No Plagiarism!teJCxTt7GlyOiBIxuXPGposted on PENANA Hari-hari Ustadzah Indri kini penuh warna baru. Hubungannya dengan Pak Purnomo semakin akrab. Telepon dan chat sudah jadi hal wajib setiap harinya, seperti rutinitas yang tak boleh terlewatkan.1234 copyright protection11586PENANAMVNd9z7S8j 尼
Indri sudah hafal jam-jam di mana Purnomo bisa leluasa menghubunginya—biasanya setelah istrinya terlelap. Dengan sabar Indri menunggu, bahkan seringkali mengintip layar ponsel hanya untuk memastikan kapan panggilan itu masuk.1234 copyright protection11586PENANAB6oYDOL6iJ 尼
Kini, videocall mereka pun semakin bebas. Indri sudah tak repot-repot mengenakan jilbab seperti biasanya. Rambut panjangnya sering dibiarkan terurai, wajahnya polos tanpa riasan, sambil rebahan di kasur hotel atau rumah. Semua itu dilakukan karena mereka merasa sama-sama nyaman.1234 copyright protection11586PENANAW36Xih9QDs 尼
Perlahan, batasan yang dulu dijaga kini seakan terlupakan. Dalam benak Indri, tak ada lagi rasa canggung. Yang ada hanyalah percakapan hangat, tawa kecil, dan senyum yang membuat malam terasa singkat...1234 copyright protection11586PENANAcQWFmI7JIX 尼
Malam itu, Indri rebahan di kasur hotel. Rambut hitamnya terurai, headset menempel di telinga. Kaos coklat gelap dengan hiasan bunga putih di bagian dada membuat penampilannya sederhana, tapi tetap menawan. Di seberang layar, Purnomo tampak santai, memakai kaos putih dan celana pendek, tiduran di kamar anaknya yang sedang bertugas di TNI.1234 copyright protection11586PENANAPtbUvRsmrS 尼
11590Please respect copyright.PENANAwEDqKR2C8H
1234 copyright protection11586PENANAcLaTfPxOTS 尼
Panggilan video mereka tersambung. Senyuman canggung awalnya muncul, tapi segera mencair oleh tatapan dan suara masing-masing.1234 copyright protection11586PENANAbzg1D7YXUF 尼
---1234 copyright protection11586PENANA7N5re4kYNn 尼
videocall1234 copyright protection11586PENANADbtwP8R7P4 尼
Purnomo: (senyum lebar) “MasyaAllah… ustadzah Indri tetep cantik ya, meski nggak pakai jilbab. Malah… jujur aja, aku merasa tambah nggak bisa nahan. Rasanya pengen terus lihat begini.”1234 copyright protection11586PENANA4HqS4u6u2l 尼
11590Please respect copyright.PENANA4ZRKxjM8Vc
1234 copyright protection11586PENANAEezGsqYMcd 尼
Indri: (menghela napas, pura-pura manyun tapi manja) “Halah, pak Purnomo ini… ngomongnya ngawur. Nggak takut dosa?.”1234 copyright protection11586PENANAGLMNoW7EZp 尼
11590Please respect copyright.PENANAHDSZeWY3QN
1234 copyright protection11586PENANAup2j4RQ4jg 尼
Purnomo: (mendesah kecil sambil senyum) “Aku serius. Dari dulu aku kagum sama ustadzah Indri, tapi sekarang… tambah lagi. Cantik, lembut, bikin aku… ya, kepikiran terus.”1234 copyright protection11586PENANAyHNmIpav9V 尼
11590Please respect copyright.PENANADzAb7GkBKK
1234 copyright protection11586PENANAkeyEwIh14u 尼
Indri: (tersipu, menggigit bibir bawah, suaranya melembut) “Hmm… tapi aku nggak suka dipanggil ustadzah kalau lagi kayak gini. Rasanya aneh banget.bapak panggil aku Indri aja… biar lebih enak.”1234 copyright protection11586PENANAHVpN7bj1q5 尼
11590Please respect copyright.PENANAOXfSniIPEd
1234 copyright protection11586PENANAW4Meix7H9X 尼
Purnomo: (mengangguk cepat) “Iya… iya, siap. Mulai sekarang aku panggil kamu Indri. Tapi, kalau gitu… kamu jangan panggil aku Pak Purnomo lagi, ya panggil..Mas Purnomo aja.”1234 copyright protection11586PENANA7HxePl6IPO 尼
11590Please respect copyright.PENANAusa1rSsGWf
1234 copyright protection11586PENANACNcLraGTJf 尼
Indri: (tersenyum, suaranya lebih hangat) “Hehe… baik, Mas Purnomo.”1234 copyright protection11586PENANA0I2BgdJEhi 尼
11590Please respect copyright.PENANA8Pn8pAilOl
1234 copyright protection11586PENANAyf48kusO3W 尼
Purnomo: (menatap layar, suaranya agak bergetar) “Aduh… kalau kamu manggil begitu, aku tambah nggak tahan, Indri. Rasanya kayak kita bukan lagi… orang lain. Kamu itu bikin aku pengen lebih dekat.”1234 copyright protection11586PENANABi9fARPCXL 尼
11590Please respect copyright.PENANAnYnyVItmvD
1234 copyright protection11586PENANASkdrvcJq4E 尼
Indri: (menyandarkan kepala ke bantal, lirih) “Ya Allah… Mas Purnomo ini… ngomongnya bikin aku malu...”1234 copyright protection11586PENANA3RkJrxI4C4 尼
11590Please respect copyright.PENANA0eN833vKD5
1234 copyright protection11586PENANAPwyUiaKIkS 尼
Purnomo: (senyum nakal, nada suara makin pelan) “Indri sadar nggak… suaramu sekarang beda? Manjanya keluar semua. Aku suka banget dengarnya.”1234 copyright protection11586PENANAn454SfOLVn 尼
11590Please respect copyright.PENANA4URHupbfh3
1234 copyright protection11586PENANA7zWmbigY5W 尼
Indri: (tertawa kecil, pura-pura menutupi wajah dengan tangan) “Ih… Mas Purnomo, jangan gitu dong. Aku jadi malu beneran.”1234 copyright protection11586PENANAaWpSMDJDbd 尼
11590Please respect copyright.PENANAEiSKWGCMpX
1234 copyright protection11586PENANAPCUWd7G0Ca 尼
Purnomo: (lirih, mendesis sedikit) “Malu kok bikin aku tambah pengen, ya. Indri itu… nggak cuma cantik, tapi juga… aduh, menggoda banget.”1234 copyright protection11586PENANAMLv3uMMshD 尼
11590Please respect copyright.PENANAdZxG6KPogU
1234 copyright protection11586PENANARXv69CN174 尼
Indri: (gelisah tapi senyum, memainkan ujung rambut) “Mas… kok ngomongnya kayak gitu sih… aku jadi… hmm… nggak tau harus jawab apa.”1234 copyright protection11586PENANAJVZ5xE3t8J 尼
11590Please respect copyright.PENANArVg31AHkNI
1234 copyright protection11586PENANAzNG0k64hL1 尼
Purnomo: “Jawab aja sesuai hati Indri. Aku tau, di balik itu, kamu juga sebenarnya… menikmati obrolan kita.”1234 copyright protection11586PENANAuUWxuHLLLw 尼
11590Please respect copyright.PENANAypOWSZ7Dow
1234 copyright protection11586PENANA6o5MXR8rkz 尼
Indri: (diam sejenak, suaranya lirih dan bergetar) “Ya… mungkin. Aku… juga ngerasa nyaman sama kamu, Mas. Tapi… aku takut.”1234 copyright protection11586PENANA9ck1ADT4R5 尼
11590Please respect copyright.PENANAZwfxbKgQYS
1234 copyright protection11586PENANA4PZQ3xZIUd 尼
Purnomo: “Jangan takut, Indri. Aku nggak akan ninggalin kamu. Kita butuh waktu, butuh ruang buat saling ngobrol. Biarin ngalir aja.”1234 copyright protection11586PENANAPgqflNGaNu 尼
Indri: (tersenyum tipis, nada manja) “Hmm… iya, Mas Purnomo…”1234 copyright protection11586PENANAs9mLqEJbLA 尼
Purnomo: “Indri… aku seneng banget tiap malam kita bisa kaya gini. Kayak nggak pernah kehabisan cerita.”1234 copyright protection11586PENANAMzGdDlp9TX 尼
11590Please respect copyright.PENANAxsUVPeIJtV
1234 copyright protection11586PENANAusZnk32YDs 尼
Indri: (senyum manis, menatap kamera) “Aku juga, Mas. Rasanya ringan aja kalau ngobrol sama kamu Mas.”1234 copyright protection11586PENANApaeJJrFbW7 尼
11590Please respect copyright.PENANArg46MmbX2M
1234 copyright protection11586PENANAbRoRiZT87H 尼
Purnomo: (senyum nakal) “Hehe,… kalau manggil kamu ceramah sejam kan honornya lima belas juta. Nah, kalau aku mau seharian penuh, berapa ya?”1234 copyright protection11586PENANAjbwmmk9JSW 尼
11590Please respect copyright.PENANAGBoyw12L36
1234 copyright protection11586PENANAwmvlD0W2jT 尼
Indri: (bingung, cemberut manja) “Hah? Masa mas tega,aku disuruh ceramah seharian? Capek mulut aku nanti…”1234 copyright protection11586PENANA23IQa6AZkI 尼
11590Please respect copyright.PENANAKqjAl7ZWYY
1234 copyright protection11586PENANA4KiZ3Ub3XY 尼
Purnomo: (ketawa lepas) “Haha… ya ampun, Indri. Bukan ceramah.maksud aku nemenin aku jalan-jalan, refreshing bareng. Aku mau bayar tiga kali lipat dari honor gpp deh.”1234 copyright protection11586PENANAqsOEHC3s1r 尼
11590Please respect copyright.PENANAaSsNayGwPH
1234 copyright protection11586PENANAsaPK2Vf9sO 尼
Indri: (senyum terharu, matanya berkaca-kaca) “Mas… jangan gitu dong. Kalau buat jalan-jalan ngapain pake bayar segala? Apa lagi sampe tiga kali lipat. Aku seneng kok kalau bisa luangin waktu sama Mas.”1234 copyright protection11586PENANAppbeagKRcc 尼
11590Please respect copyright.PENANADoqy6utviu
1234 copyright protection11586PENANAluwLL4Lait 尼
Purnomo: (nada lembut) “Tapi aku tau jadwalmu padat. Makanya aku siap bayar, biar kamu bener-bener nyediain waktu buat aku.”1234 copyright protection11586PENANAMlyTDaXXCp 尼
11590Please respect copyright.PENANA97TVJEnPCi
1234 copyright protection11586PENANAQ7UDcPndHA 尼
Indri: (mikir sebentar, geleng kepala) “Hmm… masalahnya jadwalku bener-bener penuh, Mas. Aku bingung mau kosonginnya kapan.”1234 copyright protection11586PENANAY68HidYt7k 尼
11590Please respect copyright.PENANA9afjFk40f9
1234 copyright protection11586PENANAwCP8TCnqSJ 尼
Purnomo: (suara menggoda) “Kalau kamu mau, pasti ada jalan. Aku tunggu kapanpun kamu siap. Yang penting aku bisa lihat Indri bukan di panggung, tapi di sampingku.”1234 copyright protection11586PENANAYJLAtAOqCS 尼
11590Please respect copyright.PENANAlYmvxb0lQJ
1234 copyright protection11586PENANA5evK6JmuTL 尼
Indri: (senyum malu, nada manja) “Aduh Mas… bisa aja. Kalau ngomong gitu aku jadi baper.”1234 copyright protection11586PENANA8ArJT5FLK7 尼
11590Please respect copyright.PENANA51ZKEGr6M7
1234 copyright protection11586PENANAUidHw9gD1g 尼
Purnomo: (ketawa kecil) “Emang aku sengaja bikin kamu baper, biar makin akrab.”1234 copyright protection11586PENANAzMAZpeIwVg 尼
11590Please respect copyright.PENANABCTn4N9epu
1234 copyright protection11586PENANA0BcS9v0Hvh 尼
Indri: (nutup muka sebentar, lalu senyum lagi) “Hih… Mas ini ya, rayuannya makin lama makin jago aja.”1234 copyright protection11586PENANADGabb3qIG4 尼
11590Please respect copyright.PENANA60BQvPeWa2
1234 copyright protection11586PENANAik0xHu7WGj 尼
Purnomo: (serius tapi hangat) “Rayuan itu jujur, Indri. Karena tiap hari aku makin pengen deket sama kamu.”1234 copyright protection11586PENANAPMDSjGEhOf 尼
11590Please respect copyright.PENANAIauYO26Nlp
1234 copyright protection11586PENANA4bqVEUbso3 尼
Indri: (mata berbinar, suara lirih) “Mas…”1234 copyright protection11586PENANASi0G8kfDDK 尼
Tiba-tiba layar ponsel Indri bergetar, nama suaminya muncul di layar. Sekilas ia menatapnya, lalu tanpa ragu jarinya menekan tombol TOLAK. Dengan cepat ia mengetik balasan singkat: “iya nanti aku transfer uang”.1234 copyright protection11586PENANAfF0sG9F9UB 尼
11590Please respect copyright.PENANABMaaIKAeyJ
1234 copyright protection11586PENANAcqHKcEk4io 尼
Begitu pesan terkirim, Indri kembali menatap layar videocall dengan senyum yang ia simpan khusus untuk Purnomo. Malam itu, hatinya benar-benar berbunga. Kehadiran Purnomo seolah memberi ruang baru dalam hidupnya—bukan hanya rutinitas ceramah di depan ribuan jamaah, bukan hanya kesibukan dan kepadatan jadwal. Ada sesuatu yang ia nantikan setiap selesai berdiri di panggung: suara hangat, perhatian, dan candaan mesra Purnomo.1234 copyright protection11586PENANAklamOigriH 尼
11590Please respect copyright.PENANAsNHToRwoIB
1234 copyright protection11586PENANA4BxCRbQt9U 尼
Bagi Indri, malam itu adalah titik di mana ia merasa hidupnya bukan lagi sekadar tentang pekerjaan dan kewajiban, tapi tentang rasa yang diam-diam tumbuh dan ia nikmati.1234 copyright protection11586PENANAUmypvMuIeL 尼
11590Please respect copyright.PENANAWeYxKFpf9h
1234 copyright protection11586PENANAZE1Twg5qQM 尼
---1234 copyright protection11586PENANAr7GbtDQUnp 尼
Besoknya, sejak pagi Indri sudah sibuk. Dengan bantuan manajernya, Tria, ia bersiap menghadiri ceramah di daerah Cirebon. Timnya bergegas membereskan koper dan perlengkapan, maklum karena acara diadakan malam hari setelah Isya, sudah pasti Indri dan rombongan akan menginap di hotel.1234 copyright protection11586PENANAznyO6H99HN 尼
11590Please respect copyright.PENANA1Wg6byxLOQ
1234 copyright protection11586PENANAi640DRVExs 尼
Sudah menjadi kebiasaan Indri, ponsel selalu tergantung di lehernya dengan tali kalung. Setiap waktu ada saja pesan yang ia balas, terutama dari Purnomo. Perjalanan menuju Cirebon pun terasa lebih ringan karena obrolan mereka yang nyaris tanpa henti.1234 copyright protection11586PENANAhHIvW9HVDM 尼
11590Please respect copyright.PENANAUwqu4SJRNl
1234 copyright protection11586PENANAIxghdZQCj3 尼
Sekitar pukul 11 siang rombongan tiba. Dalam perjalanan tadi, Indri sempat melewati lokasi acara, terlihat panggung sudah berdiri megah dan pedagang mulai memenuhi sisi jalan. Semua tampak meriah, seolah menunggu kehadirannya.1234 copyright protection11586PENANAIngIRGj0Lq 尼
11590Please respect copyright.PENANAvY564xcZgc
1234 copyright protection11586PENANA2EUA1h8pHS 尼
Setibanya di hotel, Indri langsung diarahkan masuk ke kamar dengan didampingi Tria. Beberapa saat kemudian panitia datang membawa konsumsi—menu yang memang sudah jadi syarat dalam setiap undangan ceramah, selain honor uang tunai yang disepakati.1234 copyright protection11586PENANApKKhncG4ZP 尼
11590Please respect copyright.PENANAVx4CTSI86u
1234 copyright protection11586PENANARTInTEfg4D 尼
Indri duduk di tepi ranjang, membuka jilbabnya perlahan, sambil kembali melirik ponsel. Notifikasi dari Purnomo masuk lagi, membuat bibirnya tersenyum kecil tanpa ia sadari.1234 copyright protection11586PENANAGIbeDjC4Qc 尼
Indri baru saja selesai sholat Dzuhur di kamar hotel. Sambil membereskan tas kecilnya, ia meraih ponsel yang masih tergantung di leher. Dengan tangan kiri ia menekan nomor Purnomo, lalu menempelkan headset di telinga.
11590Please respect copyright.PENANAGzdKKlX0kX
Nada sambung terdengar, tak lama suara Purnomo muncul di seberang.
11590Please respect copyright.PENANAmY9HcmRFuj
Indri: (suara lembut, manja) “Mas… aku udah nyampe Cirebon. Tadi sempet lewat lokasi acara, rame banget.”
11590Please respect copyright.PENANA7XO0yJ28CD
Purnomo: (dengan nada senyum meski sedang sibuk kerja) “Oh iya? Bagus kalau udah nyampe syukur alhamdulilah?”
11590Please respect copyright.PENANA9IpIHcdTSc
Indri: (terkekeh kecil) “Iya, Mas. Tapi aku kangen…”
11590Please respect copyright.PENANArNQ0cPKXNi
Purnomo: (berhenti sejenak dari pekerjaannya) “Aku juga kangen banget. Makanya langsung mas angkat, kalau kamu nelpon pasti aku angkat.”
11590Please respect copyright.PENANAuX1D1zLZMn
Indri: (suara makin manja, nada seperti istri pada suami) “Hehe… Mas jangan genit-genit sama dewan cewek disitu. Aku nggak suka.”
11590Please respect copyright.PENANAR4dFOTVCvL
Purnomo: (ketawa kecil) “Halah… siapa juga yang bisa ngalahin Indri? Di mataku, cuma kamu kok.”
11590Please respect copyright.PENANAA2yoTHpq0p
Indri: (pura-pura cemberut) “Hmm, janji ya? Aku kan sering lihat Mas ramah banget kalau sama orang. Takutnya kebablasan.”
11590Please respect copyright.PENANAHGHGMTL9ZQ
Purnomo: (suara rendah, menenangkan) “Indri… tenang aja. Ramah itu beda sama genit. Sama kamu aku bisa genit, sama orang lain nggak ada rasa.”
11590Please respect copyright.PENANAyEB2bO6T2Y
Indri: (tersenyum, suaranya lembut) “Ya udah… aku percaya. Pokoknya jangan bikin aku cemburu, Mas.”
11590Please respect copyright.PENANAc1ap1LmGV0
Purnomo: “iya indri cantik. mas jaga hati cuma buat kamu.”
11590Please respect copyright.PENANANghpLze32t
1234 copyright protection11586PENANALJvO6Qq6fv 尼
---1234 copyright protection11586PENANAhG5KfAY0Mi 尼
11590Please respect copyright.PENANAU8mMFnh1d0
1234 copyright protection11586PENANAa9i9B9LQUT 尼
Malam itu, selepas Isya, rombongan Indri bergerak menuju lokasi acara. Sirine khas pengawalan polisi meraung di depan, klakson panjang terdengar memberi tanda kepada pengendara lain untuk menepi. Dari kejauhan, cahaya sorot putih menembus langit, sementara lantunan hadroh semakin jelas terdengar, menambah megah suasana.
11590Please respect copyright.PENANAimTPEk4YLC
Mobil Indri diarahkan masuk ke jalur khusus menuju belakang panggung. Banser sudah bersiap, membentuk formasi rapat untuk mengawal Indri melewati kerumunan jamaah yang antusias. Namun, di tengah hiruk-pikuk itu, lagi-lagi tangan jahil berhasil menyelinap. Kali ini lebih berani—remasan di bagian pantat Indri terasa lebih lama dari sebelumnya. Ia hanya diam, menggigit bibir, seolah menahan sesuatu. Tak lama kemudian, tangan lain berhasil menyentuh payudaranya. Sekilas matanya terpejam, tubuhnya menegang, tapi ia terus melangkah hingga akhirnya masuk ke tenda putih yang disediakan khusus untuknya.
11590Please respect copyright.PENANA82P5yt6bpY
Di dalam tenda, Mely, asistennya, segera merapikan riasan wajah Indri. Namun, getaran di tubuh Indri belum reda. Sentuhan tak terduga tadi justru meninggalkan sisa birahi yang diam-diam ia sembunyikan. Napasnya masih sedikit berat, tapi ia mencoba menenangkan diri.
11590Please respect copyright.PENANABsto5bv2a0
Beberapa menit kemudian, giliran Indri naik ke panggung. Sorak sorai jamaah menyambut, suara riuh tepuk tangan dan sholawat bergema. Indri tersenyum, menyalami beberapa tokoh yang duduk di kursi depan, lalu mulai menyampaikan salam pembuka.
11590Please respect copyright.PENANAdjDC3HUlNY
Malam itu ada yang berbeda. Ceramahnya terasa jauh lebih bersemangat, penuh tekanan di setiap kalimat. Dan ketika masuk ke pembahasan rumah tangga, Indri begitu antusias membicarakan soal kepuasan antara suami dan istri. Jamaah mendengarkan dengan wajah serius, sebagian bahkan sesekali tertawa kecil atau mengangguk-angguk, seolah memahami maksud tersirat dari setiap kata yang diucapkan.
11590Please respect copyright.PENANAX3SUgvi4iE
Indri sendiri tak bisa membohongi hatinya—gejolak dalam tubuhnya justru membuat tutur katanya semakin hidup. Ia terlihat lebih bersinar di hadapan ribuan pasang mata malam itu.
---1234 copyright protection11586PENANAuJN4gkTOxE 尼
Lebih dari sejam Indri berceramah, suaranya lantang dan penuh energi hingga akhir. Setelah doa penutup, ia turun panggung dengan didampingi Tria, manajernya. Barisan Banser kembali rapat membentuk pagar manusia. Sorak jamaah masih terdengar, sebagian mencoba mendekat untuk sekadar menyentuh atau menyalami sang ustadzah idola.1234 copyright protection11586PENANAxox4FxGBfd 尼
11590Please respect copyright.PENANAjIPqQFjSFt
1234 copyright protection11586PENANA0IypAD3UU4 尼
Namun, di tengah kerumunan yang padat itu, Indri kembali merasakan sensasi yang sudah ia kenal. Remasan di bagian pantatnya—kali ini lebih berani, bahkan seperti menarik perlahan tali karet celana dalamnya. Sekilas ia memejamkan mata, bibirnya mengerucut menahan desah, seolah ia justru menikmatinya.1234 copyright protection11586PENANA5pt5LldN4K 尼
11590Please respect copyright.PENANA89IOqlIZhC
1234 copyright protection11586PENANA6z33ieGAMR 尼
Ia terus berjalan hingga sampai di tenda putih. Di sana, panitia sudah menunggu, mengucapkan terima kasih penuh hormat, lalu mengajaknya foto bersama. Senyum Indri tetap terjaga di kamera, meski hatinya masih bergetar mengingat sentuhan tadi.1234 copyright protection11586PENANAjQBH4Mgv8z 尼
11590Please respect copyright.PENANAvtbkiU2Rk7
1234 copyright protection11586PENANA3Wqadv77m6 尼
Selesai sesi foto, Indri kembali digiring menuju mobil. Barisan Banser tetap rapat, namun kali ini tak ada sentuhan. Indri sempat bingung, matanya melirik ke kanan dan kiri, mencari keberadaan “tangan nakal” yang tadi. Tepat saat ia hendak membuka pintu mobil, remasan lain tiba-tiba hinggap di payudaranya. Seketika tubuhnya menegang, matanya terpejam, bibir bawahnya tergigit. Sesaat ia membiarkan dirinya larut, menikmati sensasi itu, sebelum akhirnya terdorong masuk ke mobil.1234 copyright protection11586PENANAKn7nWdYCjm 尼
11590Please respect copyright.PENANAjWqp1zRoe8
1234 copyright protection11586PENANAYHZJENQyPo 尼
Di dalam mobil, suasana jauh lebih tenang. Indri bersandar, menarik napas panjang, mencoba menyembunyikan gejolak dalam dadanya. Ia lalu menoleh pada Tria.1234 copyright protection11586PENANAbRU1KFA6ZD 尼
“Mbak… tolong kosongin jadwal aku tanggal 28 sama 29, ya. Aku mau istirahat,” ucapnya pelan, seakan menyimpan maksud lain.1234 copyright protection11586PENANAuhVB8yDTwx 尼
Sesampainya di hotel, Indri langsung mengganti busananya. Gamis dan jilbab ia lipat rapi, lalu diganti dengan kaos polos oversize merk ONOMA warna hitam. Rambutnya ia biarkan terurai, headset sudah menempel di telinga, lantunan sholawat mengisi daun telinga nya.
11590Please respect copyright.PENANAZRnYoGCRI1
Sekitar lima belas menit kemudian, ponselnya bergetar. Nama Pak Purnomo muncul di layar, kali ini panggilan video. Senyum Indri otomatis merekah. Ia angkat panggilan, wajahnya cerah meski terlihat lelah. Bagi Indri, kehadiran Purnomo sudah seperti rumah, tempat ia pulang secara batin.
11590Please respect copyright.PENANAbGMvwzdiIl
Indri: “Assalamualaikum, mas purnomo…”
11590Please respect copyright.PENANAIihds9AI0L
1234 copyright protection11586PENANAiYM7cdv6tn 尼
Purnomo: “Waalaikum salam, cantik. MasyaAllah, capek ya baru sampe hotel? Tapi senyummu tetep bikin seger.”
11590Please respect copyright.PENANAhSp4hAmVIb
1234 copyright protection11586PENANAwK7eHFp9mU 尼
Indri tertawa kecil, pipinya merona.
11590Please respect copyright.PENANA8YkEx4tDYk
Mereka larut dalam obrolan ringan. Purnomo menanyakan perjalanan, Indri bercerita singkat tentang jamaah Cirebon yang ramai sekali. Lalu, dengan nada manja, Indri menyelipkan kabar.
11590Please respect copyright.PENANAAXeU5jjU1o
Indri: “mas… tanggal 28 sama 29 aku kosong, lho. Gak ada jadwal ceramah.”
11590Please respect copyright.PENANAo1rIN4wKEU
1234 copyright protection11586PENANAmr77MgJ8cR 尼
Purnomo (sambil tersenyum lebar): “Serius? Itu kan seminggu lagi. Pas banget… berarti waktunya kita bisa ketemu, ya?”
indri (menggigit bibir bawah, malu-malu): “Hehe… iya, tapi jangan ketawa gitu dong. Aku jadi deg-degan.”1234 copyright protection11586PENANAen9wptBAgG 尼
Purnomo: “Deg-degan kenapa? Kita kan cuma mau jalan, refreshing. Gak usah mikir yang aneh-aneh. Tapi aku janji, aku bakal bikin kamu bahagia.”
11590Please respect copyright.PENANAdmBJlBaU6B
Indri hanya bisa menunduk, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Obrolan berlanjut seperti biasa—rayuan, candaan, godaan ringan yang membuat hati Indri semakin terikat.
11590Please respect copyright.PENANAKJc19hJhzs
---
11590Please respect copyright.PENANAQ3vDuynw0q
Malam itu, Indri benar-benar larut dalam kebahagiaan. Purnomo hadir seperti cahaya yang memberi warna lain dalam hidupnya, hingga ia lupa bahwa dengan rencana pertemuan nanti, status mereka tak lagi sekadar sahabat dekat—melainkan pasangan selingkuh.
11590Please respect copyright.PENANAp2aNOxrMrk
Indri akhirnya menutup panggilan dengan hati berbunga-bunga. Ia merebahkan diri di kasur hotel, masih mengenakan kaos hitam longgar, lalu perlahan tertidur dengan senyum tipis di bibirnya. Besok, selepas subuh ia harus sudah bersiap pulang ke rumah, karena sore harinya jam 2 siang, ia kembali dijadwalkan mengisi ceramah di tempat lain.
11590Please respect copyright.PENANAqV4PU2lER9
216.73.216.33
ns216.73.216.33da2