Selingkuh dengan atasan suamiku

Ada apa, Sintia? Kenapa kau terlihat murung?"

tanya Wahyu, begitu kita duduk.

"Sudah berapa lama kau dan suamimu saling

merasa tidak nyaman satu sama lain?" tanyanya lagi.

Aku merenung sejenak, mencoba mengingat-ingat

kembali."Aku tidak benar-benar tahu. Mungkin

sejak setelah dia pulang dari luar Negeri. Tapi aku

selalu berusaha untuk membuat semuanya baik-

baik saja," jawabku dengan sedih.

"Kamu yang sabar ya Sintia, ada aku yang akan

selalu mendukungmu." Wahyu terdengar

menenangkan, dan itu membuat jantungku

berdebar hebat. Aku benar-benar merasa

menginginkan orang seperti Wahyu ada dalam hidupk

Aku menatapnya dan berkata,"Wahyu, benarkah

kamu tidak bisa lebih dari sekedar temang. denganku?"

Wahyu yerdiam sejenak, dan aku merasa khawatir.

Namun kemudian dia mengambil nafas dalam

dalam dan berkata dengan lembut,"Sintia, aku tahu

betapa besar perasaanmu terhadapku, namun aku

tetap harus menghormati pernikahanmu dengan

suamimu. Aku punya prinsip moral yang harus aku

ikuti, dan aku tidak bisa mengganggu kehidupanmu."

Aku mengerti apa yang diucapkan Wahyu, namun

hatiku masih ragu. Namun\ Wahyu terus

melanjutkan,"Aku akan selalu ada untukmu,

sebagai teman dan pendengar setiamu. Kamu bisa

mempercayakan semua perasaanmu padaku dan

aku akan selalu mendukungmu. Tapi kita tidak

boleh saling mengganggu kehidupan masing masing, Sintia."

Aku mengangguk kecil, merasa sedih dan kecewa

Namun, aku merasa senang bahwa Wahyu masih

ingin berteman denganku dan tetap ada untukku.

Kami mélanjutkan obrolan kami, membahas

tentang masa depan kami masing-masing dan

bagaimana kami bisa memperbaiki kehidupan dan

hubungan dengan orang-orang di sekitar kami.

Namun, pagi itu, saat aku selesai mencuci dan

menjemur pakaian. Tiba-tiba wahyu datang dan

langsung/memelukku dari belakang. Aku sangat

terkejut, tapi saat aku melihat kalau itu Wahyu, aku

mempiarkannya.

"Sintia maafkan aku, aku selalu berbicara tentang

prinsip moral, tapi aku benar-benar tidak bisa

melupakanmu. Aku juga mencintaimu Sintia!"

katanya, yang membuatku langsung membulatkan

kedua mataku

Aku berbalik dan berkata,"Benarkah itu Wahyu,

kamu benar-benar mencintaiku?"

"Ya Sintia, selama ini aku selalu mlenahan diri. Tapi

semakin hari, semakin sulit bagiku untuk

menyembunyikan perasaanku padamu. Aku tahu

sangat tidak etis untuk mengungkapkan ini padamu,

tapi aku tidak bisa menahannya lagi," jawab Wahyu

dengan penuh percaya diri.

Aku tersenyum, dan tanpa malu langsung mencium

bibir Wahyu dengan lembut. Wahyu terlihat terkejut,

namun segera membalas ciumanku.

Kami berdua terus berciuman dengan penuh gairah

selama beberapa menit, bahkan lupa waktu. Aku

merasa sangat bahagia dan bersyukur, bisa berada

dalam pelukan Wahyu. Namun, tanpa disadari, aku

merasa bersalah karena masih terikat pada

pernikahan dengan suamiku.

"Wahyp, maafkan aku. Aku masih terikat pada

pernikahan dan aku tidak bisa meninggalkannya

begitl saja," kataku dengan terbata-bata.

Wahyu tefsenyum dan berkata,"Sintia,kita bisa

menyelésaikan masalah ini dengan baik-baik, tanpa

melpkai orang lain. Kami bisa mencari solusi terbaik bersama."

Aku mengangguk, merasa lega dan senang bahwa

Wahyu bisa memahami situasi yang sedang aku

hadapi. Kami berdua duduk dan mulai

membicarakan situasi saat ini dengan jujur dan terbuka.

Setelah kami membicarakannya, kami memutuskan

untuk sementara merahasiakannya hubungan kami

dari siapapun. Karena Wahyu juga tidak ingin aku

disalahkan di depan banyak orang. Namun dia juga

tidak mau meninggalkan aku, sama seperti aku

tidak mau meninggalkannya.

Wahyu duduk di sofa panjang rumahku, sedangkan

aku tiduran dan meletakkan kepalaku di

pangkuannya., Wahyu membelai rambutku, dan

sekali-kali menciumi pipi dan bibirku.

"Sintia, terimakasih telah membuka hatimu pada ku

dan mau membicarakan semua masalah ini dengan

jujur. Aku paham bahwa tidak ada yang mudah

dalam keadaan seperti ini, namun aku tetap akan

ada untukmu," ucap Wahyu sambil tersenyum dan

mencium bibirku dengan lembut.

"Aku juga senáng bisa memiliki seseorang seperti kamu dalam hidupku, Wahyu. Kamu membuatku merasa lebih berani dan kuat menghadapi semua masalah ini," jawabku lirih.

Wahyu memelukku erat, dan dengan suara

lembutnya, dia berkata,"Aku akan selalu

mendukungmu Sintia, kita akan menemukan jalan keluar dari semua ini bersama-sama."

Aku merasa sangat beruntung bisa memiliki

sahabat sekaligus orang yang kucintai dalam

hidupku. Kami berdua saling memandang, dan aku

tahu bahwa kami akan menghadapi berbagai

cabang jalan yang sulit, namun aku juga yakin

bahwa bersama-sama, kami akan bisa melewatinya.

ns216.73.216.139da2

Reading Theme:

Font Size:

Line Spacing:

Paragraph Spacing:

Load the next issue automatically