Setelah makan malam, Desi dan Danang masih berbincang-bincang santai di atas tempat tidur, tubuh mereka saling bersentuhan di bawah selimut tipis.
1214Please respect copyright.PENANAj3PtGLiZNe
1214Please respect copyright.PENANA4HbJT0wmQL
1214Please respect copyright.PENANAQwEDzSCc1X
Danang memeluk istrinya dari belakang, tangannya melingkar di pinggang Desi yang montok, merasakan kehangatan kulitnya yang lembut. “Des, mas pengen nih,” bisiknya pelan di telinga Desi, napasnya hangat menyentuh cuping telinga istrinya, membuat bulu kuduk Desi merinding.
1214Please respect copyright.PENANAHHNCsImXH8
1214Please respect copyright.PENANAzpshlnfUW4
1214Please respect copyright.PENANATbxyI4R67w
Desi memutar tubuhnya perlahan, kini berhadapan langsung dengan wajah suaminya yang penuh hasrat. Matanya coklatnya menatap Danang dengan mesra, tangannya naik mengelus rambut pendek suaminya. “Pengen apa, sayang?” tanyanya lembut, suaranya seperti undangan yang membuat Danang semakin bergairah.
1214Please respect copyright.PENANAdkNpTG8aKs
1214Please respect copyright.PENANAZBOKOTgTKC
1214Please respect copyright.PENANAL06ZOpiHKJ
“Pengen masukin burung ke sangkarnya, hehehe,” jawab Danang sambil tertawa kecil, tangannya langsung meremas payudara montok Desi yang menonjol di balik baju tidurnya. Ia meremasnya kuat, merasakan daging lunak itu bergoyang di genggamannya, putingnya yang mengeras menekan telapak tangannya.
1214Please respect copyright.PENANAqqKzcKzsFq
1214Please respect copyright.PENANARJ3L7pjG5x
1214Please respect copyright.PENANAnQmN9xGzTy
Desi mengerang pelan, 'Aaaahhh!!' Suaranya manja, membuat Danang semakin liar. Bibir mereka bertemu dalam ciuman panas, lidah Danang menyusup ke mulut Desi, menari liar dengan lidah istrinya, saling menjilat dan menghisap hingga air liur mereka bercampur.
1214Please respect copyright.PENANA8c4ykMmrZS
1214Please respect copyright.PENANA1bKMTO6iwu
1214Please respect copyright.PENANAPijwkx7c9s
Danang mendorong tubuh Desi ke kasur, menindih istrinya yang montok dengan bobotnya. Ciumannya semakin ganas, turun ke leher Desi, menggigit ringan kulit halus di sana sebelum menjilatnya panjang, meninggalkan jejak basah yang membuat Desi mendesis, “Shhh… Oohhh.” Tangannya menelusuri setiap lekuk tubuh indah Desi—dari pinggul lebarnya yang berisi, ke paha tebal yang lembut, hingga ke bokong bulat yang menggoda.
1214Please respect copyright.PENANAxyQN5J6Zni
1214Please respect copyright.PENANAQf7TE4WKe6
1214Please respect copyright.PENANAct7sI7X237
Dengan cepat, Danang bangkit sebentar, menarik kaosnya ke atas dan melemparkannya ke lantai, memperlihatkan dada bidangnya yang berkeringat ringan. Desi ikut bergerak, menarik daster tipisnya ke atas, meloloskannya dari kepala, lalu melemparnya sembarangan. Kini tubuh Desi hanya ditutupi celana dalam hitam tipis yang menempel ketat di selangkangannya, menonjolkan bentuk vagina montoknya.
1214Please respect copyright.PENANAf41Ee8Ud3B
1214Please respect copyright.PENANA7RVCQlQJbu
1214Please respect copyright.PENANAvsUh1jwXPq
Danang merayap kembali di atas tubuh Desi, matanya lapar saat menatap payudara bulat istrinya yang bebas bergoyang. Ia menunduk, mencium salah satu payudara itu, lidahnya menjilat puting kecoklatan yang mengeras, lalu menghisapnya pelan tapi kuat, seperti menyedot madu.
1214Please respect copyright.PENANA9jpUeWyNaM
1214Please respect copyright.PENANAImGQOei7e7
1214Please respect copyright.PENANA3a9sjwXrAE
Tangan kirinya meremas payudara satunya, jarinya mencubit puting hingga Desi melengkungkan punggungnya, matanya terpejam menikmati setiap sentuhan yang mengirim gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhnya.
1214Please respect copyright.PENANA0gealnTU5M
1214Please respect copyright.PENANAy5W2i7wjtg
1214Please respect copyright.PENANA3cR7BR8QCQ
Ciuman Danang terus turun, menelusuri perut Desi yang rata tapi berisi, lidahnya menjilat pusar istrinya sebelum mencapai pinggul. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik celana dalam Desi ke bawah, meloloskannya hingga ke pergelangan kaki lalu menendangi vagina istrinya. Kini Desi telanjang bulat di bawahnya, kakinya terbuka lebar, memperlihatkan vagina yang baru dicukur habis.
1214Please respect copyright.PENANAIsab0bGHAb
1214Please respect copyright.PENANA863LLW8fL7
1214Please respect copyright.PENANAp0lRQTjpTk
Danang menatapnya lama, napasnya memburu saat melihat garis vertikal halus yang membelah bibir vagina tebal Desi, menutupi labia minora dan klitoris yang mulai membengkak. Selangkangannya putih mulus, bukti Desi rajin merawat diri, dan bibir vaginanya yang kemerahan kini berkilat karena cairan bening yang mulai mengalir keluar, basah akibat rangsangan dari suaminya. “Kamu baru cukur bulu-bulumu ya, Des?” tanya Danang, suaranya serak penuh nafsu.
1214Please respect copyright.PENANAN1Mb2BlLRp
1214Please respect copyright.PENANAANYOQHVhRj
1214Please respect copyright.PENANAUhG8K1pca9
“Iya, Mas. Mas suka yang botak atau yang gondrong?” balas Desi sambil tersenyum genit, tangannya turun mengelus paha Danang, mendekati tonjolan keras di celana pendek suaminya.
1214Please respect copyright.PENANAK13XCncRdF
1214Please respect copyright.PENANABaHa5uwOW4
1214Please respect copyright.PENANAXQ6SBH8Yyn
“Aku suka dua-duanya, Des,” jawab Danang, matanya tak lepas dari pemandangan itu. Ia menunduk lebih dekat, hidungnya menghirup aroma vagina Desi yang basah, membuat penisnya berdenyut di balik celana pendeknya.
1214Please respect copyright.PENANA0AyLAQxGKl
1214Please respect copyright.PENANA6AC3UT7eE6
1214Please respect copyright.PENANAvMRj8MQrGI
Tanpa menunggu lagi, lidahnya menyentuh bibir vagina luar itu, menjilat panjang dari bawah ke atas, merasakan rasa asin cairan Desi yang semakin deras. Desi menggeliat, “Ahh… Mas… enak…” Erangnya, tangannya menekan kepala Danang lebih dalam.
1214Please respect copyright.PENANAhZJ2Bkkuqv
1214Please respect copyright.PENANAOineTM71pW
1214Please respect copyright.PENANALN4w6bNbJ4
Danang menghisap klitoris Desi yang kini terbuka, lidahnya berputar-putar di sana sementara jarinya menyusup ke lubang vagina yang licin, menusuk masuk dan keluar pelan. Tubuh Desi bergetar, pinggulnya naik menyambut setiap dorongan, payudaranya naik turun cepat karena napasnya tersengal. “Masukin dong… pengen burung Mas…” Desah Desi, suaranya memohon.
1214Please respect copyright.PENANALcvhjRjm3Y
1214Please respect copyright.PENANAkZVktiIdsa
1214Please respect copyright.PENANAGhBSOe2ipU
Danang bangkit dari posisinya, tangannya gemetar saat menarik celana pendeknya ke bawah dengan cepat. Penisnya yang tebal tapi pendek—sekitar dua belas sentimeter—melompat keluar, ujung kepalanya sudah mengkilap basah oleh cairan precum yang menetes pelan.
1214Please respect copyright.PENANA23OaQTAqOe
1214Please respect copyright.PENANAC9BBnQE8FX
1214Please respect copyright.PENANA9ELYRGBHGm
Desi menatapnya dari bawah, matanya menyipit sedikit saat mengamati batang itu yang familiar baginya. Ukuran rata-rata pria Asia ini tak pernah benar-benar memuaskannya sepenuhnya; dulu, saat masih muda, ia pernah ditiduri oleh seorang pria dari timur yang memiliki penis panjang hampir dua puluh sentimeter, menebal seperti lengan, yang merobek dinding vaginanya dengan sakit yang bercampur kenikmatan luar biasa.
1214Please respect copyright.PENANAvmJfF4Xncz
1214Please respect copyright.PENANAqgWS3BoHr9
1214Please respect copyright.PENANAG0Zoj4nqvD
Setiap dorongan saat itu membuatnya menjerit, merasakan penuh hingga ke rahim, orgasme bertubi-tubi yang membuatnya lemas berjam-jam. Bersama Danang, kenikmatan datang sesekali saja, bukan karena ukuran, tapi durasi singkat suaminya yang selalu membuatnya terburu-buru, seperti api yang padam sebelum membara sepenuhnya.
1214Please respect copyright.PENANAsou2xBO2zW
1214Please respect copyright.PENANAA7apeMWv6q
1214Please respect copyright.PENANAFAaHOh0mYM
Danang memposisikan dirinya di antara paha Desi yang terbuka lebar, lututnya menekan kasur di kedua sisi tubuh istrinya yang montok. Ia menggosokkan kepala penisnya ke bibir vagina Desi yang tebal dan basah, merasakan kehangatan licin dari cairan alami istrinya yang membasahi ujungnya, mencampur dengan precum-nya sendiri. “Siap ya, Des? Aku masukin sekarang,” gumamnya serak, napasnya memburu penuh nafsu.
1214Please respect copyright.PENANApHZBOKDWvs
1214Please respect copyright.PENANAIWCgQDTGlj
1214Please respect copyright.PENANANy8LV58Ego
Lalu, dengan dorongan pinggul yang mantap, penisnya menyusup masuk ke dalam vagina Desi yang ketat dan lembab, merenggang dinding berlapis itu pelan-pelan hingga Desi mendesah panjang, “Aduh… pelan-pelan dulu, sayang…”
1214Please respect copyright.PENANA5yxyeHGlY9
1214Please respect copyright.PENANAvcPbsbEdko
1214Please respect copyright.PENANAN3KAwqRWdG
Tapi Danang tak mendengar atau tak peduli; nafsunya terlalu membara. Ia dorong lebih dalam lagi, hingga seluruh batang pendeknya terkubur rapat, merasakan vagina Desi memeluknya erat seperti pelukan basah yang panas, dindingnya berdenyut ringan menyambut penisnya.
1214Please respect copyright.PENANA2tCUAJaunx
1214Please respect copyright.PENANASkwjjn5Vrf
1214Please respect copyright.PENANAp3Jn3E0Htk
Desi menggigit bibir bawahnya, mencoba menikmati sensasi penuh yang sementara, tapi pikirannya mulai melayang. Danang mulai menggoyang pinggulnya terlalu cepat, tak memberi waktu adaptasi, suara benturan kulit telanjang mereka bergema keras di kamar—plak… plak… plak!!—seperti tamparan ritmis yang membuat payudara Desi bergoyang naik turun.
1214Please respect copyright.PENANAJw4RYdZO3v
1214Please respect copyright.PENANAAYdayKuVq6
1214Please respect copyright.PENANAOaA1Ob0Y26
Desi mencakar punggung Danang dengan kuku-kukunya, meninggalkan garis merah tipis di kulit suaminya, sementara kakinya melingkar erat di pinggang Danang, menariknya lebih dalam setiap kali tusukan masuk. “Ahh… ahh… enak, Mas… lebih kenceng… tusuk aku lebih dalam,” erangnya, suaranya campuran antara dorongan dan keputusasaan, tubuh montoknya bergoyang mengikuti irama liar itu, pinggulnya naik menyambut setiap hantaman.
1214Please respect copyright.PENANAI7EnZc3Hpx
1214Please respect copyright.PENANAUeESblWweL
1214Please respect copyright.PENANA4HPDIuI10H
Tapi di balik kata-katanya, ada kekosongan; penis Danang menyentuh titik-titik sensitifnya, tapi tak cukup dalam atau lama untuk membangkitkan api yang sesungguhnya.
1214Please respect copyright.PENANA3ihkH6VOuZ
1214Please respect copyright.PENANAz6pp8ZA7x7
1214Please respect copyright.PENANA3CLhChtVqt
Danang menunduk, mulutnya menangkap puting Desi yang kecoklatan dan mengeras, menghisapnya kuat sambil gigit ringan, lidahnya berputar di sekitar areola yang basah oleh keringat. Ia memompa penisnya dengan ganas, maju mundur cepat, bola-bolanya menampar pantat Desi setiap kali ia masuk penuh, membuat suara basah licin dari gesekan di vagina istrinya semakin terdengar. Keringat mereka bercampur, kulit telanjang saling lengket, aroma seks memenuhi udara kamar yang remang.
1214Please respect copyright.PENANA03mpQoMdzJ
1214Please respect copyright.PENANAIJfys5pW7X
1214Please respect copyright.PENANA80VSIGF5x9
Tiba-tiba, hasrat Desi meledak saat ingatan siang tadi menyergap pikirannya tanpa ampun. Ia membayangkan Darto, mertuanya yang berusia lima puluh dua tahun itu, bertelanjang dada di halaman belakang—dada bidangnya yang lebar, kulit kecokelatan kasar dengan urat-urat menonjol seperti tali kekuatan di lengan dan bahu, otot perutnya yang six-pack samar terbentuk dari kerja keras bertahun-tahun.
1214Please respect copyright.PENANA3RrTHIoz8G
1214Please respect copyright.PENANALh4wns21Ed
1214Please respect copyright.PENANA6LiEjBUBsT
Bayangan tangan kasar Darto merenggut bajunya, menindih tubuhnya tanpa izin, penisnya yang pasti besar dan keras, menusuk masuk ke vaginanya dengan kekuatan brutal, merobek segala kendali yang ia miliki. Fantasi gelap itu membuat Desi mendesis, dinding vaginanya berdenyut kuat di sekitar penis Danang yang sedang bergerak, orgasme mendekat bukan karena suaminya, tapi karena bayangan kekerasan erotis dari pria paruh baya itu.
1214Please respect copyright.PENANAjDFvgRldfu
1214Please respect copyright.PENANAHTtdhnnogH
1214Please respect copyright.PENANAY2tuLaB7v1
“Mas… aku mau keluar…” desah Desi, suaranya pecah, pinggulnya bergerak liar sendiri sekarang, mengejar kenikmatan imajiner. Danang, merasakan denyutan itu, mempercepat gerakannya lebih lagi, “Bareng ya, Des… Kita keluar bareng…” gumamnya, wajahnya memerah penuh usaha.
1214Please respect copyright.PENANAaVgvJfjCVf
1214Please respect copyright.PENANAb5yzFDxJGj
1214Please respect copyright.PENANAw6oaQTHpEW
Akhirnya, Desi menjerit panjang, tubuhnya kejang hebat saat orgasme menyapu seluruhnya, cairan hangat dari vaginanya membasahi penis Danang sepenuhnya, dindingnya berkontraksi kuat memeras batang itu. Danang tak tahan lagi; ia meledak di dalam, menyemprotkan sperma panas ke rahim Desi, mengisi vagina istrinya hingga penuh dan meluber keluar di sela-sela gesekan terakhir. Mereka ambruk bersama ke kasur, napas tersengal-sengal, penis Danang masih terkubur di dalam vagina Desi yang berdenyut pelan sisa kenikmatan, cairan campuran mereka menetes ke seprai.
1214Please respect copyright.PENANASrmUnZAyLO
1214Please respect copyright.PENANAnwBomXqCf0
1214Please respect copyright.PENANA1MM3HCRY1v
Desi terbaring di sana, mata setengah terpejam, tapi pikirannya masih bergulat dengan bayangan Darto. Kenikmatan tadi terasa lebih intens karena fantasi itu, tapi juga meninggalkan rasa bersalah yang menggerogoti—dan hasrat yang semakin membara untuk sesuatu yang lebih kasar, lebih dominan. Danang mencium kening istrinya, “Enak ya, Des?” tanyanya puas, tak sadar bahwa orgasme Desi datang dari sumber lain.
1214Please respect copyright.PENANAHXIEKfbOh2
1214Please respect copyright.PENANAj89XvBq3Hx
1214Please respect copyright.PENANAUdlqV8LIcO
Desi hanya tersenyum lemah, “Iya, Mas… enak banget sayang,” bisiknya, tapi dalam hati, ia bertanya-tanya apakah benar karena fantasi itu ia mencapai orgasmenya yang dahsyat? Fantasi gelap yang terlarang. Desi mencoba menepis bayangan itu dan menguburnya dalam-dalam, sadar bahwa itu salah.
1214Please respect copyright.PENANAEaZbquB2Cc
1214Please respect copyright.PENANAUjsroMfCF5
1214Please respect copyright.PENANAuuxaQHQ7ZK
1214Please respect copyright.PENANA0mEcfzBBeF
1214Please respect copyright.PENANAiKFsYWs0ZS
1214Please respect copyright.PENANAU2N8VHoTg3
1214Please respect copyright.PENANAHFBjwOhQpl
*******
1214Please respect copyright.PENANA4snAcSRafQ
1214Please respect copyright.PENANAEvghdZMaiU
1214Please respect copyright.PENANA3u0ehG9lb9
Pagi itu rumah terasa sedikit lebih sibuk dari biasanya. Desi mondar-mandir di ruang tamu sambil mengecek tas tangan dan ponselnya, sementara Danang berdiri di depan cermin kecil dekat pintu, merapikan kerah batiknya. Darto duduk di kursi rotan dekat jendela, memoles sepatu pantofelnya yang sudah mulai kusam di ujung. Tak banyak percakapan, hanya bunyi sandal diseret dan suara semprotan parfum yang menandai kalau mereka siap pergi ke pesta pernikahan saudara jauh mereka siang itu.
1214Please respect copyright.PENANA0raVPDG0ll
1214Please respect copyright.PENANAzy0Mk77MAY
1214Please respect copyright.PENANAaljWbUYKG7
Darto sudah rapi dengan batik cokelat tua, rambutnya disisir ke belakang, menyisakan garis uban yang jelas di pelipis. Danang pun tampil necis, mengenakan batik dengan motif senada. Desi, di sampingnya, memakai dress batik dengan pola yang sama — pasangan serasi kalau dilihat sekilas. Ia sempat berdiri di depan cermin ruang tamu, merapikan rambutnya yang diikat setengah, memastikan semuanya tampak pantas.
1214Please respect copyright.PENANAUH23xBHUWI
1214Please respect copyright.PENANAnaiORBaKlg
1214Please respect copyright.PENANA1mMbp4xzZq
Hari ini mereka akan menghadiri pesta pernikahan sepupu Danang di kota sebelah.
1214Please respect copyright.PENANAQZ9cJxwSdc
1214Please respect copyright.PENANAvbZ6T1obiu
1214Please respect copyright.PENANAZjqBlDE0ia
Darto duduk di ruang tamu sambil menunggu anak dan menantunya siap. Ia menatap jam tangannya, lalu bersuara pelan, “Udah jam setengah dua, Nang. Kalau kelamaan, nanti keburu akadnya selesai.”
1214Please respect copyright.PENANArZ010H7u5d
1214Please respect copyright.PENANAVxF4MZZS2O
1214Please respect copyright.PENANARKj4C3hbOT
“Iya, Pak, bentar lagi.” Danang menenteng kunci mobil, memberi isyarat pada Desi untuk bergegas.
1214Please respect copyright.PENANAaeybKWQ7hw
1214Please respect copyright.PENANAs4ChDKI4Rr
1214Please respect copyright.PENANAxtWjxGWLfu
Tak lama kemudian, mereka bertiga berangkat dengan sedan tua milik Danang. Catnya sudah mulai pudar, AC-nya tidak terlalu dingin, tapi masih cukup tangguh untuk perjalanan satu jam menuju kota.
1214Please respect copyright.PENANAhChiX1pT5p
1214Please respect copyright.PENANA62omozu12E
1214Please respect copyright.PENANAJdK4VZ6Nix
Danang duduk di balik kemudi, Desi di kursi penumpang depan, sementara Darto duduk di belakang, diam, tangannya sesekali merapikan lipatan celana.
1214Please respect copyright.PENANAS61DrQPn75
1214Please respect copyright.PENANAS3IoDtocHH
1214Please respect copyright.PENANAFKQWmUhKNt
Sepanjang jalan, tak banyak percakapan. Hanya suara mesin dan musik pelan dari radio yang kadang disela dengan gumaman Darto. Desi sesekali melirik kaca spion, memperhatikan wajah mertuanya yang tenang tapi sulit ditebak. Ia ingin membuka percakapan, tapi takut salah ucap.
1214Please respect copyright.PENANAbnpzfg4tSp
1214Please respect copyright.PENANALqJHAJZNqu
1214Please respect copyright.PENANAnOuWaBhwLJ
“Masih jauh, ya, Mas?” tanya Desi akhirnya, memecah kesunyian di dalam mobil.
1214Please respect copyright.PENANAsRWTwH7x5U
1214Please respect copyright.PENANAUmmndjF9nX
1214Please respect copyright.PENANA1FE37GmCgu
Danang melirik ponsel di atas dasbor, peta digital masih terbuka. “Sebentar lagi, Des,” jawabnya singkat.
1214Please respect copyright.PENANALDc1r88dwf
1214Please respect copyright.PENANAMV9wm7AuIs
1214Please respect copyright.PENANAmz82lLG4WG
Beberapa menit kemudian mereka tiba di gedung tempat pesta berlangsung. Danang memarkir sedan tuanya di barisan paling pinggir. Darto turun lebih dulu, merapikan baju batiknya sebelum berjalan menuju pintu masuk.
1214Please respect copyright.PENANArnzG2T4hb7
1214Please respect copyright.PENANAoTIIVXfgYc
1214Please respect copyright.PENANAQwiVdjUJmj
Danang menahan tangan Desi sebelum keluar dari mobil. “Kenapa kamu masih pakai kalung salib itu, sih?” katanya pelan, matanya menatap leher Desi.
1214Please respect copyright.PENANAQ7D8VxxUbO
1214Please respect copyright.PENANArzPmFf5mht
1214Please respect copyright.PENANAC1KegniFK2
“Iya emang kenapa sih, Mas?” tanya Desi, nada suaranya terdengar tenang tapi matanya menatap tajam.
1214Please respect copyright.PENANAmE86f9l020
1214Please respect copyright.PENANAmNl3h9U8sm
1214Please respect copyright.PENANA6yAgQb6r41
“Iya kan... nggak enak aja, Des. Aku cuma nggak mau harus jawab pertanyaan-pertanyaan aja,” sahut Danang, membuka pintu dan berjalan beriringan dengannya menuju pintu gedung.
1214Please respect copyright.PENANAmn4bdxawZs
1214Please respect copyright.PENANAHVuiKz71Pz
1214Please respect copyright.PENANAShvEXgboW1
“Iya, semua saudara kamu juga udah tau, kan?” balas Desi tanpa menatapnya.
1214Please respect copyright.PENANA22DpjHgXAZ
1214Please respect copyright.PENANAZ0flSoH49Z
1214Please respect copyright.PENANAMfi6yQDul8
Danang menarik napas panjang. Seperti biasa, ia memilih diam. Ia tahu, beradu kata dengan Desi sama saja seperti menantang ombak — percuma, yang ada malah tenggelam sendiri.
1214Please respect copyright.PENANAfoVxl7cwpP
1214Please respect copyright.PENANAsCIfxewTUK
1214Please respect copyright.PENANAqlglaZqX2o
Begitu mereka melangkah masuk ke dalam gedung, suara home band langsung menyambut, mengalun lembut membawakan lagu-lagu cinta lawas. Di sisi kanan, deretan meja bundar berlapis taplak putih dan bunga plastik di tengahnya sudah dipenuhi tamu yang bercengkerama sambil menikmati hidangan. Aroma sate dan nasi goreng menyeruak dari pojok buffet yang dijaga dua pramusaji berbatik.
1214Please respect copyright.PENANA3xe9L5cbAB
1214Please respect copyright.PENANAQMlX3JflFw
1214Please respect copyright.PENANAK4ifFehf8d
Anak-anak kecil berlarian di antara kursi, sementara di panggung pengantin, sepasang mempelai duduk tersenyum kaku dikelilingi keluarga besar yang sibuk menyalami tamu. Di sudut ruangan, ibu-ibu dengan kebaya berkilau saling memuji dandanan satu sama lain, sementara bapak-bapak lebih memilih berdiri di dekat meja es krim, membicarakan hal-hal yang tak jauh dari pekerjaan dan harga tanah.
1214Please respect copyright.PENANA2hv4n1WFcC
1214Please respect copyright.PENANAG1dlcd5rzZ
1214Please respect copyright.PENANAEJzDNzdzRh
Desi melirik Darto yang sudah lebih dulu bergabung dengan beberapa kerabat, lalu menatap Danang sekilas sebelum ikut berjalan ke dalam. Di antara riuh tawa dan musik pesta, ada jarak tipis yang tumbuh diam-diam di antara mereka — tak terlihat, tapi terasa.
1214Please respect copyright.PENANAZfqhAjpe9h
1214Please respect copyright.PENANAaf7m7ItTvO
1214Please respect copyright.PENANA8bgrutLDi9
Desi duduk di sudut ruangan sambil menikmati es krim vanila yang mulai mencair di cup kertasnya. Musik dari home band terdengar sayup, sementara suara tawa dan obrolan para tamu jadi latar yang samar. Danang sedang asyik berbincang di meja sebelah bersama saudara-saudaranya.
1214Please respect copyright.PENANA0HW1hOMvjP
1214Please respect copyright.PENANAhoEU0zqsFn
1214Please respect copyright.PENANAi8iSVUe0PH
“Eh, Desi ya?” suara seorang perempuan terdengar dari samping. Sari, sepupu Danang, duduk di kursi sebelahnya sambil menenteng tas kecil berkilau. “Udah lama nggak ketemu, makin cantik aja, ya.”
1214Please respect copyright.PENANAm59rvlRQGe
1214Please respect copyright.PENANANvn7Jfb8sh
1214Please respect copyright.PENANAvaMLopplYe
Desi tersenyum kecil. “Ah, makasih, Mbak Sari. Mbak juga awet muda banget.”
1214Please respect copyright.PENANAjHA45gdfAk
1214Please respect copyright.PENANAa1Rs9b9LF8
1214Please respect copyright.PENANAU6irAOPz9O
Sari tertawa kecil, lalu matanya menatap leher Desi sekilas — tepat di kalung salib yang menggantung di sana.
1214Please respect copyright.PENANAZtRAHbFfNe
1214Please respect copyright.PENANAEiNu3RzBrD
1214Please respect copyright.PENANAEH6bDQuusj
“Wah, masih pake itu juga ya? Aku inget dulu waktu nikahan kamu sama Danang, rame banget tuh omongan orang.” Nada suaranya ringan, tapi mengandung sesuatu yang tak bisa diabaikan.
1214Please respect copyright.PENANAWOzrBuLjTG
1214Please respect copyright.PENANAyBqX4P6MfP
1214Please respect copyright.PENANA3Kr93LzmDC
Desi tersenyum, menegakkan duduknya. “Iya, Mbak. Kan itu bagian dari aku.”
1214Please respect copyright.PENANAdwgpZzNgPr
1214Please respect copyright.PENANAWuR2K6Rn3S


