
Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam sedikit. Indri masih rebahan di kasur, hanya ditemani suara jangkrik dari luar kontrakan yang sunyi. Tiba-tiba lampu kamar padam, seluruh ruangan gelap.
1267Please respect copyright.PENANA4eSBlxaqwp
Indri refleks bangun, matanya mencoba menyesuaikan gelap. “Listrik padam, ya?” pikirnya. Tapi tak lama ia ingat—baru saja ia mendengar bunyi klik saklar di meteran depan. Suara itu jelas sekali, seperti ada orang menekan tombol.
1267Please respect copyright.PENANAIAbvRiUwnq
Bulu kuduknya meremang. Dengan langkah pelan, Indri keluar kamar. Daster panjangnya bergoyang mengikuti gerakan, sementara tangannya meraba dinding agar tidak tersandung.
1267Please respect copyright.PENANAYINp8nQfMn
Koridor kontrakan sepi, hanya cahaya samar bulan dari celah jendela yang masuk. Indri menelan ludah, jantungnya mulai berdegup kencang.
1267Please respect copyright.PENANAwZfhQewvJB
Ia sampai di depan pintu utama, napasnya terasa berat. Tangannya sempat ragu di gagang pintu, “Ah, mungkin cuma korslet,” gumamnya berusaha menenangkan diri.
1267Please respect copyright.PENANAway4d4gnBM
Perlahan ia memutar gagang pintu, engsel berdecit lirih. Pintu pun terbuka, angin malam langsung masuk menusuk kulitnya. Dari kejauhan terlihat rumah tetangga masih terang benderang. Itu makin meyakinkan Indri kalau bukan padam listrik.
1267Please respect copyright.PENANAvLxhqkSghQ
Ia melangkah keluar memencet saklar meteran listrik, tapi baru satu langkah… tiba-tiba ada tangan kasar dari belakang membekap mulutnya.
1267Please respect copyright.PENANAeNxIkarOCA
Indri panik bukan main. Tubuhnya diseret masuk ke kamar dalam keadaan mulut terbekap dan tangannya terkunci rapat di belakang. Jantungnya berdetak kencang, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia berusaha menendang, meronta, tapi pegangan orang itu kuat sekali.
1267Please respect copyright.PENANAsHPPSRpn5v
Suara pintu kamar dibanting menambah mencekam suasana. Lampu sudah mati, hanya cahaya samar dari luar jendela yang menerangi bayangan mereka.
1267Please respect copyright.PENANAzBsMEvwtBG
Orang itu berbisik kasar di telinganya:
“Percuma kamu teriak… rumahmu jauh dari orang, nggak bakal ada yang nolong.”
1267Please respect copyright.PENANAJgMgkfuCG7
Indri menahan napas, tubuhnya gemetar. Pikiran bercampur aduk—antara ketakutan, marah, dan tidak percaya ada orang bisa masuk begitu saja. Tangannya mencoba meraih apapun di sekitar, tapi nihil, tak ada benda yang bisa dipakai.
1267Please respect copyright.PENANANf8BVeObw5
Orang itu semakin menekan tubuh Indri ke arah kasur, sambil terus membekap mulutnya. Nafasnya terasa kasar di telinga Indri.
1267Please respect copyright.PENANAXj2a0xacpS
Indri dalam hati mulai berdoa, “Ya Allah, tolong saya…”
---
POV INDRI
1267Please respect copyright.PENANA9nx6xkePXw
Tubuhku ditindih, napasku tersengal. Aku berusaha meronta, tapi lenganku terkunci rapat. Wajahnya makin dekat, bau keringatnya menusuk hidungku. Aku menangis, air mata mengalir tanpa bisa kutahan.
1267Please respect copyright.PENANAUfiVZtqNjd
Bibirnya menempel di pipiku, lalu di wajahku. Aku berusaha menoleh, tapi cengkeramannya terlalu kuat.
1267Please respect copyright.PENANAK6K9F7Veet
“Aku tahu kamu… Indri Febriany, ustadzah yang viral itu,” bisiknya lirih tapi dingin di telingaku. Kata-kata itu membuat dadaku bergetar hebat, seakan jantungku mau pecah.
1267Please respect copyright.PENANAMUI6n7roDB
Aku makin panik. Seluruh masa laluku berputar di kepala—hotel, video, klarifikasi di Instagram, komentar orang-orang. Dan kini, ada orang asing yang tahu semua itu, menindih tubuhku di kamar kos kecilku.
1267Please respect copyright.PENANAZdxY89UKha
“Jangan… tolong…” suaraku hanya keluar seperti bisikan serak, bercampur tangisan.
1267Please respect copyright.PENANAJlCSDCtPG8
Dia tertawa pendek, suaranya menakutkan. “Kamu nggak usah pura-pura suci, aku tahu siapa kamu sebenarnya. Semua orang tahu.”
1267Please respect copyright.PENANAEylqncn5ol
Aku terdiam, tubuhku gemetar. Hatiku hancur. Ya Allah, aku cuma bisa menangis, terjebak di bawah tubuhnya, berharap semua ini hanya mimpi buruk..
1267Please respect copyright.PENANANIAxiQw4co
Indri duduk di pinggir kasur dengan tubuh gemetar. Tangannya kaku, matanya sembab penuh air mata. Ancaman barusan masih terngiang jelas di telinganya: “Kalau kamu nggak nurut, video itu aku sebar ke semua warga sini.”
1267Please respect copyright.PENANAiPnxOhOGGR
Dia menunduk, napasnya terengah, dada naik turun seperti dihimpit beban berat. Air mata jatuh menetes ke pahanya. Sungguh, ini bukan pilihan—ini paksaan. Tapi di balik rasa takut itu, ada sesuatu yang jauh lebih mengerikan: rasa candu yang pernah dia kenal.
1267Please respect copyright.PENANAbFsSvsTHsw
Bayangan malam di hotel Pangandaran bersama Purnomo berkelebat di benaknya. Sentuhan, ciuman, desahan—semua memori itu menyerbu begitu kuat hingga tubuhnya sendiri bereaksi. Indri menggigit bibir, mencoba menahan. Tapi justru detak jantungnya semakin kencang.
1267Please respect copyright.PENANAZrU15mQmd3
Orang itu berdiri tegap menatapnya, senyum licik mengembang, seolah puas melihat Indri di persimpangan antara ketakutan dan kenikmatan terlarang.
"Cepet, nurut… kalau nggak, kamu tau akibatnya," katanya lagi.
1267Please respect copyright.PENANA3b6i2OXy7M
Dengan tangan bergetar, Indri akhirnya mengangguk pelan. Bukan tanda kerelaan, melainkan kepasrahan bercampur dilema. Air matanya masih mengalir, tapi di balik isak tangisnya, tubuhnya perlahan mengingat rasa yang dulu ia tinggalkan.
1267Please respect copyright.PENANAATiItzcvhR
Seiring menit berjalan, rasa takut itu mulai tersisih, digantikan oleh sensasi yang tak bisa ia bohongi. Indri membenci dirinya sendiri karena mulai terbawa, karena hatinya tahu: sekali lagi ia terseret ke jurang yang sama—jurang yang dulu pernah hampir menghancurkan hidupnya.
Orang itu : "Hhh... iya, begitu... pelan dulu... aah, enak banget..."
1267Please respect copyright.PENANAa4yvgDKz5U
Indri : (dalam hati, masih gemetar) "Ya Allah... kenapa aku..."
1267Please respect copyright.PENANAG5baVmyrVm
Orang itu : "Heh... ternyata bener... mulutmu sama persis kayak di video itu... lihai... jangan pura-pura polos lagi, Indri."
1267Please respect copyright.PENANAEV3gxx2Ih8
Indri : "Tolong... jangan sebarin videonya..."
1267Please respect copyright.PENANAmsW4Hz0biI
Orang itu : "Ssshh... tenang aja... kalau kamu nurut, gak ada yang bakal tahu. Hhh... cepet... lebih dalam..."
1267Please respect copyright.PENANATHpJBHkx0O
Orang itu menengadah, desahannya semakin berat.
Indri awalnya bergetar, tapi ritmenya makin teratur.
1267Please respect copyright.PENANA99FckCb1sB
Orang itu : "Aaaah... iya gitu... kamu jago banget... ternyata ustadzah bisa juga nakal gini..."
lakilaki asing :" ooouhhhhh....hssstttt..iyahhh disitu..ahh
indri terus menjilati buah zakar,tangan kanan nya mengocok penis orang asing yang udah mengancam nya malam ini,suasana kamar gelap indri gak tau siapa orang ini,tapi untuk sementara indri tidak mau berfikir siapa dia,karena indri masih ingin menikmati benda yang udah 1 tahun dia rindukan secara diam...
Lakilaki asing :"ahhh ahhhhh ahhhhkkkkkk"
lakilaki asing mendesah panjang, tubuhnya mengejang hebat. Tangan kirinya menekan kepala Indri agar tetap di tempat. Dalam sekejap, semburan hangat itu memenuhi mulut Indri.
1267Please respect copyright.PENANADESuzqTnHw
Indri terbelalak, kaget dengan banyaknya cairan yang keluar. Refleksnya sempat ingin menjauh, tapi bayangan ancaman dan rasa takut masih membelenggu. Cairan itu tumpah, sebagian mengalir keluar membasahi bibir dan dagunya.
1267Please respect copyright.PENANAk60ioYBZqT
Orang itu terengah-engah, wajahnya mendongak ke atas, menikmati setiap detik pelepasannya. Sementara Indri, masih gemetar, menelan dengan terpaksa, lalu menunduk dalam diam.
1267Please respect copyright.PENANA5fXZh9eCNR
Namun jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang ganjil—perasaan asing antara jijik, pasrah, tapi juga ada sedikit percikan rasa yang pernah ia rasakan dulu bersama Purnomo..
Laki-laki itu dengan santai menaikkan resleting celananya, wajahnya masih menyisakan senyum puas. Indri masih terduduk di tepi ranjang, menunduk, air mata yang tadi sempat jatuh kini mengering di pipinya.
1267Please respect copyright.PENANAkFVnBl4Jub
Tangan kasar itu meraih paksa ponsel Indri, jari-jarinya lincah mencatat nomor di layar. "Nanti saya kabarin lewat WhatsApp. Ingat, kamu gak boleh nolak, gak boleh protes apapun permintaan saya," katanya dingin, penuh ancaman.
1267Please respect copyright.PENANAlOSX3j3b7G
Indri hanya mampu menjawab lirih, nyaris tak terdengar, “I-iya…”
1267Please respect copyright.PENANAPk2at2AuzP
Tanpa banyak bicara lagi, lelaki itu melangkah keluar. Pintu kamar berderit tertutup. Beberapa detik kemudian, lampu kembali menyala, seakan kejadian barusan hanyalah mimpi buruk. Tapi Indri tahu, itu semua nyata.
1267Please respect copyright.PENANAgkivpNwkvY
Ia merebahkan diri kembali di ranjang, menatap kosong langit-langit kamar kosannya yang pengap. Dadanya naik turun, pikirannya kacau. Ia memikirkan nasibnya, bagaimana hidupnya makin jauh dari titik awal. Semua terasa makin gelap, dan bayangan ancaman yang baru saja datang menambah beban yang sudah nyaris tak tertanggungkan.
1267Please respect copyright.PENANAMZP8LqKwDx
Malam itu menjadi awal babak baru yang lebih suram dalam hidup Indri. Dari seorang ustadzah yang dulu dipuja, kini ia hanya seorang perempuan terpojok, terjerat aib, hutang, dan ancaman yang bisa meledak kapan saja. Dunia di luar sana mungkin tidur nyenyak, tapi bagi Indri, malam ini adalah permulaan mimpi buruk yang belum tahu kapan berakhirnya.
---
Belum sempat Indri menutup mata, notifikasi ponsel berbunyi. Getarannya membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Sebuah pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal masuk. Namun Indri tahu pasti, itu nomor laki-laki yang baru saja pergi.
1267Please respect copyright.PENANAEcZokWGFtW
Isi pesannya tegas, tanpa basa-basi:
1267Please respect copyright.PENANAtMmRqmijIR
CHAT WHATSAPP
1267Please respect copyright.PENANAExfIxLyC0a
“Besok siang kamu datang ke gubuk sawah, jangan telat.”
(disertai foto sebuah gubuk reyot di tengah hamparan sawah, atapnya setengah miring, dindingnya dari bilik bambu, terlihat sunyi dan sepi)
1267Please respect copyright.PENANAC0PSBVlb3X
“Pakai gamis. Jangan pake BH. Jangan pake celana dalam.”
1267Please respect copyright.PENANAr9zYEko50n
“Inget, kalo coba ngelawan, video kamu saya sebar ke orang kampung sini. kamu pasti bakal diusir.”
1267Please respect copyright.PENANAyl7jpKKREf
Indri terdiam, tangannya bergetar membaca pesan itu. Air matanya kembali jatuh, tubuhnya lemas. Semua rasa takut, hina, dan marah bercampur jadi satu. Namun di balik itu, ada rasa getir yang tak bisa ia lawan. Ancaman itu terlalu nyata.
1267Please respect copyright.PENANA4nAsDMrAuW
Malam itu Indri hanya bisa menatap layar ponselnya, sambil memeluk lutut di ranjang sempit kosannya. Bayangan gubuk reyot dalam foto terus menghantui pikirannya. Esok siang, ia tahu hidupnya akan semakin terikat dalam lingkaran gelap yang tak lagi bisa ia hindari. Dan untuk pertama kalinya, Indri benar-benar merasa dirinya hanyalah boneka di tangan orang asing yang bisa mengendalikannya sesuka hati.
1267Please respect copyright.PENANADPrf5no7JX
1267Please respect copyright.PENANAJulrSCVDyb
---