Pagi itu kamar hotel diselimuti cahaya lembut matahari yang menembus tirai tipis. Purnomo bangun lebih dulu, tubuhnya masih terasa letih tapi hatinya hangat. Ia menoleh ke samping, menatap Indri yang masih pulas, wajah cantiknya terbingkai rambut yang agak berantakan, dan di bibirnya tersungging senyum kecil seolah sedang bermimpi indah.
12068Please respect copyright.PENANAE7NgER4GxT
Dalam hati, Purnomo tak percaya—seorang ustadzah yang di idolakan banyak orang di penjuru kota ini kini tertidur di sampingnya, setelah semalam menyerahkan seluruh tubuhnya. Rasa syukur bercampur kagum membuatnya ingin mengabadikan momen itu. Perlahan ia menunduk, lalu mengecup kening Indri lembut sambil berbisik penuh kehangatan.
12068Please respect copyright.PENANAQ9Oi3Qfnbi
Beberapa detik kemudian, Indri terbangun. Matanya setengah terbuka, senyum malu-malu mengembang, lalu ia menggeliat kecil.
“Mas, apa’in sih…” ucapnya manja, sambil menutup wajah dengan tangan.
12068Please respect copyright.PENANAHMNjMOE68D
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Purnomo bergegas bangun, ternyata pesanan kopi yang sebelum nya ia minta baru diantar. Setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan hotel, ia kembali dengan nampan berisi kopi panas dan sarapan sederhana.
12068Please respect copyright.PENANAXBYMzGGthY
Sementara itu, Indri buru-buru bangun dari ranjang, menutupi tubuhnya dengan selimut putih hotel. Meski semalam Purnomo sudah melihat seluruh tubuhnya, tetap saja rasa malu itu muncul di pagi hari. Ia berjalan pelan menuju kamar mandi, selimutnya menjuntai mengikuti langkah.
12068Please respect copyright.PENANAEN6QQPNjcH
Ketika ia selesai,indri ikut duduk di sofa di samping purnomo hanya berbalut handuk untuk menutupi tubuhnya,purnomo sendiri sudah menyiapkan sarapan di meja kecil dekat meja sofa. Indri mengambil ponselnya, jari-jarinya lincah men-scroll layar—kebiasaan baru setelah dirinya mulai terkenal sebagai pendakwah yang sedang naik daun.di sela dia membuka instagram sesekali ia melirik Purnomo yang sedang minum kopi, hatinya berdebar lagi, seakan semalam hanya sebuah mimpi..
kemudian Indri membuka percakapan :
12068Please respect copyright.PENANAJQ2RmYQxwr
12068Please respect copyright.PENANA2UoWYD8gzL
Indri tersenyum kecil sambil menunduk menatap layar ponselnya. Jari-jarinya lincah mengetik pesan ke manajernya, Tria, menanyakan agenda kegiatan dan jadwal di tanggal itu. Purnomo hanya melirik sekilas dari sofa, sambil menyeruput kopi panasnya, membiarkan Indri larut dengan urusannya.
12068Please respect copyright.PENANAieVmZkt7of
Sambil menunggu balasan, Indri meraih roti bakar di piring kecil lalu menggigit perlahan. Aroma coklat hangat yang mengepul dari gelas di depannya membuat suasana pagi itu terasa lebih damai. Sekilas, Indri merasa seakan pagi itu hanyalah rutinitas biasa—tanpa beban, tanpa rahasia besar yang mereka simpan.
12068Please respect copyright.PENANAZFsBlKcVn6
Beberapa menit kemudian, ponsel Indri berbunyi. Notifikasi WhatsApp masuk dari Tria. Dengan cepat ia membukanya.
Tertulis jelas di layar: “Mbak Indri ada jadwal ngisi acara besok malam, tanggal 30 jam 9 malam, di Banten. Jangan lupa persiapan ya.”
12068Please respect copyright.PENANALRNIwjVagn
Indri menunjukan layar ponselnya ke arah Purnomo sambil berucap singkat, “Mas…” dengan nada manja. Purnomo menatap pesan itu, lalu tersenyum...
12068Please respect copyright.PENANANsdN1Q8v1u
“Berarti kita masih punya banyak waktu" katanya pelan. Dengan nada penuh arti, ia lalu menawarkan dua pilihan, “Indri mau keluar jalan-jalan ke pantai lagi… atau kita habisin waktu di kamar aja?”
12068Please respect copyright.PENANAblsiL6If7R
Indri kemudian menyipitkan matanya malu sekaligus bahagia. Senyum itu menyimpan kepastian. Ia mengangguk kecil, lalu menjawab dengan nada manja, “Di kamar aja, Mas…”
12068Please respect copyright.PENANAscW6WfOUuc
Hening beberapa detik, kemudian Indri melirik Purnomo dengan gaya bercanda. “Tapi, Mas…” ucapnya sambil melihat ke arah purnomo. Purnomo menoleh, penasaran. Indri pun menunduk, wajahnya memerah. Dengan suara lirih tapi penuh godaan, ia menyinggung, “Semalem… Mas lupa make kondom ya…”
12068Please respect copyright.PENANAyrWY4Vs5Hf
Kalimat itu membuat suasana langsung berubah. Purnomo terdiam sejenak, lalu tersenyum geli campur salah tingkah. Sementara Indri menutup wajahnya dengan bantal, menahan malu, tapi dari senyumnya jelas terlihat: ia menikmati kebersamaan itu.
----
Siang itu kamar hotel nomor 17 benar-benar menjadi dunia kecil milik mereka berdua. Indri dan Purnomo sepakat tak akan keluar, semua yang dibutuhkan bisa dipesan dari luar. Indri yang tak membawa baju ganti hanya berbalut handuk putih milik hotel.duduk di balkon sambil menikmati angin laut, terkadang kembali rebahan di ranjang menonton televisi bersama Purnomo.
12068Please respect copyright.PENANA9a7YB8Wwyp
Bahkan saat pesanan makanan dari ojek online datang, Indri tetap dengan santainya menerima di pintu dalam keadaan hanya berbalut handuk, meski wajahnya merona malu karena sadar betul siapa dirinya di luar sana. Namun, di ruangan itu, Indri benar-benar merasa bebas.
12068Please respect copyright.PENANAtepIQcVR8c
Baginya, kemarin dan hari ini bukanlah tentang Ustadzah Indri Febriyani, M.A., sosok panutan ribuan jamaah. Hari itu ia hanyalah Indri Febriyani, seorang perempuan biasa yang merasakan kembali manisnya cinta, perhatian, dan dimanja oleh laki-laki yang membuat hidupnya berwarna.
12068Please respect copyright.PENANA5HvTEv2pMV
Purnomo yang memperhatikannya dari sofa hanya tersenyum, seolah mengerti betul bahwa Indri sedang mencicipi sebuah kebahagiaan yang jarang ia temukan di kehidupannya yang penuh sorotan publik.
Purnomo : “Kamu terima pesanan cuma pakai handuk, awas loh ojolnya ngaceng.”
Indri : (senyum nakal) “Ya paling mas Purnomo yang ngaceng.”
12068Please respect copyright.PENANA1SdtKDweJD
Purnomo tersenyum lebar mendengar balasan manja Indri. Dengan sigap ia menarik tubuh Indri hingga jatuh ke ranjang, membuat Indri tertawa kecil karena tahu betul apa yang pejantan nya inginkan.
12068Please respect copyright.PENANAdznHa11TOB
Purnomo menindihnya, menatap wajah Indri dari dekat. Suasana kamar kembali dipenuhi nuansa romantis bercampur gairah.
Indri : (sambil menggigit bibir bawah) “Mas nakal…”
Purnomo : (tersenyum hangat, suaranya rendah menggoda) “Tapi Indri mau kan mas nakalin?”
12068Please respect copyright.PENANAwrk9jWOPjt
Indri hanya menunduk malu, pipinya memerah. Ia mengangguk pelan sambil tersenyum manja, seolah menyerahkan dirinya sepenuhnya.
12068Please respect copyright.PENANAv9cPoURxWq
Tanpa menunggu lagi, bibir mereka kembali bertemu dalam ciuman panjang yang penuh gairah, lebih dalam dari malam sebelumnya.
12068Please respect copyright.PENANASWwszRXSFl
12068Please respect copyright.PENANAYvzXRkLGBx
12068Please respect copyright.PENANAkYRYWiLkq5
purnomo tetap fokus menjilati vagina indri,12068Please respect copyright.PENANABe3mfU06Kl
sampai beberapa detik kemudian rambut nya di tekan indri...dan 'currrrrrrrrrr..currrr...
indri mengalami squirt
Indri : (nafas ter engah engah) "tadi itu apa massss,enakkk banget...
Purnomo perlahan naik di atas Indri, membawa sebuah lolipop. Indri menatapnya dengan heran dan sedikit terkejut.
12068Please respect copyright.PENANA2yjSHwUszo
Indri : “Mas… aku… belum pernah sebelumnya…”
Purnomo : (tersenyum tenang) “Gak apa-apa… belajar, coba ya.”
Indri mengangguk
12068Please respect copyright.PENANAyWFdT9T6kX
Indri menelan ludah, sedikit ragu, lalu membuka mulutnya. Purnomo dengan lembut memasukkan penis nya ke mulut Indri. Mata Indri melebar, terkejut hampir muntah.tapi tetap menerima penis itu di mulutnya
Purnomo menatap wajah Indri dengan mata setengah terpejam, mendesis pelan sambil memuji cara Indri yang sedang melumat penis nya. Meski gerakannya masih kaku dan canggung, terlihat jelas ia mulai berusaha menikmati nya.
12068Please respect copyright.PENANAYmcJ4QPxVQ
Wajah Purnomo memancarkan kepuasan dan rasa kagum, seolah setiap gerakan kecil Indri membuatnya terpesona.
12068Please respect copyright.PENANAJoqZi5kVxz
Seiring menit berlalu, Indri mulai lebih percaya diri, matanya menatap Purnomo sambil tersenyum, dan mulutnya perlahan lebih menikmati penis itu dengan cara yang lebih luwes.
Purnomo: “indri sekarang udah mulai pintar ngemut.”
Indri: (tersenyum genit sambil menunduk sedikit) “Ah mas, jangan godain aku gitu…”
Purnomo: (menatapnya lembut tapi nakal) “Tapi keliatan banget kok, indri cepat belajar. Mas seneng liatnya.”
12068Please respect copyright.PENANAlI4zLGmDbS
Purnomo semakin terpikat melihat senyum genit namun malu-malu dari Indri. Tangannya perlahan mengusap pipi Indri, lalu turun menyapu leher hingga bahunya yang masih hangat. Indri memejamkan mata, merasakan setiap sentuhan itu seperti aliran listrik lembut yang membuat tubuhnya bergetar.
12068Please respect copyright.PENANAPeaZ6Aohzf
Purnomo kemudian mencabut penis dari mulut indri, mencium bibir lagi—kali ini lebih dalam, lebih mesra. Indri membalas dengan kikuk tapi penuh rasa ingin tahu, seolah mulai belajar bagaimana caranya membalas setiap ciuman. Di sela kehangatan itu, tubuh Purnomo sudah sepenuhnya berada di antara kedua paha Indri, menekan lembut namun mantap.
"aaaahhhhhhh...."
Indri: “Aahh… mas… pelan…ahh..ahh…”
Purnomo: “memek kamu enak..ahh..mas gak pernah bosen…”
Indri: “Hhh… aku… gak tahan mas..ahh..ahh… terus mas… terus…”
Purnomo: “ouuuhhh…ahh..ahh..ahh
Indri: “Mas… lebih dalam… aku mau… aahhh…”
12068Please respect copyright.PENANAKdWMfBsAbP
Keringat membasahi tubuh mereka, sprei berantakan, bantal-bantal jatuh ke lantai, rambut Indri acak-acakan menempel di pipinya yang merah.
12068Please respect copyright.PENANAwC0XOmhtMv
12068Please respect copyright.PENANAlRqLg9DW78
---
12068Please respect copyright.PENANAc1UZwcKpHJ
Hari itu, Purnomo dan Indri benar-benar menghabiskan waktu hanya di dalam kamar. Layaknya pengantin baru yang rakus akan kebersamaan, mereka bercinta di sofa, di kamar mandi, bahkan di balkon dengan resiko dilihat orang. Semua sudut kamar menjadi saksi bisu persetubuhan rahasia itu.
12068Please respect copyright.PENANAMfPBLS8ppm
Hingga akhirnya, jam menunjukan pukul tujuh malam. Mereka keluar kamar dengan tubuh lelah namun puas. Pulang ke kehidupan masing-masing, kembali pada peran yang harus mereka jalani di luar sana.
12068Please respect copyright.PENANAi0QKg41Qn8
Di perjalan pulang, Indri duduk terdiam, matanya menerawang jauh,Sedih bukan karena menyesal, tapi karena kenyataan,kenikmatan dan kebahagiaan yang dia raih bukan dari suaminya.
Sejak pertemuan mereka di Pangandaran, hubungan terlarang itu selalu mereka jaga, setiap ada kesempatan mereka bertemu kadang “check-in” ke hotel atau kadang purnomo kerumah indri merengkuh kenikmatan di kamar sang ustadzah.Indri kini rutin meminum pil KB, tapi jauh di dalam hatinya tersimpan sebuah keinginan aneh—keinginan untuk mengandung anak dari hasil cintanya bersama Purnomo, meski ia tak tahu kapan keberanian itu akan diwujudkan.
---
BANTEN tgl 30
Malam itu, di panggung megah acara tabligh akbar di Banten, ribuan jamaah berdesakan. Lampu sorot menyoroti wajah anggun seorang ustadzah muda—Indri Febriany, M.A.
12068Please respect copyright.PENANAHTrm5laGRJ
Gamis Biru muda yang ia kenakan berkibar pelan diterpa kipas angin besar di sisi panggung. Wajahnya berseri, senyumnya lembut, suaranya lantang penuh hikmah. Jamaah terpesona, sebagian menangis tersentuh tausiyahnya. Di hadapan mereka, Indri adalah gambaran kesucian, teladan perempuan muslimah idaman.
12068Please respect copyright.PENANALiWH9JpscD
Tak ada satu pun yang tahu, di balik sorot mata indah yang meneduhkan itu, tersimpan getir dan rahasia besar. Di sela-sela lantunan ayat dan nasihat tentang kesetiaan rumah tangga, hatinya justru teringat pada seorang pria yang tidak seharusnya ia cintai—Purnomo.
12068Please respect copyright.PENANAeJrV9W6QhV
Tangannya sedikit gemetar ketika menggenggam mikrofon, tapi senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Kata-kata tentang surga dan pahala mengalir mulus, namun batinnya berperang dengan dosa yang tak seorang pun bisa melihat.
12068Please respect copyright.PENANA47870jqXsS
Di bangku paling belakang, Tria sang manajer tersenyum bangga melihat sang ustadzah idola. Jamaah pun hanya melihat cahaya. Tapi hanya Indri yang tahu, di dalam dadanya ada bara yang tak pernah padam.
12068Please respect copyright.PENANAzKejInXm1M
Ketika acara selesai, tepuk tangan menggema, kamera menyorot, dan publik menyanjung. Indri menunduk khidmat, seolah penuh kerendahan hati.
Namun di balik itu, bisikan batin kecil bergema:
12068Please respect copyright.PENANAzcPwP1lWQp
"Ya Allah… sampai kapan aku bisa menutupi semuanya?"
12068Please respect copyright.PENANARFH40IBw51
Indri tersenyum terakhir kalinya di depan ribuan orang, tapi di dalam hati, ia tahu—rahasia itu akan selalu menghantuinya, setiap kali lampu panggung padam.
12068Please respect copyright.PENANAsmeyFxLHq4
12068Please respect copyright.PENANAM1jheT0AgB
---


