Selingkuh dengan atasan suamiku

Wahyu tampak bingung dan cemas,"Maaf Sintia,

aku tidak memikirkan hal itu. ARu hanya berpikir

untuk membuat kamu bahagia dan mencoba untuk

mengungkapkan perasaanku yang selama ini

terpendam. Maaf jika aku membuatmu terkejut atau

merasa tidak nyaman."

Aku memandang Wahyu dengan tatapan penuh

penyesalan."Wahyu, aku juga tidak menyangka hal

ini akan terjadi. Aku tahu kamu begitu baik dan

selalu berusaha untuk membuatku bahagia, tapi

aku masih belum bisa memberikan jawaban yang

jelas."

Wahyu tersenyum lembut dan menepuk tanganku,

"Sudahlah, Sintia. Aku mengerti. Kita bisa tetap

menjadi teman dan saling mendukung satu sama

lain, seperti yang selama ini kita lakukan."

Aku merasa sedih melihat ketulusan hati Wahyu,

tapi aku tahu itu adalah keputusan yang tepat untuk

dilakukan. Kami kemudian berbicara tentang hal-

hal jang lain, mencoba untuk mengalihkan

perhatian kami dari kejadian tadi.

Setelah hujan benar-benar berhenti, kami keluar

dari paviliun dan melanjutkan perjalanan kami.

Kami berjalan-jalan di sepanjang jalan dan

menikmati pemandangan di sekitar kami.

"Sintia, kamu tahu tidak? Aku punya makanan

favorit di kota ini. Mau mencobanya?" tanya Wahyu

tiba-tiba dengan antusias.

Aku tertawa,"Tentu saja, aku mau mencobanya.

Apa itu?"

"Ada sebuah warung sate kambing yang enak

banget di dekat sini. Kita bisa mencobanya

sekarang," kata Wahyu semangat.

Tanpa berpikir dua kali, kita berdua menuju warung

sate kambing yang dimaksud oleh Wahyu. Kami

masuk ke dalam warung tersebut dan memesan

beberapa tusuk sate kambing dan minuman segar.

Saat kami menunggu makanan kami dihidangkan,

Wahyu berkata, Sintia, aku ingin

memperkenalkanmu pada seseorang yang sangat

dekat denganku. Dia adalah teman baikku sejak

kuliah, dan kita masih saling berhubungan hingga

sekarang. Aku merasa penasaran,"Siapa dia?"

Wanyu tersenyum,"Namanya Dito. Dia adalah

seorang fotografer dan selalu sibuk dengan

pekerjaannya, tapi dia selalu menyempatkan

waktunya untuk mampir ke kota ini setiap kali ia

memiliki waktu luang.

Aku tertarik dengan apa yang dikatakan Wahyu, dan

kemudian meminta Wahyu untuk menghubungkan

kami saat Dito datang ke kota ini.

Setelah menerima makanan kami, kami berdua

duduk dan menikmati sate kambing yang sangat

lezat tersebut. Kami berbicara tentang segala hal,

dari kehidupan pribadi hingga pekerjaan. Kami

tertawa dan bercanda, meski di dalam hatiku masih

terasa kebingungan.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore,

kami berdua kembali ke rumah Wahyu. Kami

berbicara tentang rencana kami untuk hari

berikutnya, sebelum akhirnya aku memutuskan

untuk pulang ke rumah.

"Wahyu, terima kasih untuk hari ini. Aku benar-

benar menikmati waktu bersamamu," ucapku

sambil memberikan sebuah pelukan.

Wahyu membalas pelukanku,"Sama-sama, Sintia.

Aku juga sangat menikmati waktu bersamamu. Aku

berharap kita masih bisa berjalan-jalan bersama di

lain waktu."

Setelah itu, aku keluar dari rumah Wahyu dan

menyetir pulang ke rumah. Saat aku sampai di

rumah, aku merasa semakin sulit untuk

memutuskan apa yang harus aku lakukan. Aku tahu

bahwa aku masih mencintai Bagas, tapi aku juga

merasa nyaman bersama Wahyu

Malam harinya, Bagas pulang dengan bau rokok

dan bau alkohol. Dia terhuyung-huyung saat

berjalan masuk rumah. Aku mencoba

membantunya, namun malah di dorong hingga aku

terjatuh.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bersikap

seperti ini?" tanyaku dengan nada marah.

Bagas tertawa cengar-cengir,"Relax, Sintia. Aku

cuma sedikit mabuk. Hahaha..."

Aku kesal dan frustasi dengan sikap Bagas. Aku

merasa kecewa dengan dirinya dan merasa

terganggu/dengan tingkah lakunya yang semakin

tidak bisa di toleransi akhir-akhir ini.

"Aku tidak bisa melakukan ini lagi, Bagas. Aku

mulai merasa tercekam hidup bersama kamu,"

kataku dengan sedih.

Bagas melihatku dengan tatapan yang memohon

maaf, Maafkan aku, Sintia. Aku janji, aku akan berubah."

Aku/merasa kesal dengan dirinya dan akhirnya

memutuskan untuk pergi dari situ. Setelah

beberapa menit berjalan, aku menemukan diriku

berhenti di depan sebuah kafe. Aku merasa lelah

dan lapar setelah seharian berjalan, jadi aku

memutuskan untuk masuk dan memesan minuman

hangat.

Setelah memesan, aku melihat-lihat sekeliling kafe.

Aku merasa santai dengan suasana di dalam kafe

yang hangat dan tenang tersebut. Kemudian,

mataku tertuju pada seorang pria yang sedang

duduk sendirian di sudut kafe.

Pria itu terlihat sangat fokus saat sedang menulis

di sebuah buku catatan, dan terlihat sangat serius

dengan pekerjaannya. Aku merasa penasaran

dengan pria tersebut, jadi aku memutuskan untuk

menghampirinya.

"Halo, bolehkah aku bergabung

tanyaku dengan ramah.

y denganmu?"

Pria itu melihatku, dan kemudian tersenyum."Tentu

saja, silahkan duduk. Namaku Dito," katanya

sambil menunjukkan kursi kosong di dekatnya.

Aku cukup terkejut mendengar nama itu, terdengar

familiar."Sintia, bukan?" tanyanya dengan senyum

ramah Aku Membalas senyumnya,"Benar, Bagaimana

kamu tahú?"

"Oh, Wahyu sempat menyebutkan namamu tadi

ketika kami bertemu," jelas Dito

Aku merasa lega mendengar penjelasannya

"Rupanya Wahyu sempat memberitahukan padamu

tentangku?"

Dito mengangguk,"lya, dia bercerita bahwa kamu

adalah temannya. Dia juga bilabg bahwa kamu

sangat menyukai fotografi."

Aku tersenyum,"Ya, aku memang menyukai

fotografi. Dan kamu, Dito? Apa yang kamu kerjakan

di sini?"

Dito sedikit memberikan pengantar tentang dirinya.

la adalah seorang fotografer yang melakukan

perjalanan ke seluruh penjuru dunia untuk

mengeksplorasi dan menangkap momen-momen

yang luar píasa dengan fotonya.

Kami terus berbincang sambil menyeruput

minuman kami. Aku merasa sangat nyaman

berbicara dengan Dito. Dia santai, pintar dan

memiliki selera humoris yang membuat aku tertawa

Ketika waktu serasa semakin larut, Dito

menawarkan untuk mengantarku pulang. Aku

menyanggupi tawarannya dan kami berjalan ke

mobinya, yang ternyata adalah van yang diubah

menjadi mobil rumah kecil.

"Wow, keren banget!" puji aku sambil menyusuri

setiap sudut kecil yang lucu.

Dito tersenyum,"Terima kasih. Ini adalah rumah

saya ketika saya sedang bepergian. Bagaimana?

Apa kamu ingin melihat ke dalam?"

Aku tertawa,"Tentu saja. Aku sangat penasaran!"

Kami pun masuk ke dalam mobil rumah kecilnya.

Dengan bantuan Dito, aku bisa lebih dekat dengan

barang-barang pribadinya. Aku sangat terkesan

dengan semua hal yang ada di dalam mobil kecil itu.

Setelah selesai melihat-lihat, Dito mengantarku

pulang ke rumah. Kami berbicara tentang banyak

hal lagi dan kami sangat menikmati waktu bersama.

Sesampainya di rumah, aku berkata,"Terima kasih

Dito, aku sangat menikmati waktu yang kita

habiskan hari ini."

Dito tersenyum,"Sama-sama, Sintia. Aku juga

sangat menikmati waktunya. Kita harus berbicara Pagi suatu saat nanti."

Aku mengangguk,"Ya, pasti.

Aku bisa menghubungimu lagi suatu saat."

Aku//kemudian masuk ke dalam rumah dan

merenupgkan hari yang luar biasa yang telah kujalani.

6490Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwHDXx0xDvI

ns216.73.216.139da2

Reading Theme:

Font Size:

Line Spacing:

Paragraph Spacing:

Load the next issue automatically