Tatapan mereka masih terkunci, seolah waktu berhenti hanya untuk keduanya. Perlahan wajah Purnomo mendekat, jarak yang kian menyempit membuat dada Indri semakin berdebar. Indri menutup mata, menyerahkan dirinya pada momen yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi.
12827Please respect copyright.PENANA3ROfsiu9Ih
Sebuah kecupan singkat hinggap di bibirnya. Lembut, cepat, tapi meninggalkan getaran yang menjalar ke seluruh tubuh Indri. Ia masih terdiam dengan mata terpejam, napasnya tertahan.
12827Please respect copyright.PENANAlcKfPlZErE
Purnomo kembali mengecup, kali ini sedikit lebih lama, lebih dalam. Indri masih pasrah, tak bergerak, tapi jantungnya berdegup seolah hendak meledak.
12827Please respect copyright.PENANApkze8yFzHI
Hingga akhirnya, kecupan itu berkembang. Bibir mereka saling mencari, berganti menjadi lumatan yang lembut namun penuh perasaan. Purnomo menggerakkan bibirnya pelan, menuntun, sementara Indri mulai membalas—canggung, tapi tulus.
12827Please respect copyright.PENANAxJr4e2UEWv
Di balik ketegangan itu, Indri merasakan sesuatu yang berbeda: bukan sekadar birahi, tapi juga kehangatan. Sesuatu yang selama ini hilang dalam rumah tangganya, kini hadir dalam lumatan bibir seorang pria paruh baya di hadapannya..
---
Purnomo perlahan melepaskan ciuman dari bibir Indri, lalu menatap wajahnya yang masih memejam dengan pipi memerah. Tangan kirinya meraih kondom dan pil KB, seolah itu simbol keputusan besar yang baru saja mereka ambil. Dengan tenang, ia berdiri, kemudian mengulurkan tangan kanannya, meraih jemari Indri dengan penuh kelembutan.
12827Please respect copyright.PENANAEikHB20Jzo
Indri tak berkata sepatah pun, hanya mengikuti tarikan halus itu. Langkahnya pelan, pasrah, tetapi jelas sekali bahwa ia tidak menolak. Hatinya berdebar, pikirannya masih bergelut antara dosa dan kebahagiaan, namun tubuhnya memilih mengikuti.
12827Please respect copyright.PENANAgQvp0WLGCe
Mereka sampai di tepi kasur. Duduk berhadapan, Purnomo menoleh ke arah Indri, menatap matanya dalam-dalam. Dengan suara rendah tapi mantap, ia mengangkat tangan kiri, menunjukkan benda yang ia bawa sejak tadi.
“Sebelum terlalu jauh… kamu yakin benda ini kita gunakan?” tanyanya sekali lagi.
12827Please respect copyright.PENANAsKTRqfAd4s
Indri menelan ludah, ada keraguan singkat di matanya, namun segera terhapus oleh ketulusan tatapannya pada pria itu. Ia mengangguk pelan, lalu dengan suara tegas sekaligus lembut berucap,
“Iya, Mas… aku yakin. Malam ini… aku milik kamu.”
12827Please respect copyright.PENANAKYA2y2naqA
Kata-kata itu membuat dada Purnomo bergetar. Perlahan ia kembali mendekat, meraih wajah Indri dengan kedua tangannya, lalu mencium bibir itu sekali lagi. Indri menutup mata, menyerahkan diri, pasrah dalam lumatan penuh perasaan.
12827Please respect copyright.PENANARGReSC09p2
Tubuh mereka mulai merebah di atas kasur, ciuman berlanjut semakin dalam. Tangan Purnomo dengan hati-hati melepaskan jilbab yang membungkus kepala Indri, hingga rambut hitam panjangnya terurai. Ia menurunkan ciumannya ke leher Indri, membuat sang ustadzah menggigil, sementara matanya tetap terpejam, tenggelam dalam sensasi baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
12827Please respect copyright.PENANAMpOhy8GNzs
12827Please respect copyright.PENANA92rYwZ2ekp
Dalam keheningan kamar hotel yang hanya ditemani suara detak jam dinding, Purnomo menatap Indri yang kini terbaring dengan tubuh polos tanpa balutan gamis. Kulit putihnya memantulkan cahaya lampu kamar, membuatnya terlihat bak permata yang tersembunyi.
12827Please respect copyright.PENANAmAur4Ps2BH
Indri masih menutup dada dan bagian bawah tubuhnya dengan tangan, pipinya memerah, matanya terpejam seolah ingin bersembunyi dari sorotan Purnomo. Namun desahan napasnya yang berat tak bisa menutupi kenyataan: ia sedang menikmati setiap sentuhan dan ciuman yang baru saja dilimpahkan padanya.
12827Please respect copyright.PENANAz2oJTzPbIo
“Mas jangan diliatin gitu… aku malu…” ucap Indri lirih, suaranya manja dan bergetar.
12827Please respect copyright.PENANAWAc0uhvNbr
Purnomo hanya tersenyum hangat, lalu kembali menunduk, mencium bibir Indri dengan lumatan yang lebih panas, lebih intim dari sebelumnya. Ia menurunkan ciumannya ke leher, ke dada, hingga payudara Indri, meninggalkan jejak hangat di setiap inci kulitnya.
12827Please respect copyright.PENANAc0hVmgVANj
Indri menggeliat, menahan sensasi asing yang membanjiri tubuhnya. Tangannya yang semula ingin menutup diri, kini mulai melemah dan pasrah. Ia hanya bisa memejamkan mata, merasakan dirinya seolah larut dalam arus yang tak bisa ia kendalikan.
12827Please respect copyright.PENANA6ZEEYWWzvM
Tak lama, Purnomo pun melepas semua pakaiannya sendiri. Kini, yang tersisa hanyalah dua tubuh dengan nafas terengah, saling menunggu, saling menahan diri di ujung batas.
Ciuman mereka semakin panas, lidah saling menyatu, desah Indri semakin terdengar jelas. Tubuhnya bergetar ketika jemari Purnomo perlahan menurunkan kait BH putih lalu membuka celana dalamnya dengan hati-hati. Indri merem, wajahnya memerah, tapi tubuhnya sendiri pasrah mengikuti gerakan itu. Bahkan, ia spontan mengangkat pinggulnya, seakan memberi jalan.
12827Please respect copyright.PENANAnMIL6AncSp
Kini Indri benar-benar terbuka di hadapan Purnomo, tanpa sehelai kain pun menutupi. Nafasnya terengah, dada naik turun, rasa gugup bercampur rasa penasaran.
12827Please respect copyright.PENANAe9N0S0MJfn
Purnomo pun menyingkirkan celana dalam yang ia kenakan. Indri yang sekilas membuka mata langsung tercekat. Dalam hati, ia berkomentar sendiri, “Ya Allah… gede banget…” rasa kagum sekaligus takut bercampur menjadi satu.
12827Please respect copyright.PENANA85HphDLqma
Namun meski gugup, ia tak berkata apa-apa. Ia hanya menunduk, meremas sprei dengan kedua tangannya, sementara bibirnya masih setengah terbuka, menanti apa yang akan dilakukan Purnomo selanjutnya.
beberapa detik kemudian
indri : "aahhhhhhhhh...." (mata nya terpejam,ketika penis purnomo memasuki vagina nya) ahhh hssstt ouhhhhh.....
12827Please respect copyright.PENANAiKj1UMHEbi
12827Please respect copyright.PENANATUGgDND8CB
12827Please respect copyright.PENANAs5qzA1VqWi
Suasana kamar semakin panas, udara dipenuhi aroma keringat dan desahan yang tak tertahan. Tubuh Indri dan Purnomo lengket basah, masih dalam posisi miring hingga akhirnya Purnomo perlahan mengangkat tubuh Indri, meletakan diatas tubuhnya. Kini posisi mereka saling menghadap ke atas, nafas beradu, mata saling menatap plafon kamar,keduanya sudah terhanyut.kepala indri berada di bahu sebelah kiri purnomo...
12827Please respect copyright.PENANA8UYcVKPf4f
Indri tak kuasa, tubuhnya dipaksa mengikuti gerakan naik turun. Rona merah merekah di pipinya, rambut yang tergerai sebagian menempel di wajah karena keringat. Purnomo memeluk erat perut Indri,satu tangan meremas payudara menuntun ritme mereka...
Indri (mendesah tertahan): “Aah… mas…ah..ahh… aah…”
Purnomo (terengah, mengecup pipi Indri penuh hasrat): “Indri…ouhhh enakkkkk sayang… kamu cantik banget… aah…”
Indri (menutup mata, tubuh bergetar): “… aahh…ahh..ahh…”
Purnomo (semakin dalam mendesah): “Iya, sayang… gini… aahh…”
12827Please respect copyright.PENANArp0j7ZTdUT
Gerakan mereka makin liar, desahan makin keras. Indri seolah pasrah tapi juga menikmati, tubuhnya mengikuti ritme Purnomo meski gemetar karena kenikmatan yang tak terbendung...
Indri : " ah..ah.ah..ahhh (sambil menengok ke arah wajah purnomo)
"mmmppp,sslrruppp...mmmhh..slurrppphh"
suara mulut mereka saling melumat..
Ritme panas itu berlangsung lama,tubuh Indri basah oleh keringat, napasnya memburu. Purnomo lalu dengan perlahan menundukkan tubuh Indri, menekannya ke kasur tanpa melepas penis dari vagina indri. Indri kini dalam posisi tengkurap, wajahnya menempel pada bantal, tubuhnya terasa lemah namun tetap mengikuti arah gerakan Purnomo.
12827Please respect copyright.PENANA3EkrUnntVN
Purnomo berada di atasnya, menindih dengan tubuh besar dan penuh tenaga. Nafas panasnya membelai telinga Indri, membuat bulu kuduknya merinding. Dengan perlahan, ia menarik kaki kanan Indri, melipatnya ke samping. Kini kaki Indri menekuk seperti katak, memberikan sudut baru bagi mereka.
12827Please respect copyright.PENANAbX0vM8TAEk
Indri hanya bisa menggigit bibir, matanya terpejam, menahan sensasi baru yang begitu dalam. Tubuhnya sesekali bergetar, suara desah lirih lolos dari bibir mungilnya.
Purnomo : "ahh..ah..ah..ah
Purnomo : "aaakkhhhh..."
"crott..crott..crott..crott.." purnomo membuang sperma diatas perut indri
tubuh Indri terkulai lemas, matanya terpejam rapat dengan nafas yang masih terengah-engah. Seluruh tubuhnya masih bergetar halus, sisa kenikmatan seolah berdenyut di setiap pori kulitnya. Purnomo, sama lelahnya, membaringkan tubuh di samping Indri.
12827Please respect copyright.PENANAwP6ThsckDh
Saat ia merebahkan tubuhnya, terasa ada sesuatu yang keras menekan pinggangnya. Dengan reflek tangannya meraba, lalu mendapati plastik kondom yang tadi sempat ia ambil, bersama pil KB yang masih utuh. Seketika ia sadar, mereka berdua benar-benar hanyut dalam gairah hingga lupa tidak menggunakan benda itu.
12827Please respect copyright.PENANAapl7rcof3M
Purnomo hanya tersenyum kecil, menatap wajah Indri yang tampak damai meski kelelahan. Tak ingin mengganggu ketenangan itu, ia meletakkan benda itu di meja samping ranjang. Dengan pelan ia meraih selimut, menutup tubuh Indri yang terbuka, lalu merebahkan diri lagi.
---
Suasana kamar hotel kembali tenang, hanya tersisa suara AC yang berhembus dan napas teratur mereka. Dalam kehangatan dan kelelahan, Purnomo memejamkan mata, membiarkan dirinya ikut tenggelam dalam tidur,di samping wanita yang baru saja menyerahkan seluruh tubuhnya malam ini.


