copyright.PENANA3dPZGLMRff
Hari demi hari berlalu, rutinitas rumah tangga mulai mengikat Deni lebih dalam ke kehidupan Jule dan Ustadz Syaiful. Pagi-pagi, ia menyapu halaman depan, siang membersihkan garasi, malam membantu Ustadz mempersiapkan materi khutbah. Ustadz Syaiful semakin akrab, sering berbagi cerita tentang jemaahnya, sementara Jule—meski sopan—selalu menyapa dengan senyum yang membuat Deni gelisah.
167Please respect copyright.PENANAwyffa7BRf5
167Please respect copyright.PENANAohPXCiXVHA
167Please respect copyright.PENANAVyWcuknBd6
Ia sering melihat Jule dari dekat: saat ia mencuci piring di wastafel, air membasahi kausnya hingga transparan, atau saat ia merapikan taman, keringat menetes di lehernya. Setiap interaksi kecil membangun ketegangan—sentuhan tak sengaja saat menyerahkan alat, tatapan yang bertahan terlalu lama.
167Please respect copyright.PENANAP8SZ01D4Tp
167Please respect copyright.PENANA0stuvET3Ym
167Please respect copyright.PENANA8kWNWX7MjQ
Suatu malam, Jule baru saja selesai melayani suaminya di atas ranjang. Kamar utama gelap, hanya cahaya lampu tidur samar menerangi tubuh telanjang mereka di bawah selimut tipis. Ustadz Syaiful, dengan penis besarnya yang dulu perkasa, kini hanya bertahan sebentar. Jule berusia dua puluh enam tahun, tubuhnya masih haus akan kenikmatan penuh.
167Please respect copyright.PENANAFoInQ6x2tO
167Please respect copyright.PENANAhgeWXIvFoh
167Please respect copyright.PENANAzZePhLN7jS
Di awal pernikahan, suaminya bisa membuatnya orgasme berulang, kontol-nya yang tebal menyodok dalam hingga ia bergetar. Tapi beberapa bulan belakangan, penis Ustadz terasa tak sekeras dulu—masuk pelan, dorong beberapa kali, lalu lemas dan menyemprotkan sperma cepat, meninggalkan Jule dengan vagina yang basah tapi tak terpuaskan.
ns216.73.216.33da2


