Siang itu, dapurku dipenuhi aroma ayam goreng yang sedang kugoreng, lengkap dengan sayur kolplay dan sambal terasi yang pedas menggoda. Aku masak cuma seporsi, buat aku sendiri, karena Bima, suamiku, malam ini lembur lagi—entah keberapa kalinya minggu ini. Menu ini sebenarnya kesukaannya, tapi belakangan dia lebih sering makan di luar, entah di kantor atau warung dekat proyek dinasnya. Aku menghela napas, mengaduk sayur sambil dengar lagu R&B pelan dari speaker Bluetooth di meja makan.
2529Please respect copyright.PENANAuuZ4iaP8yH
Tiba-tiba, kompor mati. Aku cek, ternyata gasnya habis. “Sialan, timing-nya pas banget,” gumamku, kesal. Aku tarik tabung gas dari bawah kompor, berusaha ganti dengan yang baru di gudang kecil. Tapi, entah kenapa, tabung baru ini nggak mau nyantel. Aku putar-putar kenopnya, dorong sana-sini, tetep nggak bisa. Keringat mulai menetes di dahi, tanktop abu-abuku yang tipis udah sedikit basah, nempel di kulit. Aku lupa pakai bra tadi pagi, dan celana pendek ketat yang kupakai cuma nutupin separuh paha mulusku.
2529Please respect copyright.PENANAso6G9AGrEt
Bingung, aku melongok ke luar jendela dapur. Kebetulan banget, Mas Rudi ada di depan rumahnya, lagi nyiram tanaman dengan kaus oblong dan celana pendek. “Mas Rudi!” panggilku, agak ragu. Dia mendongak, senyum langsung mengembang. “Iya, Mbak Amanda? Ada apa?” Aku nyengir, “Gas komporku habis, nih. Bisa bantu gantiin nggak? Aku nggak ngerti caranya.” Dia ketawa kecil, “Bisa dong, Mbak. Bentar, saya ke sana.”
2529Please respect copyright.PENANA0m6wAphLaQ
Mas Rudi masuk lewat pintu depan yang sengaja kubuka. Aku jadi agak nggak enak, soalnya ini bukan pertama kalinya dia bantu aku, dan aku tahu keseringan ngobrol sama suami orang itu nggak sepenuhnya beres. Tapi, di sisi lain, senang juga ada yang bantu, apalagi Bima nggak pernah ada di rumah. “Maaf, Mas, ngerepotin lagi,” kataku, sambil nunjuk tabung gas di dapur. “Nggak apa-apa, Mbak. Santai aja,” jawabnya, langsung jongkok di depan kompor, cekatan memasang tabung baru.
2529Please respect copyright.PENANAq3fyKZpzui
Aku berdiri di samping, perhatikan dia kerja. Tangan Mas Rudi lincah, dalam hitungan menit tabung udah terpasang, dan kompor menyala lagi. “Wah, jago banget, Mas. Kalau aku yang gitu, bisa seharian,” candaku, sambil menyeka keringat di leher. Dia bangkit, tersenyum, tapi matanya agak salah tingkah, cepat-cepat dialihkan ke kompor. “Eh, gampang kok, Mbak. Asal tahu triknya,” katanya, nadanya sedikit gugup. Aku bingung, kenapa dia tiba-tiba malu-malu.
2529Please respect copyright.PENANAXZocBH2U8p
Baru kusadari, pandanganku menangkap bayanganku di kaca jendela dapur: tanktopku yang tipis memperlihatkan lekuk payudaraku yang besar, lonjong seperti pepaya, tanpa bra yang menyokong. Celana pendekku juga nggak kalah ketat, memamerkan paha mulus yang selalu kurawat. Aku menahan senyum, sadar Mas Rudi pasti sempat melirik. Jantungku sedikit berdegup, bukan karena apa, tapi rasanya menyenangkan tahu ada laki-laki yang masih terpesona sama tubuhku, sesuatu yang Bima udah lama nggak tunjukkan.
2529Please respect copyright.PENANAuyCT7ZdIhT
“Eh, Mas, mau minum apa? Kopi, teh? Sebagai ucapan terima kasih,” tawarku, berusaha santai. Dia geleng-geleng, masih agak gugup. “Nggak usah, Mbak. Cuma bantu kecil kok. Eh, ini masak apa? Bau enak banget,” tanyanya, mengalihkan topik. Aku ketawa, “Ayam goreng, sayur, sambal. Sayangnya cuma buat aku, soalnya Bima lembur lagi.” Nada suaraku nggak sengaja kedengeran sedikit getir, dan Mas Rudi kayaknya ngeh.
2529Please respect copyright.PENANAm7c7mXW8N6
“Oh, Mas Bima sibuk banget, ya. Pasti capek,” katanya, nadanya penuh simpati. Aku cuma mengangguk, “Iya, Mas. Kadang aku mikir, ini rumah buat apa kalau dia nggak pernah ada.” Dia diam sejenak, kayak bingung mau balas apa, lalu nyengir, “Ya, paling nggak, Mbak Amanda punya tetangga yang bisa bantu ganti gas, kan?” Aku ketawa, “Haha, untung ada Mas Rudi. Mba Sari nggak cemburu, kan, Mas sering ke sini?” tanyaku, setengah bercanda.
2529Please respect copyright.PENANAIAJXrK7kkl
Dia ngakak, “Sari mah santai, Mbak. Dia tahu saya cuma bantu tetangga. Lagian, dia juga sibuk sama online shop-nya.” Aku mengangguk, tapi dalam hati aku membandingkan lagi: Mba Sari mungkin santai, tapi dia punya suami yang selalu di rumah. Aku? Cuma masakan yang dingin di meja karena Bima nggak pulang. “Makasih ya, Mas. Lain kali kalau gas habis lagi, aku tahu siapa yang harus dipanggil,” kataku, tersenyum lebar. Dia cuma nyengir, “Siap, Mbak. Saya balik dulu, ya.”
2529Please respect copyright.PENANAN96ZEwZGV9
Mas Rudi pamit, dan aku lanjut masak, tapi pikiranku nggak sepenuhnya di kompor. Aku merasa sedikit bersalah karena menikmati perhatiannya, tapi di sisi lain, ada kepuasan kecil tahu dia terpesona sama penampilanku. Aku lihat ponsel, masih nggak ada balasan dari Bima soal pesanku tadi pagi. “Amanda, kamu kenapa, sih,” gumamku, menepuk jidat. Aku taruh ayam goreng di piring, tapi entah kenapa, nafsu makanku hilang, diganti rasa penasaran yang makin menggelitik tentang Mas Rudi dan senyumnya yang terlalu ramah.
2529Please respect copyright.PENANApZ0rkYV2ao
Aku duduk di meja makan, sendirian, lihat piring yang kusiapkan. Aroma masakan yang tadinya menggoda sekarang terasa hambar. Di luar, aku dengar suara Mas Rudi ngobrol sama kurir, ketawanya renyah. Aku menghela napas, pikirku melayang: aku cantik, aku merawat diri, tapi buat siapa? Bima nggak lihat, tapi tetangga sebelah malah memperhatikan. Aku geleng-geleng kepala, “Jangan macem-macem, Amanda,” batinku. Tapi hati kecilku, entah kenapa, mulai suka dengan perhatian kecil yang aku dapat dari Mas Rudi.
2529Please respect copyright.PENANA7xOBRve8d5
Malam itu, aku makan sendirian, sambil scroll Instagram. Foto-foto pasangan mesra bikin dadaku sesak. Aku kirim pesan lagi ke Bima, “Mas, pulang kapan? Masakan aku udah dingin.” Centang satu, seperti biasa. Aku taruh ponsel, lihat bayanganku di jendela: tanktop, celana pendek, tubuh yang kuurus dengan susah payah. “Kalau Bima nggak hargain, apa salah kalau orang lain yang hargain?” pikirku, sebelum buru-buru menepisnya. Tapi benih rasa ingin tahu itu, suka atau nggak, udah mulai tumbuh di hati.
ns216.73.216.125da2