Hidupku masih terasa biasa, meski perasaan nggak enak soal Afifah dan Mas Broto mulai mengganggu. Aku kerja di kecamatan dari pagi sampai sore, sementara Rafi sibuk dengan sekolah dan lesnya. Afifah, seperti biasa, ngurus rumah dan sekarang tambah tugas ngurus Mas Broto. Suatu hari, aku baru tahu dari tetangga bahwa Afifah mulai ajak Broto masuk ke rumah kami pas aku dan Rafi nggak ada. “Budi, tadi siang lihat Broto di rumahmu, sama Afifah,” kata Bu RT sambil nyengir kepo. Aku cuma senyum kecut, “Oh, mungkin cuma bantu masak, Bu.”
1139Please respect copyright.PENANAxcZCiR0Kmh
Afifah memang sering masak buat Broto, tapi aku nggak nyangka dia bakal bawa Broto ke rumah. Di rumah, Afifah biasa santai, lepas jilbab, cuma pakai daster dan cardigan rajut tipis. Cardigan itu nggak terlalu nutup, kadang memperlihatkan siluet tubuhnya, termasuk belahan payudaranya yang bikin aku sendiri kadang salah tingkah. Aku nggak keberatan dia santai di rumah, tapi membayangkan Broto ada di situ bikin aku ngerasa aneh. “Fah, kamu ajak Broto ke rumah ya?” tanyaku malam itu, coba santai. Dia cuma ketawa, “Iya, Mas, kasihan, dia sendirian, aku ajak makan siang bareng.”
1139Please respect copyright.PENANAcEcLOsH567
Hari itu, pas aku di kantor dan Rafi di sekolah, Afifah beneran ajak Broto ke rumah. Dia masak di dapur, bikin ayam goreng dan sayur kolplay favoritku, sambil Broto duduk di meja makan. Broto, yang biasa cuma lihat Afifah pakai jilbab di luar, sekarang ngeliatin Afifah dengan rambut tergerai dan daster tipis. Matanya, meski polos, sering fokus ke siluet payudara Afifah yang sedikit kelihatan di balik cardigan. Afifah nggak ngeh, sibuk nyanyi kecil sambil aduk masakan. “Broto, suka ayam goreng nggak?” tanyanya, nggak sadar tatapan Broto.
1139Please respect copyright.PENANAyjjpZIF5TE
Broto cuma angguk, senyum lebar, tapi matanya nggak lepas dari Afifah. “Mbak Cantik... rambut bagus,” katanya tiba-tiba, suaranya cadel tapi antusias. Afifah cuma ketawa, “Haha, Broto, baru pertama kali ya lihat saya lepas jilbab?” Dia nggak bermaksud apa-apa, cuma bercanda sambil lanjut masak. Broto ketawa, “Cantik, Mbak, kayak bidadari!” Afifah cuma geleng-geleng, “Aduh, Broto, gombal banget sih.” Tapi suasana di dapur tetap santai, penuh aroma masakan.
1139Please respect copyright.PENANARbK4iWDZ4N
Saat makan siang, Afifah dan Broto duduk di meja makan kecil kami. Afifah nyiapin piring buat Broto, ngerapihin nasi dan lauk dengan tangan cekatan. Broto, yang kadang susah makan sendiri, cuma ngeliatin Afifah dengan senyum polos. “Broto, ayo makan, nanti dingin,” kata Afifah, sambil nyuapin sesendok nasi sama ayam ke mulut Broto. Broto ngunyah pelan, matanya masih suka nyasar ke rambut dan cardigan Afifah. “Enak, Mbak Cantik!” katanya, mulutnya penuh.
1139Please respect copyright.PENANAOB4N8zALtG
Afifah cuma ketawa, “Broto, kunyah dulu, baru ngomong.” Dia nyuapin lagi, kayak ngurus anak kecil, sambil nyanyi pelan lagu anak yang biasa dia nyanyikan. Broto ikut goyang-goyang kepala, seolah nyanyi bareng, meski cuma ngeluarin suara nggak jelas. Suasana makan siang itu kelihatan akrab, tapi ada sesuatu yang bikin Broto terus ngeliatin Afifah. Afifah, dengan kepolosannya, nggak ngeh kalau tatapan Broto beda dari biasa. Dia cuma fokus bikin Broto nyaman, kayak tetangga baik.
1139Please respect copyright.PENANAWxM0yeUQ52
Di sela-sela makan, Afifah cerita soal masakan ke Broto. “Broto, ini resep ayam goreng dari Mamaku, rahasianya bawang putih banyak,” katanya sambil ketawa. Broto cuma angguk, “Bawang... enak, Mbak!” Tapi matanya lebih sering ke rambut Afifah yang tergerai panjang. Afifah nggak sadar, malah nyanyi lagi, “Balonku ada lima...” sambil nyuapin Broto lagi. Broto ketawa ngakak, “Mbak Cantik suka nyanyi!” Afifah cuma nyengir, “Iya, Broto, biar nggak bosan.”
1139Please respect copyright.PENANAlFCXVKh7Eu
Makan siang selesai, tapi Broto kayak betah banget di rumah kami. Afifah beresin piring, sementara Broto masih duduk, ngeliatin gerakan Afifah di dapur. “Broto, mau bantu cuci piring nggak?” tanya Afifah, setengah bercanda. Broto cuma geleng, “Nggak bisa, Mbak, susah!” Afifah ketawa, “Ya udah, duduk aja, nanti aku ajarin.” Dia lanjut nyanyi, nggak ngeh kalau Broto masih ngeliatin siluet tubuhnya. Suasana tetap ringan, tapi ada ketidaknyamanan yang nggak terucap.
1139Please respect copyright.PENANAYsHvKpCiLq
Aku tahu soal makan siang ini dari Bu RT yang kelewatan depan rumah. “Budi, Afifah tadi masak buat Broto, lho, sampe nyuapin,” katanya sambil nyengir. Aku cuma ketawa kecut, “Iya, Bu, Afifah emang baik banget.” Tapi dalam hati, aku mulai gelisah. Afifah cuma bilang bantu tetangga, tapi kenapa Broto sampai masuk rumah? Dan kenapa dia nggak cerita apa-apa ke aku? “Fah, tadi Broto di rumah ya?” tanyaku malam itu, coba santai.
1139Please respect copyright.PENANAFK5liO6mMJ
Afifah cuma senyum, “Iya, Mas, kasihan, dia laper, aku masakin aja.” Dia cerita sambil nyanyi pelan, kayak nggak ada yang salah. “Lagian, Broto seneng banget, bilang aku kayak bidadari,” tambahnya, ketawa kecil. Aku cuma angguk, “Hati-hati, Fah, Broto kan polos, nanti salah paham.” Dia cuma nyanyi, “Cemburu-cemburu, hayo ngaku!” sambil cubit pinggangku. Tapi hatiku nggak tenang, apalagi bayangin Broto ngeliatin Afifah tanpa jilbab.
1139Please respect copyright.PENANA5BseFlBNo3
Rafi pulang dari sekolah, nanya, “Ma, tadi Broto ke rumah ya? Aku lihat dia di teras.” Afifah cuma ketawa, “Iya, Raf, Mama masakin dia, kasihan sendirian.” Rafi cuma angguk, “Oh, oke, tapi Broto tadi nyanyi fals banget, Ma.” Kami ketawa bareng, tapi aku ngerasa ada yang nggak beres. Afifah kelihatan santai, tapi kenapa dia nggak cerita duluan soal Broto? Pikiranku mulai lari, apa cuma cemburu, atau ada sesuatu yang salah?
1139Please respect copyright.PENANACbwpTver8X
Afifah lanjut rutinitasnya, masak, nyanyi, beresin rumah. Tapi tiap cerita soal Broto, matanya berbinar, kayak excited banget. “Mas, tadi Broto coba nyanyi ‘Kopi Dangdut’, lucu banget,” katanya sambil ketawa. Aku cuma nyengir, “Iya, Fah, Broto emang lucu.” Tapi dalam hati, aku ngerasa tatapan Broto ke Afifah nggak sesederhana itu. Mungkin dia polos, tapi laki-laki tetaplah laki-laki, kan?
1139Please respect copyright.PENANAQpyyp5UfRk
Malam itu, aku coba tanya lagi, “Fah, kamu nggak keberatan ajak Broto ke rumah terus?” Dia cuma senyum, “Nggak, Mas, kan tetangga, lagian dia nggak ngerepotin.” Tapi sorot matanya, entah kenapa, bikin aku ngerasa ada yang disembunyikan. Aku cuma diam, coba yakinin diri bahwa Afifah cuma baik hati. Tapi bayangan Broto yang ngeliatin Afifah tanpa jilbab, ditambah daster tipis itu, bikin pikiranku nggak tenang. Apa ini cuma cemburu buta, atau ada sesuatu yang mulai haram di rumah sendiri?
ns216.73.216.125da2