Selingkuh dengan atasan suamiku

Pada suatu malam, aku melihat Bagas, suamiku.

Menerima panggilan telepon dark seseorang, tapi

aku tidak tahu itu siapa. Aku diam-diam

mengikutinya saat dirinya pergi dengan ponsel di

telinganya.

Aku merasa ada yang tidak beres di dalam hati

Bagas, dan aku tidak tahan lagi dengan

kekhawatiranku. Aku harus mengetahui apa yang

sebenarnya terjadi.

Aku mengikuti Bagas dengan hati-hati, tetapi

kemudian aku tersadar bahwa aku sedang berada

di jalur yang berbahaya. Aku mulai merasakan

bahwa saudara-saudaraku akan menjadi korban,

jika diriku kemudian menjadi terlalu penasaran

terhadap kehidupannya.

Keesokan harinya, aku mencoba untuk

membicarakan hal ini dengan Wahyu. Apakah ada

cara lain yang bisaku tempuh tanpa harus menyakiti pihak lain?

"Apa yang mendorongmu untuk mengikuti suamimu

malamítu, Sintia?"tanya Wahyu

"Aku merasa Bagas sedang menyembunyikan

sesuatu, dan aku mulai tidak tahan dengan

kekhawatiran ini," jawabku dengan resah.

"Coba jelaskan lebih detail, apa saja gerak-gerik

yang membuatmu merasa curiga?'

"Ada beberapa hal yang membuatku merasa curiga.

Pertama, Bagas terlihat sangat waspada dan

sensitif ketika ada telepon atau pesan masuk di

ponselnya. Kedua, Bagas selalu pulang terlambat

dan tidak jelas alasan kenapa ia pulang terlambat.

Ketiga, ia mulai menunjukkan ketidaktertarikannya

pada aku. Aku harap Hanya rasa cemas saja yang

membuatku mencurigai dia." Jawabku.

Wahyu terdiam sejenak, memikirkan situasiku dan

menenangkanku."Sintia, kau harus mencoba untuk

tetap tenang dan tidak panik. Cobalah untuk

mengamati Bagas dengan jelas, atau bahkan

bertanya langsung kepadanya apa yang sebenarnya

sedang terjadi. Kita tidak bisa hanya mengikuti

insting saja tanpa ada bukti yang jelas."

Aku mengangguk sambil merenung untuk beberapa

saat. Memang benar kata Wahyu, aku harus tetap

tenang dan berusaha untuk melihat situasinya

dengan lebih jernih.

Beberapa hari kemudian, aku mencoba untuk

mengajak Bagas bicara dengan jujur dan terbuka

Aku bertanya tentang perkelahiannya seminggu

yang lalu dan juga tentang keanehan lainnya yang

aku temukan. Namun, Bagas malah marah besar

kepadaku dan mengatakan bahwa aku terlalu

memperhatikan dan mencurigai setiap gerakannya

Aku merasa sedih dan frustrasi, karena Bagas

hanya marah-marah dan tidak menberikan jawaban

yang jelas.

Malam itu aku pergi dari rumah karena merasa

sakit hati. Tentu saja aku datang ke rumah Wahyu,

karena hanya dia yang bisa kuandalkan saat ini.

Wahyu membuka pintunya dan langsung

membawaku masuk ke dalam rumahnya. Setelah

kami duduk di ruang tamu, akhirnya ia berkata,"Apa

yang ingin kau lakukan sekarang, Sintia?"

Aku mehghela nafas,"Aku mencoba memahami

begitu banyak hal tentang Bagas, tapi ia tidak ingin

menceritakannya padaku. Aku merasa begitu

frustasi dan putus asa."

Wahyu /mengangguk dan memberikan tawaran

pada diriku,"Bagaimana kalau kita mencari tahu

apa yang sebenarnya terjadi, Sintia?Kita bisa

meminta bantuan teman polisi untuk

menginvestigasi Bagas. Atau apapun yang bisa

merbuatmu tenang dan merasa aman."

Aku merasa terkejut dan sedikit takut pada saat

yang sama. Apa yang akan terjadi jika Bagas

mengetahui ini? Apakah ia akan murka padaku?

"Jangan Wahyu! Jangan libatkan polisi dalam hal

ini. Aku tidak mau semuanya menjadi semakin

rumit!" kataku memohon.

Wahyu membisu sejenak, Llalu akhirnya

mengangguk mengerti."Baiklah, mungkin ada cara

lain untuk mencari tahu apa yang terjadi. Tapi ini

tetap menjadi hal yang harus kita ambil langkah

untuk mengatasi."

Aku tersenyum dan berkata,"Terimakasih Wahyu..."

"Oh iya Wahyu... Emmm," Aku menggigit bibir

bawahku karenabmengatakannya. merasabmalu ingin

"Ada apa Sintia? Katakan saja!"pinta Wahyu,

mungkin tidak sabar.

"He he, aku boleh tidur di rumahmu? Oh iya, kamu

tenang saja aku tidak akan mengganggu kamarmu,

Aku bisa tidur di sofa, atau di manapun." Aku

aemberut sebelum menambahkan,"Aku sedang

kesal dengan Bagas, jadi aku malas pulang."

Wahyp tersenyum dan mengangguk setuju,"Tentu

saja Sintja. Kamu selalu boleh tidur di rumahku.

Aku tidak keberatan sama sekali."

"Terimakasih Wahyu, kamu memang paling bisa

mengerti aku!" Aku merasa sangat senang.

"Tapi, kamu tidak boleh tidur di sofa. Kamu akan

tidur di kamarku, aku akan menemanimu Bagaimana?'"

Aku terkejut dan membulatkan kedua mataku

Namun sebelum aku sempat bereaksi, Wahyu

sudah menambahkan,"Kamu tenang saja, aku tidak

akan bertindak kelewatan. Aku hanya pengen

ngerasain tidur dan memeluk kamu saja. Itupun kalau boleh,kalau tidak boleh juga tidak apa. Aku tidak akan memaksa."

Aku menghela nafas dan tersenyum padanya,

"Baiklah Wahyu, tapi kamu harus benar-benar

menjaga ugapanmu itu. Kamu tidak boleh macam-macam denganku!"

ns216.73.216.139da2

Reading Theme:

Font Size:

Line Spacing:

Paragraph Spacing:

Load the next issue automatically