/story/194233/ustadzah-indri-season-2/toc
USTADZAH INDRI (SEASON 2) | Penana
arrow_back
USTADZAH INDRI (SEASON 2)
more_vert share bookmark_border file_download
info_outline
format_color_text
toc
exposure_plus_1
coins
Search stories, writers or societies
Continue ReadingClear All
What Others Are ReadingRefresh
X
Never miss what's happening on Penana!
PG-13
USTADZAH INDRI (SEASON 2)
Tukang ngarang
Intro Table of Contents Top sponsors Comments (1)

Sudah setahun berlalu sejak kisah kelam itu. Nama Indri Febriany pernah ramai dibicarakan, bahkan wajahnya sempat jadi headline gosip digital. Skandal dengan Purnomo, seorang pria beristri, pecah ke publik lewat rekaman amatir. Istrinya, Santi, sempat melabrak langsung—untungnya tanpa sorotan media besar, meski tetap menimbulkan luka dalam karier Indri.


Jadwal ceramah banyak dicancel, endorsement diputus kontrak, bahkan beberapa pihak menuntut ganti rugi. Purnomo sendiri menghilang tanpa jejak. Dan kini, Indri berusaha menata ulang hidupnya.


Hari itu, Indri duduk di kursi sederhana, wajahnya tanpa riasan tebal, hanya jilbab polos, kamera ponselnya terpasang di tripod kecil. Ia menyalakan fitur live Instagram, menarik napas dalam, dan mulai berbicara.



---


(Dialog POV IG Live – Indri)


"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…"

"Saya Indri Febriany, hari ini saya ingin berbicara langsung, tanpa perantara, tanpa panggung, tanpa sorotan lampu. Hanya saya… dan kalian yang sudah mendengar banyak berita tentang saya."


(Indri menunduk sebentar, suaranya bergetar, tapi ia mencoba tegar)

"Beberapa waktu lalu, beredar rekaman pribadi yang sangat mencoreng nama saya sebagai seorang ustadzah, sebagai seorang istri, sebagai seorang perempuan. Saya tidak akan membantah… karena memang itu saya. Saya khilaf."


"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya pada semua pihak, terutama pada keluarga besar saya, pada jamaah yang sudah percaya, pada panitia-panitia yang kecewa, dan… yang paling berat, pada Bu Santi dan keluarganya."


(ia meneteskan air mata, buru-buru mengusapnya)

"Saya tahu, mungkin tidak ada kata maaf yang cukup untuk menebus luka yang sudah saya buat. Tapi saya ingin semua orang tahu, saya sedang berusaha bangkit. Saya sudah menjalani konsekuensi: kehilangan pekerjaan, kehilangan kepercayaan, kehilangan sebagian harga diri saya. Tapi saya yakin… Allah Maha Pengampun, dan saya ingin kembali ke jalan yang benar."


"Saya tidak akan menyalahkan siapa pun. Semua ini salah saya, kelemahan saya. Doakan saya bisa lebih kuat, bisa istiqomah, dan bisa memperbaiki hidup saya ke depan."


Show Comments (1)
BOOKMARK
Total Reading Time: 32 minutes
toc Table of Contents
bookmark_border Bookmark Start Reading >
×


Reset to default

X
×
×

Install this webapp for easier offline reading: tap and then Add to home screen.