Sejak kejadian tabung gas itu, aku perhatikan Mas Rudi mulai sering curi-curi pandang tiap kami ketemu di halaman. Aku sedang nyapu atau nyiram tanaman, dia pasti nyapa dengan senyum lebar, tapi matanya suka melipir ke arah tubuhku, terutama kalau aku pakai daster tipis atau tanktop ketat. Awalnya aku cuma tersenyum dalam hati, tapi lama-lama, aku malah menikmati perhatiannya. Bima, suamiku, nggak pernah menatapku seperti itu, selalu sibuk dengan kertas-kertas kantornya, jadi tatapan Mas Rudi rasanya seperti angin segar.
2391Please respect copyright.PENANAjZO04RasMV
Aku mulai sengaja bermain-main. Setiap pagi, aku ganti-ganti pakaian minim: tanktop ketat, daster pendek, atau celana pendek yang memamerkan paha mulusku. Aku tahu tubuhku—montok, semok, payudara besar yang lonjong—bisa bikin orang melirik, dan aku ingin tahu seberapa jauh Mas Rudi bakal bereaksi. Tiap dia menyapa, aku balas dengan senyum genit, kadang sengaja menatap matanya agak lama, biar dia tahu aku nggak keberatan dengan perhatiannya. Dan setiap kali matanya tertangkap sedang melirik, aku cuma pura-pura nggak tahu, tapi dalam hati aku kegirangan.
2391Please respect copyright.PENANAiEHSFQLStm
Suatu siang, Mas Rudi mampir ke rumah bawa mangga dari pohon di halamannya. “Mbak Amanda, ini mangga buat tetangga tercantik,” katanya, setengah bercanda, sambil nyodorin kantong plastik. Aku sengaja pakai tanktop putih ketat tanpa bra, puting payudaraku sedikit menyembul di balik kain tipis itu. Aku lihat matanya sesekali melirik ke arah dadaku, buru-buru dialihkan, tapi aku tahu dia salah fokus. “Wah, Mas, manis nggak mangganya? Aku suka yang manis, lho,” balasku, sengaja agak genit sambil mencondongkan tubuh sedikit biar belahan payudaraku makin kelihatan.
2391Please respect copyright.PENANAE3RnZyFm3c
Kami duduk di ruang tamu, ngobrol santai sambil minum teh dingin yang kusediain. Aku sengaja duduk agak dekat, kaki selonjor, celana pendekku sedikit tersingkap. Mas Rudi cerita soal masa mudanya, katanya dia dulu anak band, main gitar di kafe-kafe kecil. “Mbak Amanda pasti banyak yang naksir waktu muda, ya? Cantik gini,” katanya, nadanya canggung tapi penuh pujian. Aku ketawa, “Dulu sih, Mas. Tapi sekarang? Kayaknya cuma tetangga yang notice,” candaku, sambil menatap matanya. Dia tersipu, matanya lagi-lagi melirik ke tanktopku sebelum buru-buru balik ke gelasnya.
2391Please respect copyright.PENANAKlpZZ7Nbhg
“Eh, Mbak, serius, loh. Mas Bima beruntung banget punya istri kayak Mbak Amanda,” katanya, suaranya sedikit serak, kayak orang yang nahan grogi. Aku cuma tersenyum, “Iya, tapi sayang dia lebih suka sama komputer kantor daripada istrinya.” Nada suaraku bercanda, tapi ada sedikit kebenaran di situ. Mas Rudi ketawa kecil, “Kalau saya punya istri seksi kayak Mbak, mana mungkin saya betah di kantor.” Aku terkejut, tapi senang, jantungku berdegup kencang. Aku cuma balas, “Mas Rudi bisa aja, deh,” sambil pura-pura nyanyi pelan biar suasana nggak canggung.
2391Please respect copyright.PENANAhucqQZOFKw
Obrolan kami mengalir, dari masa SMA-nya yang katanya nakal, sampai cerita aku dulu pernah ikut lomba tari tradisional. “Pasti seksi banget Mbak Amanda nari, ya,” katanya, lagi-lagi dengan nada canggung tapi penuh kekaguman. Aku ketawa, “Dulu sih, Mas. Sekarang cuma nari di dapur sambil masak.” Dia ikut ketawa, tapi matanya nggak bisa bohong, sering banget curi pandang ke belahan payudaraku yang sengaja kubiarkan terekspos. Aku tahu aku seharusnya nggak menikmati ini, tapi tatapan kagumnya bikin aku merasa hidup lagi.
2391Please respect copyright.PENANAlUacNnDjZO
“Serius, Mbak, kalau saya punya istri kayak Mbak Amanda, tiap hari saya pulang cepet,” katanya, kali ini nadanya lebih berani, meski masih dibungkus bercanda. Aku cuma nyengir, “Mba Sari pasti nggak setuju Mas Rudi bilang gitu.” Dia buru-buru melambai, “Eh, bukan gitu, maksud saya… ya, Mbak cantik banget, sih.” Mukanya merah, dan aku cuma ketawa, pura-pura nggak ngeh, tapi dalam hati aku senang bukan main. Bima nggak pernah muji aku begini, apalagi menatapku dengan mata penuh hasrat kayak Mas Rudi.
2391Please respect copyright.PENANAYMt33QSHyv
Kami ngobrol hampir sejam, sampai dia bilang harus balik karena ada deadline desain. “Makasih mangganya, Mas. Besok-besok mampir lagi, ya,” kataku, sengaja menatap matanya agak lama. Dia mengangguk, “Pasti, Mbak. Asal Mbak Amanda nggak bosen ngobrol sama tetangga.” Aku cuma tersenyum, melepas dia pulang. Begitu pintu tertutup, aku lihat bayanganku di cermin ruang tamu: tanktop ketat, puting yang menyembul, celana pendek yang bikin paha mulusku kelihatan. Aku tersenyum kecil, “Amanda, kamu nakal banget,” gumamku.
2391Please respect copyright.PENANAqozp3aZFx2
Malam itu, Bima nggak pulang lagi, cuma kirim pesan singkat, “Man, besok pagi pulang. Maaf ya, sibuk.” Aku nggak balas, cuma taruh ponsel dan duduk di sofa. Pikiranku balik ke obrolan tadi siang, ke tatapan Mas Rudi yang penuh kekaguman, ke pujiannya yang canggung tapi bikin jantungku berdebar. Aku tahu ini salah, tapi aku nggak bisa bohong: aku suka merasa diinginkan. Aku bandingkan lagi sama Mba Sari, yang biasa aja, nggak sepertiku yang selalu merawat diri biar tetap cantik dan seksi. “Kalau Bima nggak hargain, apa salah kalau orang lain yang hargain?” pikirku, meski buru-buru kucegah.
2391Please respect copyright.PENANAvmw5AxHxPf
Aku masuk kamar, buka lemari, dan lihat deretan pakaian minimku. “Besok pakai yang mana, ya?” gumamku, sambil tersenyum nakal. Aku tahu aku main api, tapi perhatian Mas Rudi bikin aku merasa hidup, sesuatu yang udah lama nggak kurasain dari Bima. Aku tarik napas panjang, coba tepis pikiran itu, tapi benih rasa ingin tahu di hatiku makin tumbuh. Aku nggak yakin apa yang bakal terjadi kalau Mas Rudi mampir lagi, tapi satu hal pasti: aku mulai suka permainan kecil ini.
2391Please respect copyright.PENANAIeaP4de7ve
Aku baring di kasur, bayangin tatapan Mas Rudi tadi, dan tanpa sadar aku tersenyum. Aku tahu aku harus hati-hati, tapi ada bagian diriku yang nggak mau berhenti. Aku lihat ponsel lagi, masih nggak ada kabar dari Bima. “Kalau Mas Rudi beneran punya istri kayak aku, apa dia bakal cuek kayak Bima?” pikirku. Aku geleng-geleng kepala, “Amanda, stop. Jangan kebanyakan drama.” Tapi hati kecilku, suka atau nggak, udah mulai terpikat sama pujian dan tatapan Mas Rudi, dan aku nggak tahu mau bawa ini ke mana.
ns216.73.216.125da2