
Malam itu jarum jam menunjukkan pukul sebelas. Suasana rumah hening, hanya suara jangkrik dari luar jendela yang terdengar samar. Aulia terbangun karena rasa haus. Di sebelahnya, Aldi tertidur pulas, wajahnya tenang, sama sekali tidak terganggu.
1838Please respect copyright.PENANAbFdEsIdPcF
Dengan hati-hati, Aulia turun dari kasur. Langkahnya pelan agar tidak membangunkan suaminya. Ia berjalan melewati ruang TV yang lampunya sudah dimatikan, lalu melewati pintu kamar mertua nya,nampak sedikit terbuka dan melihat ibu mertuanya tidur.aulia tetap jalan ke arah dapur.
1838Please respect copyright.PENANAeSTIVe0vMW
Sesampainya di dapur, Aulia membuka kulkas, mengambil botol air dingin, lalu meneguknya perlahan. Saat itu juga, samar-samar telinganya menangkap sesuatu—suara desahan. Ia menoleh ke arah asal suara, keningnya berkerut. Suara itu datang dari kamar mandi.
1838Please respect copyright.PENANAEUvLkGYVzy
Rasa penasaran bercampur degup jantung membuat langkahnya tertahan. Ia berjalan pelan, mendekati pintu kamar mandi. Semakin dekat, suara itu semakin jelas. Dan saat berdiri tepat di depan pintu, ia tertegun—itu memang suara Bambang,mertuanya.
1838Please respect copyright.PENANAZ0ylNHzfyJ
Yang membuat Aulia benar-benar kaget adalah ketika desahan itu terdengar diikuti dengan lirih suara mertuanya menyebut namanya.
“Ahhh… Lia…”
1838Please respect copyright.PENANA3ERN2moAnC
Aulia langsung menutup mulutnya dengan tangan, mata terbelalak, tubuhnya gemetar. Rasa kaget, malu, dan perasaan aneh yang tadi pagi kembali menyeruak, menyergap dirinya di tengah sunyi malam.
Aulia berdiri terpaku di depan pintu kamar mandi, dadanya berdebar keras. Rasa penasaran mengalahkan rasa takut. Perlahan ia mendekatkan telinga ke daun pintu, menempelkan hingga suara di dalam terdengar semakin jelas.
1838Please respect copyright.PENANAOC9Pev1wYE
Desahan berat itu bercampur dengan racauan lirih, samar tapi terus berulang. Nama dirinya—“Lia…”—terdengar keluar dari mulut Bambang di antara nafas terengah.
1838Please respect copyright.PENANAtBhqaOP5wi
Awalnya Aulia heran, pikirannya kacau tak karuan. Tapi semakin lama ia mendengar, justru ada rasa aneh yang menyelinap ke dalam tubuhnya. Suara itu membuatnya merinding, bukan karena takut, melainkan karena sensasi yang sulit ia pahami. Ada kebanggaan terselubung dalam dirinya, seolah terpuji karena bisa membuat ayah mertuanya meracaukan namanya di tengah kenikmatan.
1838Please respect copyright.PENANAqGUfk4Vrfg
Tanpa sadar, jemarinya terangkat, meraba dada yang berdegup kencang. Tangan Aulia mulai memainkan payudaranya sendiri dari balik daster tipis yang ia kenakan. Nafasnya tersengal, tubuhnya perlahan mengikuti irama suara yang ia dengar dari dalam kamar mandi.
1838Please respect copyright.PENANAKrrW3ZdRGF
Waktu berjalan lama, dan ia tetap terdiam di sana—seorang menantu yang tak sadar telah hanyut dalam pusaran terlarang bersama bayangan mertuanya...
1838Please respect copyright.PENANA9pBrESM2Su
aulia makin hanyut dalam gelombang yang menyeretnya. Satu tangannya masih memijat payudara, sementara tangan lainnya merayap turun ke bagian paling sensitif tanpa ia sadari. Setiap desahan lirih dari dalam kamar mandi seperti menjadi pemicu, membuat tubuhnya bergetar dan bibirnya mendesis perlahan.
1838Please respect copyright.PENANADXXjEQMxtT
Suasana makin panas hingga terdengar jelas dari dalam, suara Bambang mengerang panjang, tanda ia sudah mencapai klimaks. Seketika itu juga Aulia tersadar. Panik bercampur malu, ia buru-buru menarik tangannya dan menjauh dari pintu kamar mandi.
1838Please respect copyright.PENANAUitiZsIIEu
Dengan langkah gemetar, ia berlari kecil menuju dapur lagi. Nafasnya masih memburu, tubuhnya bergetar dengan nafsu yang tertunda. Ia meraih gelas, menuang air, dan meminumnya cepat-cepat untuk meredakan panas di dadanya. Setelah itu, ia duduk di meja makan, mencoba menenangkan diri, namun wajahnya tetap merah dan tubuhnya terasa lemas.
1838Please respect copyright.PENANAQ7agERrVto
Beberapa detik berlalu dalam keheningan. Tiba-tiba, dari arah belakang terdengar suara berat yang familiar.
“Lia…” panggil Bambang.
1838Please respect copyright.PENANASOPftlvkJ3
Aulia terlonjak kaget, hampir menjatuhkan gelas yang ada di tangannya. Jantungnya berdegup keras, wajahnya seketika pucat bercampur merah
Bambang berjalan santai ke arah kulkas, masih dengan senyum tipis di wajahnya. Langkahnya tenang, seperti tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya. Aulia yang masih duduk di meja makan buru-buru menegakkan tubuhnya, jantungnya berdetak cepat.
Bambang: sambil membuka kulkas “Kamu belum tidur, Lia?”
Aulia refleks menatap sebentar, lalu buru-buru menggeleng. Tangannya meremas ujung dasternya di bawah meja, berusaha menutupi rasa gugup.
Aulia: pelan, suaranya bergetar “tadi udah tidur, Pak… tadi kebangun haus.”
Bambang mengambil sebotol air dari kulkas, meneguknya sambil tetap melirik menantunya yang tampak salah tingkah. Senyum samar di bibirnya makin jelas, membuat Aulia semakin salah tingkah.
Bambang berjalan santai ke arah kulkas, masih dengan senyum tipis di wajahnya. Langkahnya tenang, seperti tidak terjadi apa-apa beberapa menit sebelumnya. Aulia yang masih duduk di meja makan buru-buru menegakkan tubuhnya, jantungnya berdetak cepat.
1838Please respect copyright.PENANAsPq6h5gw5q
Bambang: sambil membuka kulkas “Kamu belum tidur, Lia?”
Aulia refleks menatap sebentar, lalu buru-buru menggeleng. Tangannya meremas ujung dasternya di bawah meja, berusaha menutupi rasa gugup.
1838Please respect copyright.PENANAidWsWxZGjV
Aulia: pelan, suaranya bergetar “Belum, Pak… tadi kebangun haus.”
Bambang mengambil sebotol air dari kulkas, meneguknya sambil tetap melirik menantunya yang tampak salah tingkah. Senyum samar di bibirnya makin jelas, membuat Aulia semakin salah tingkah.
Aulia masih menunduk, jari-jarinya gelisah di atas meja. Ia menarik napas dalam, berusaha terdengar tenang padahal jantungnya berdetak tak karuan.
Aulia (pelan, terbata):
“Kalo tadi… Aldi nggak minta, Pak… dia langsung tidur, mungkin capek…”
Bambang menyipitkan mata, menatap menantunya yang wajahnya mulai merah merona. Ia tersenyum tipis, lalu meletakkan gelas minumnya ke meja.
Bambang (sambil tertawa kecil, nada menggoda):
“Coba kalo kamu istri Bapak… pasti Aulia Bapak lembur terus.”
Kata-kata itu membuat tengkuk Aulia meremang. Tubuhnya terasa makin panas, rasa bersalah bercampur dengan getaran aneh yang sulit ia tolak. Ia hanya bisa terdiam, menahan napas, seolah takut jika suaranya keluar akan mempermalukannya sendiri...
Bambang menghela napas kecil lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Matanya melirik cepat ke arah Aulia yang masih menunduk, lalu tersenyum samar.
1838Please respect copyright.PENANAE7igS6MxS8
Bambang (dengan nada santai, tapi menyindir):
“Tapi… biarpun Aulia cantik, Bapak nggak nafsu sama Aulia. Bukan karena Aulia itu menantu Bapak… tapi lebih karena… Aulia kurang hot pakaiannya.”
Kalimat itu berhenti menggantung, tidak dilanjutkan lagi. Bambang berdiri dari kursinya, menepuk pelan meja, lalu dengan wajah masih tersenyum ia berkata singkat.
1838Please respect copyright.PENANAvHEAIfUxuB
“Sudah malam, Bapak masuk kamar dulu. Selamat tidur.”
1838Please respect copyright.PENANA8EvSUZcEIr
Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan melangkah tenang ke kamarnya. Aulia hanya bisa diam terpaku di kursinya, dadanya berdebar dengan rasa jengkel bercampur bingung. Perasaan tersinggung menyeruak — bagaimana mungkin Bambang bilang dirinya tidak menggairahkan hanya karena pakaian tertutup, sementara ia jelas-jelas mendengar tadi di kamar mandi, Bambang mendesah sambil menyebut namanya.
1838Please respect copyright.PENANAwln3DUwOAi
Dengan perasaan kesal, Aulia berdiri. Ia melangkah kembali ke kamarnya. Setiap melewati pintu kamar mertuanya, pandangannya refleks menoleh sebentar, hatinya penuh gejolak: antara marah, malu, dan tidak percaya,
--- jam 00:30 malam
Malam itu, meski Aldi tertidur pulas di sebelahnya, mata Aulia justru terus terbuka. Kata-kata Bambang soal dirinya yang “kurang hot” terus terngiang di kepala. Hatinya terasa panas, bercampur penasaran, hingga akhirnya ia bangun pelan-pelan, meraih ponselnya di meja samping ranjang. Dengan ragu, tapi juga terdorong rasa kesal, ia membuka WhatsApp dan menulis pesan untuk mertuanya.
1838Please respect copyright.PENANAEzUIxX1oS3
1838Please respect copyright.PENANAkRCp75vLn2
---
1838Please respect copyright.PENANA9No7ZYe78G
Chat WhatsApp
1838Please respect copyright.PENANAlJk6BGs9gC
Aulia:
Bapak… tadi maksudnya apa ya bilang Aulia nggak hot?
1838Please respect copyright.PENANAivnE1U49qx
5menit kemudian balasan dari bambang
"Hehe… Aulia masih kepikiran ternyata. Bapak cuma ngomong apa adanya kok"
1838Please respect copyright.PENANA6xR6vwenDc
Aulia (langsung balas)
1838Please respect copyright.PENANA74TJQcbdGF
"tapi bukanya bapak waktu itu bilang,kalo istri bapak muda & cantik kaya aku,bakalan minta gituan terus!,iya kan!
1838Please respect copyright.PENANALHdhZ8tYlc
Bambang
"heheh...iya kan bapak bilang muda cantik KAYA kamu,bukan bilang KALO AULIA ISTRI BAPAK nanti bapak entot terus,kalo pun cantik & muda ya tetep aja bapak gak nafsu.
Pesan terakhir itu membuat jantung Aulia berdegup kencang. Tangannya gemetar, matanya menatap layar tanpa berkedip. Rasa kesal perlahan berganti dengan rasa penasaran yang semakin besar,dalam hati, Aulia sebenarnya ingin menyinggung soal yang ia dengar di kamar mandi tadi—desahan Bambang yang menyebut namanya. Namun bayangan wajah mertuanya yang bisa saja malu atau bahkan marah membuatnya mengurungkan niat. Ia menutup kembali layar ponselnya tanpa membalas pesan terakhir.
1838Please respect copyright.PENANAWxQVqVeeXW
Pelan-pelan ia turun dari kasur, memastikan Aldi masih tertidur nyenyak. Dengan langkah hati-hati, ia membuka pintu lemari pakaian. Matanya menelusuri tumpukan baju rumah tangga yang rapi, tapi pikirannya melayang jauh ke masa sebelum menikah.
1838Please respect copyright.PENANA9FBCf5eH4Z
Aulia bergumam dalam hati, “Aku bawa nggak ya koleksi baju-baju dulu yang agak terbuka? Waktu masih single, masih suka pakai dress mini, tanktop, sama celana pendek…”
1838Please respect copyright.PENANAst1bRsLTCV
Tangannya mulai menggeser tumpukan pakaian. Ada rasa penasaran, deg-degan, bercampur dengan dorongan untuk membuktikan ucapan mertuanya. Ia mencari, berharap menemukan satu atau dua potong pakaian yang dulu disimpannya diam-diam—pakaian yang dianggap terlalu berani kalau dipakai di rumah mertua,Aulia terus membongkar isi lemari, memeriksa setiap lipatan baju dengan cemas. Namun hasilnya nihil—hanya pakaian rumah biasa, daster, dan baju santun yang selama ini ia kenakan. Nafasnya terdengar makin gusar. Ia lalu berjongkok, menarik satu tas besar yang diletakkan di bagian bawah lemari.
1838Please respect copyright.PENANALPXHjiht0R
Tangannya cepat-cepat mengobrak-abrik isi tas itu, berharap ada yang tersisa dari koleksi lama. Dan benar saja, di balik tumpukan pakaian yang sudah lama terlipat, ia menemukan beberapa potong tanktop tipis dengan warna mencolok—warisan gaya hidupnya sebelum menikah.
1838Please respect copyright.PENANAx2qejOQP3m
Senyum tipis muncul di bibirnya. Ia berdiri, mengangkat salah satu tanktop berwarna merah, menempelkannya ke tubuh di depan kaca. Rasa percaya diri yang lama terkubur tiba-tiba bangkit lagi.
1838Please respect copyright.PENANAv4B2VWW3vE
Perlahan, Aulia mulai mencoba satu persatu. Tanktop hitam yang menempel pas di dada, yang putih tipis hingga sedikit menerawang kulitnya, sampai yang merah menyala membuat pipinya ikut bersemu.
1838Please respect copyright.PENANAyVILLO0Yql
Di depan cermin, ia memiringkan tubuh, merapikan rambut panjangnya, lalu tersenyum licik pada bayangan dirinya sendiri. Dalam hati ia berbisik:
“Bapak tadi bilang kurang hot, kan? Besok biar lihat sendiri…”
---
Aulia akhirnya melepas semua tanktop yang tadi dicoba, lalu kembali mengenakan daster tidur nya. Ia naik ke kasur, menarik selimut, dan memaksa matanya untuk terpejam. Namun semakin berusaha, semakin terasa sulit. Pikiran tentang ucapan Bambang terus mengganggu, membuat hatinya gelisah.
Dengan napas terengah, ia tiba-tiba bangkit lagi. Kali ini lebih tergesa-gesa. Lemari kembali terbuka, tangannya meraih tanktop hitam. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengenakannya.tanktop berdada rendah itu menempel erat, menonjolkan lekuk dan belahan payudaranya.
Aulia berdiri di depan kaca, menata rambutnya, lalu mengangkat ponsel. “Cekrek!” satu foto selfie berhasil diambil. Ia menatap layar, menimbang-nimbang. Bibirnya menggigit pelan, wajahnya bimbang.
1838Please respect copyright.PENANAsWPBF7J6Dp
“Kalau langsung dikirim ke Bapak… aduh, nanti aku keliatan murahan banget. Rendahan,” batinnya.
Tiba-tiba sebuah ide muncul. Ia tersenyum kecil. Ia buka menu status WhatsApp, mengatur privasi hanya untuk satu orang: "Bapaknya A'aldi",Dengan sedikit jantung berdebar, ia unggah foto selfie tanktop hitam itu sebagai story.
Begitu unggahan berhasil, Aulia langsung jatuh terduduk di kasur. Kedua tangannya menutup wajah, antara takut ketahuan dan menunggu dengan penuh rasa penasaran—kapan mertuanya akan melihatnya..
Aulia berulang kali membuka dan menutup WhatsApp, menunggu notifikasi kecil bertuliskan “dilihat”. Namun menit demi menit berlalu, tak ada tanda apa pun. Rasa deg-degannya perlahan berubah jadi jengkel.
1838Please respect copyright.PENANAByHD9I0G7y
Untuk mengalihkan pikiran, ia membuka aplikasi Shopee. Jarinya lincah mengetik kata kunci “BAJU SEKSI WANITA”. Layar ponselnya langsung dipenuhi deretan lingerie, tanktop tipis, hingga gaun tidur pendek. Ia scroll pelan, matanya berbinar setiap kali menemukan model dengan warna mencolok.
1838Please respect copyright.PENANAxf6X7o4eF1
Beberapa ia masukkan ke keranjang—bukan untuk langsung dibeli, hanya sekadar koleksi sementara. Ia sendiri sampai bingung, kenapa tiba-tiba begitu bersemangat mencari baju-baju seperti itu.
1838Please respect copyright.PENANA2xQeEik0GP
Cukup lama ia larut, sampai tiba-tiba teringat kembali pada story yang tadi diunggah. Jantungnya langsung berdebar. Dengan cepat ia menutup Shopee, kembali membuka WhatsApp, dan mengecek.
1838Please respect copyright.PENANAdLxDc2eUwO
Matanya membelalak kecil: statusnya sudah dilihat… 7 menit yang lalu.
1838Please respect copyright.PENANA76hf3pJmJk
Perasaan Aulia bercampur aduk. Senang karena akhirnya Bambang melihat, tapi sekaligus kesal—karena sama sekali tidak ada respon, tidak chat, tidak komentar, bahkan sekadar emotikon pun tidak.
1838Please respect copyright.PENANAprQivy5U2i
Aulia menghela napas keras, bibirnya manyun sambil bergumam pelan,
“Bapak ini…udah lihat tapi diem aja,(sambil manyun)
---
Aulia akhirnya menutup aplikasi WhatsApp, meletakkan ponsel di samping bantal, lalu merebahkan tubuhnya kembali ke kasur. Tanktop hitam yang masih melekat di tubuhnya membuat dirinya merasa berbeda—lebih ringan, lebih berani, seolah sedang merasakan sisi baru dalam dirinya.
Tangannya meraba lembut kain tipis itu, senyum samar tersungging di bibirnya. Di balik rasa kesal karena tak ada respon, ada juga rasa puas tersendiri: ia tahu,mertua nya sudah melihat dirinya dalam balutan pakaian minim.
Tapi tanpa disadari, malam ini Aulia telah masuk ke dalam permainan yang halus. Ia sendiri seperti sedang memancing, menggoda perlahan ayah dari suaminya. Dan entah sadar atau tidak, benih godaan itu mulai tumbuh menjadi rahasia yang bisa saja meledak kapan saja.
---