Selingkuh dengan atasan suamiku

Aku baik-baik saja, Wahyu. Apa yang sedang kamu

lakukan di sini?" jawabku dengan bati-hati.

"Tidak ada yang istimewa, aku hanya ingin

melihatmu," jawab Wahyu dengan senyum manis

di wajahnya.

Kami memesan minuman dan mulai berbicara.

Dalam beberapa menit, aku merasa nyaman

kembali bersama Wahyu seperti dulu. Kami tertawa

dan berbicara tentang hal-hal kecil dalam

kehidupan kami. Namun, pikiran ku masih terusik.

Setelah ,kita selesai minum, Wahyu berdiri dan

meraih tangan ku."Sintia, aku belum pernah

melupakanmu. Aku ingin kita bersama lagi," ujarnya.

Aku merasakan getarannya, meski hatiku sedang

tersedak/dalam kebingungan. Apakah aku harus

memutuskan hubungan ku dengan Bagas dan

mencoba kembali bersama Wahyu?

"Wahyu, aku masih mencintaimu. Tapi aku harus

berdikir dan memberikan kesempatan pada Bagas

juga," jawabku dengan jujur.

Wahyu menyadari kebingungan ku dan menyatakan

pengertian. Dia meraih tanganku lagi,"Aku

mengerti, Sintia. Aku akan menunggumu dan

memberimu waktu untuk memutuskan sendiri."

Setiap mendengar Wahyu yang begitu pengertian,

hanya membuatku semakin tidak bisa jauh datinya

Kami berbicara sejenak lagi, sebelum Wahyu

meninggalkan kafe. Aku merasa terombang-ambing

di antara perasaan ku dengan dua orang yang

kucintai. Yang satu adalah kekasih, yang satu

adalah suami. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Malam itu, aku pulang dengan pikiran yang kacau

dan hati yang terluka. Aku masih terjebak dalam

perasaan kebingungan dan kebingungan yang aku

rasakan, belum menunjukkan tanda-tanda akan

berakhir. Aku merasa seperti sedang di ambang

perubahan besar dan aku tidak tahu apa yang akan

terjadi selanjutnya.

Tiba-tiba Bagas memelukku dari belakang,"Sayang.

aku merindukanmu. Sudah lama sekali, kita tidak

bercinta. Bisakah kamu membiarkanku menikmati

tubutmu lagi setelah sekian lama?"

Saat/Bagas memelukku, aku merasa kebingungan

semakip terasa. Aku tidak tahu apa yang harus

kukatakan atau lakukan sehingga aku berdiri di

tempat dengan diam. Namun, Bagas tetap

memelukku dan mencium lembut telingaku.

"Ayo, Sintia. Kita masih bisa memperbaiki

semuanya," katanya sambil mencoba merayu ku.

Aku merasa terhenyak dengan kata-katanya. Aku

tidak tahu apa yang ingin kukatakan. Aku masih

memikirkan keputusan yang harus kuambil, apakah

aku harus memberikan kesempatan pada Bagas

atau mencoba merajut kembali kisah lama dengan

Wahyu.

"Aku tidak tahu, Bagas. Aku masih bingung dan

tidak tahu apa yang harus kulakukan," jawabku

dengan lembut.

Bagas tiba-tiba mencium bibirku, dan aku secara

spontan menyambut dan membalasnya. Menyadari

aku menikmati sentuhannya, Bagas semakin berani

untuk menggerayangi tubuhku. Ya itu wajar, karena

dia masih sah menjadi suamiku dan kami juga

sudah sering melakukan itu.

Bagas mulai memegang kepalaku, dan membuat

lidah Kami berdansa dengan nyaman. Setelah itu,

Bagas melepaskan ciuman kami sebentar.

"Sayang, apakah aku boleh melakukannya hari ini?"

tanyanya sopan.

Aku sedikit heran dengan Bagas. Dia kan suamiku?

Kenapa perlu bertanya apakah boleh melakukannya

atau tidak. Ya aku ingat juga, selama ini saat aku

masih marah padanya. Bagas tidak pernah

menggauli aku, meskipun kita tidur sekamar. Paling

jauh dia menciumi aku dan memelukku dalam tidurnya

Aku tersenyum dan mengangguk, untuk

memberikan jawaban pada Bagas. Dia terlihat

sangat senang dan bersemangat. Hingga kembali

mencium bibirku dengan penuh hasrat.

Dia kemudian mengangkat tubuhku, dan

membawanya ke kamar kami. Bagas merebahkan

tubuhku di atas ranjang. Dia mulai mengelus

rambutku dan mencium leherku dengan lembut.

Aku merasakan getarannya, Bagas benar-benar mencintai ku.

Namun,' di saat itu, aku merasakan kebingungan

yang lebih besar. Aku tidak tahu apakah aku harus

memberikan kesempatan pada Bagas atau

mencoba merajut kembali kisah lama dengan

Wahyu. Aku merasa terjebak dalam perasaan yang

rumit,dan aku masih belum bisa membuat keputusan.

Baga beralih ke bibirku lagi, mencium dan

menghisap mereka dengan penuh hasrat. Dia

menggerakkan tangannya ke bawah, membuka

kancing bajuku satu per satu dan meresapi setiap inci kulitku dengan tangannya.

Aku merasakan semakin terjebak, entah apa yang

kulakukan selanjutnya. Meski aku menikmati

sentuhan dan ciumannya, hatiku masih

kebingungan dengan keputusan yang harus kuambil.

Setelah beberapa saat, Bagas pelukanku dan berdiri di atas melepaskan menatapku dengan penuh sayang. ranjang. Dia Aku mencintaimu, Sintia. Aku selalu mencintaimu," kata Bagas.

Aku merasa tersentuh dengan kata-katanya, tetapi aku masih kebingungan. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Namun áku tidak mengatakan apa-apa dan hanya

tersenyum padanya. Aku tidak ingin mengecewakan

Bagas, yang sudah begitu bernafsu atas tubuhku.

Dia suamiku, dan sangat layak mendapatkan

tubuhku/kapanpun dia menginginkannya.

Benar saja, setelah melihat aku tersenyum Bagas

mulai/ membuka baju dan celananya. Dia juga

membantuku melepaskan rok panjang yang ku

kenakan. Bagas terus melepaskan setiap pelindung

tubuhku dengan hasrat yang semakin meningkat.

Aku merasa begitu terbuai dalam kenikmatannya hingga sementara aku melupakan perasaan

kebingungan yang masih menghantuiku.

Namun, saat Bagas mencapai puncak

kenikmatannya dan melepaskan dirinya dari

tubuhku, kebingungan itu kembali menyerangku.

Aku merasa seperti sedang memulai suatu babak baru dalam kehidupanku, meskipun aku tidak tahu harus melakukan apa yang terbaik.

4414Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsqDCcaAAui

4414Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2K4PyJmu5m

ns216.73.216.136da2

Reading Theme:

Font Size:

Line Spacing:

Paragraph Spacing:

Load the next issue automatically