BAB 2: PINTU SEGAR UNTUK MASUK DIMINIMARKET
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm52ySu4eKt
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFgHF31m9ns
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvCUxoxIMbs
Sore itu, sekitar jam empat lelet, Riska memutuskan ke minimarket kecil yang cuma dua ratus meter dari gerbang kompleks. Bayu lagi tidur siang setelah lembur semalaman, dan Riska bosan di rumah sendirian. Ia pakai gamis cokelat muda longgar, hijab hitam polos, dan sandal jepit biasa. Tas belanja kecil digantung di bahu.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5rfDIIoWxi
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqVPinPzsoy
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrtJuZZ1Rvp
Begitu masuk minimarket, AC dingin langsung menyapa kulitnya. Hanya ada dua orang pembeli lain, kasir cowok lagi main HP. Riska langsung menuju rak mie instan dan bumbu dapur, fokus memilih sambil mikir mau masak apa malam ini.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ54JjErQEvY
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcbslMhJY06
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡV6lQ52WF1F
Tiba-tiba, dari belakang, ada suara berat yang sudah sangat dikenal.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhpO1JV7uz2
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLKItWe5gO0
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMB7mWo6jBh
“Bu Riska sendirian ya? Pak Bayu mana, kok dibiarkan jalan sendiri gini?”
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7JLw3V0Dhk
Bang Gatot muncul entah dari mana, seragam birunya agak basah keringat di bagian dada, kumisnya masih tebal, matanya langsung menelusuri lekuk tubuh Riska dari balik gamis longgar itu.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWu8yCFJNho
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhRLa5976hT
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo7cFy6JICh
Riska kaget sedikit, tapi langsung tersenyum kecil. “Lah, Bang Gatot ngapain di sini? Bukan tugas jaga gerbang?”
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkg8oDPPTZU
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRkz3T4Cgjb
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg4CAypJH9A
“Gantian shift, Bu. Saya ke sini beli rokok, eh malah ketemu bidadari,” katanya sambil tertawa pelan, lalu dengan santai berdiri di samping Riska, hampir menempel. Bau sabun colek dan keringat pria langsung tercium.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGaCqXnLAX9
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG93tC84D3m
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiwuGsyNiSk
Riska cuma geleng-geleng kepala, pura-pura fokus ke rak. Tapi Bang Gatot nggak mundur. Ia malah pura-pura ikut ambil mie di rak yang sama, sampai badannya sengaja bersentuhan sama lengan Riska.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡprLlx3DLNH
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmNonxFbnOJ
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsyjANc1Ch1
“Bu, ini mie apa yang enak ya? Saya kan jomblo, biasa masak sendiri,” katanya sambil tangan kirinya turun pelan, pura-pura nyari sesuatu di rak bawah, tapi telapak tangannya malah mendarat lembut tepat di pantat Riska yang tertutup gamis.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNhkhgEjd6s
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnS3GNWMKU9
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsO6ADIZfi5
Riska langsung menegang. Tapi anehnya… ia tidak langsung menepis. Hanya badannya sedikit membeku, napasnya tersendat.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIAIOEpcN51
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt92VeEL97x
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlpwYLIsQO9
Bang Gatot merasakan itu. Jari-jarinya tidak langsung cabut. Malah ia tekan pelan, meremas sekali dengan lembut, seperti menguji batas.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlxXzjUkNIr
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8pNANiIATQ
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPGXA1dVvVa
“Eh, maaf Bu, tangan saya salah ambil,” katanya pura-pura polos, tapi jari tengahnya malah mengusap pelan ke bawah, menyusuri garis celana dalam Riska yang ketahuan dari balik kain gamis tipis.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLc4erzhSr5
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeO2KER3ALA
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyDUWCft5qO
Riska menelan ludah. Wajahnya memerah di balik hijab. Ia tetap diam, cuma tangannya yang memegang mie instan jadi agak gemetar.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNC4xq2VqR4
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ717eKU064A
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf3kiG0zaln
“Bang… jangan gitu,” akhirnya Riska berbisik, suaranya kecil sekali, hampir seperti merintih.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy6uebSTbEn
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpSyjrg9x2y
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCyqn5Fop6A
“Tapi Bu Riska nggak nolak kan?” Bang Gatot balas berbisik di telinga Riska, napasnya panas mengenai leher yang terbuka sedikit di bawah hijab. Tangan kanannya sekarang memegang pinggang Riska dari samping, sementara tangan kiri masih di pantat, meremas lagi, kali ini lebih berani.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeS180Cltf9
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhfQZ5kPPRp
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDRmiIJhyZO
Riska menggigit bibir bawahnya. Kakinya seperti lelet bereaksi. Di kepalanya berperang: “Ini salah… ini salah…” tapi badannya malah diam, malah sedikit mendesir ketika jempol Bang Gatot mengusap garis pantatnya dari atas ke bawah.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ702LWb7mNs
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzPRwjGb9G3
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUxkfln5LAD
“Bu Riska pantatnya empuk banget. Pak Bayu pasti sering remas ya? Atau… jarang?” goda Bang Gatot lagi, suaranya serak.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPGzSsDeZox
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuC0NvPxcc6
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyd7SIqzYJE
Riska cuma menggeleng pelan, mata mulai berkaca-kaca karena malu dan… sesuatu yang lain.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxCtDkvdRpY
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡx7I8D9vxRR
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQIj4BUCXCR
Bang Gatot tahu batasnya belum dilewati. Ia tarik tangan pelan, tapi sebelum benar-benar lepas, jari-jarinya menyelinap ke bawah gamis sedikit, menyentuh paha belakang Riska yang telanjang di atas lutut. Kulitnya halus, dingin karena AC.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1LfWD1zyG5
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPsBxa75p7O
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFwcNx2nsNx
“Sst… tenang Bu, nggak ada yang lihat,” bisiknya lagi sambil mengelus paha itu satu kali, dari bawah pantat sampai hampir lutut, lalu naik lagi.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOPvP1mPOgq
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcjOVAiYwAz
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8oM1MgWk5Z
Riska menutup mata sebentar. Napasnya jadi pendek-pendek. Ia akhirnya berbisik, “Bang… cukup… nanti orang lihat…”
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbiafkTazdB
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuCAmnAoZOf
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRuDIAQ7O8p
Bang Gatot tersenyum menang. Ia lepas tangannya perlahan, tapi sebelum mundur, ia bisik tepat di kuping Riska, “Malam ini saya jaga gerbang sampai jam 12, Bu. Kalau Bu Riska bosan di rumah… lewat depan pos aja. Saya kasih susu hangat.”
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSFkIsN1bD0
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGPEfXoWmT5
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWa36IE9Bnf
Riska cuma menunduk, buru-buru ambil mie dua bungkus, lalu berjalan ke kasir dengan kaki agak goyah. Bang Gatot mengikuti dari belakang, pura-pura antre.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDMigMb2A1Q
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSVI7QoVDEL
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxGFJULQyB5
Saat Riska bayar, Bang Gatot berdiri tepat di belakangnya. Ia condongkan badan, pura-pura lihat harga di mesin kasir, tapi tangannya kembali turun—kali ini langsung meraba paha dalam Riska dari belakang gamis, jari-jarinya menyentuh bagian paling atas paha dalam, hampir menyentuh selangkangan.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7wu3pBMXDI
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSDKp9Dk9z5
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWj3XDRuaTp
Riska hampir menjerit kecil, tapi cuma menggigit bibir keras-keras. Ia buru-buru bayar, lalu keluar minimarket tanpa menoleh lagi.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQkLkH3C5vP
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNmYEeTlDN5
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAPjSuWWxnD
Bang Gatot cuma nyengir lebar, bayar rokoknya, lalu keluar sambil peluit kecil.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXS0hhGTnqr
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp9ub4aeFdd
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYeAySz13FT
Di luar, Riska berjalan cepat pulang. Tapi setiap langkah, ia merasakan dinginnya AC masih menempel di kulit pahanya yang baru saja disentuh. Dan entah kenapa… ia tidak langsung mandi ketika sampai rumah. Ia duduk di sofa, tangannya tanpa sadar menyentuh tempat yang tadi disentuh Bang Gatot, lalu buru-buru menarik tangan karena malu sama diri sendiri.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlKkh0kNsns
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7UkZlq3eCP
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO0hgrgQabP
Malam itu, Bayu pulang jam sembilan lelet. Riska sudah masak ayam goreng, tapi pikirannya tidak di situ. Bayu cium keningnya, peluk dari belakang, tapi Riska cuma tersenyum kaku.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡABJosygJTJ
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcxPtZlTDfj
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡisePOhrLBy
“Sayang, kamu kenapa? Cape ya?” tanya Bayu.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQxBZw0wOOd
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ78ADH10awG
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGbne7VqGTw
Riska menggeleng. “Nggak apa-apa, Mas.”
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4iT5OaXXJL
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcQGJMed9lV
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwsZALtGbW1
Tapi di dalam kepala Riska, ada suara Bang Gatot yang terus berputar:
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoapuS6ZUT3
“Kalau Bu Riska bosan… lewat depan pos aja.”
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkvLQ8T3QfH
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIZ9hvlkrvV
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfHo10TrWgB
Dan untuk pertama kalinya dalam empat tahun pernikahan, Riska tidur sambil memeluk bantal… bukan suaminya.
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ43FV3UFc13
125Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡelLQKqrmHR
and then Add to home screen.