Jika Laras berpostur tinggi, berbeda dengan Salwa yang mungil. Tingginya hanya 157 cm, namun tubuhnya lebih padat dan montok. Asalnya dari Bandung yang terkenal sebagai penghasil mojang-mojang manis.
Sebagai perantau mentalnya terbukti tahan banting. Betul dia trauma sejak tragedi perkosaan di ruang BEM, namun dia memutuskan untuk tetap maju. Dia tak ingin kesempatannya menimba ilmu hilang. Sehari setelah tragedi itu sebenarnya dia ingin membawa kasus itu ke polisi. Namun setelah banyak pertimbangan dia membatalkannya. Dia tak ingin semua orang di kampus tahu, terlebih keluarganya di kampung. Dan dia juga khawatir akan keselamatannya jika Markus tiba tiba gelap mata. Tapi terlepas dari itu semua, dia memang tak bisa lupa dengan kenikmatan ganjil di malam itu. Bayangan kontol hitam Markus yang mengaduk-aduk memeknya terus berkelebat di benaknya.
Beberapa kali dia berpapasan dengan Markus di lorong kampus, Salwa berpura-pura tak melihat. Dia muak melihat senyum mesum pemuda timur itu, dan dia tak tahan dengan tatapannya yang seakan menelanjangi.
Setelah kelas terakhir Salwa berlari kecil ke parkiran motor. Awan mendung bergulung gulung dan langit mulai gelap, dia bergegas agar tak kehujanan. Saat sedang memanaskan motor dia melihat sosok yang dia hindari berjalan mendekat, masih dengan senyum mesumnya. "Assalamu'alaikum Salwa.. "
"Wa alaikumsalam." balas Salwa dingin sambil menghindari tatapan Markus.
"Keliatannya buru buru amat." Markus berbasa basi membuat Salwa tambah muak. Seakan-akan dia lupa apa yang sudah dia perbuat beberapa malam lalu.
"Ya! Mau hujan!" jawabnya dengan ketus.
Markus tertawa melihat sikap antipati Salwa padanya. Sambil menggenggam batok kepala motor dia berbisik pelan pada Salwa. "Emang nggak kangen sodokan kontol gua, hehehe.. "
"Pergi kus! Atau saya teriak!" ancam Salwa dengan wajah menegang. Tatapannya tajam menusuk. Namun Markus sama sekali tak terganggu, dia masih tetap bersikap santai. "Ampun ukhti.. Jangan galak gitu dong.. Heee.. " Dia malah berlagak pilon.
"Saya serius kus! Tolong jangan ganggu saya lagi!" sambung Salwa. Walau dia berusaha terlihat tangguh namun suaranya jelas terdengar gemetar.
Di luar hujan mendadak turun dengan derasnya. Akhir akhir ini memang Jakarta selalu diguyur hujan angin setiap sore. Genangan-genangan air naik dengan cepat dan menimbulkan banjir di banyak titik. Salwa memakai jas hujan ponconya dan bersiap pergi namun Markus menahan setang motornya. "Lepasin!" hardiknya.
"Ish ish galaknya, jadi gemes. Hahaha." balas Markus sambil melirik buah dada ranum milik Salwa dari balik gamisnya. "Hujan ukhti. Saya numpang ya, boncengin.. "
"Nggak!" jawab Salwa cepat, tapi tak ayal dia juga menanyakan tujuannya. "Numpang kemana?"
Wajah Markus mendekat dan berbisik. "Ke kost kamu. Kangen desahan nakal akhwat suci kayak kamu, heeeee.. "
Wajah Salwa merah padam menahan malu dan marah. "Jangan macem-macem kamu ya kus! Saya bakal lapor polisi!"
"Dan saya bakal share video ini ke grup WA.. " Markus tersenyum sambil menunjukkan adegan mesum dia dan dirinya. Salwa terpekik dan refleks menutup mulutnya. Dia lupa Markus merekam kejadian itu dengan ponselnya. Rasa marahnya berubah menjadi kepanikan. Nada suaranya langsung berubah. "Tolong hapus kus. Jangan disebar. Kasihani saya.. " Salwa mengiba.
Markus tertawa penuh kemenangan karena yakin dia sudah berhasil menaklukkan akhwat ini sekali lagi. "Ish kok udah nggak galak lagi, hahaha." ejek Markus dengan nada yang menyebalkan di telinga Salwa. "Nggak mungkinlah saya sebar kalo kamu nurut, heheee.. " Sambil berkata begitu dia naik ke boncengan motor Salwa lalu menutup tubuhnya dengan jas hujan ponco hingga hanya kakinya yang terlihat. "Ayo jalan." perintahnya.
Tak ada yang bisa Salwa lakukan selain menurut. Perlahan motor itu berjalan meninggalkan area kampus.
Jas hujan tertutup itu membuat Markus leluasa. Dengan kurang ajar dia memeluk pinggang akhwat mungil itu. Tubuh Salwa menegang. Dia dapat merasakan hawa panas napas Markus di punggungnya. Sementara motor beat itu terus berjalan pelan sambil berkelat kelit menghindar kubangan air. Hujan semakin deras.
Di lampu merah Salwa berhenti diikuti pengendara lain di kanan dan kiri. Salwa menggigit bibirnya saat tangan Markus menggerayangi buah dadanya. Nafasnya mulai memburu. Dia berharap gerakan itu tak disadari orang-orang di sekelilingnya.
Sadar Salwa tak bisa berbuat apa pun Markus makin menggila. Satu persatu kancing kemejanya terlepas. Lalu tangan kasar itu mengusap kedua puting Salwa yang langsung tegak. Mata gadis itu terbelalak namun dia berusaha tenang agar tak memancing perhatian orang di sekitar. Setelah asyik memainkan putingnya, Markus meremas kasar kedua gundukan lembut itu. Tubuh Salwa makin menegang.
"Kok toketnya digerepe pasrah banget, doyan ya ukhti? Hehe.. " Markus berbisik. Salwa sudah hampir menangis. Lampu merah terasa selamanya.
"Mmmphhhh.... " Desahan kecil keluar dari bibirnya saat jemari Markus perlahan bergerak menyusup di balik celana dalamnya.
"Uhhh... Jembut lu bikin kangen sayang.. " bisik Markus sambil membelai bulu kemaluan Salwa. Gadis itu menggelinjang. Orang-orang di sebelahnya mulai melirik. Bersamaan dengan lampu yang berubah hijau, jari tengah Markus mulai masuk dan mengorek belahan memeknya. Salwa menarik gas buru buru. Dia harus mengerahkan konsentrasinya berkendara karena Markus makin menjadi. Dia bahkan memaksa mengenyot putingnya dari samping.
Salwa sungguh tak percaya nasib buruknya. Dinodai pemuda ambon di tengah hujan di antara ramainya lalu lintas sore. Dan dia tak mampu berbuat apa apa. Sesampainya di kost memeknya sudah basah kuyup campuran air hujan dan cairan kewanitaannya.
"Kamar akhwat emang serapih itu ya.. " celetuk Markus sambil mengunci pintu. Dengan santai dia merebahkan diri di kasur Salwa. Perempuan itu serba salah. Markus sudah memegang kartu As-nya, dia tak berkutik. Mengusirnya saja dia tak mampu. Jadi dia menyibukkan diri dengan bolak balik kamar mandi, memasukkan pakaian kotornya ke plastik untuk di laundry, apa pun. Sambil berharap Markus bosan dan membatalkan niat busuknya. Lalu dia teringat belum shalat ashar. Jadi dia mengambil wudhu, memakai mukenah putihnya, lalu menggelar sajadah di tengah ruangan. Markus hanya memperhatikan dengan diam. Salwa berniat sholat lama dengan bacaan-bacaan panjang. Mungkin saja Markus tak sabar dan langsung pergi.
Setelah membaca niat Salwa mengangkat tangan sebatas telinga lalu mulai sholat. Posisinya yang miring membuatnya masih bisa melihat Markus dari sudut matanya. Orang itu kelihatannya sedang sibuk scroll layar ponselnya. Hampir lima menit sendiri bagi Salwa untuk menyelesaikan dua rokaat. Dan selama itu Markus nyaris tak bergerak.
Saat berdiri setelah duduk diantara dua sujud, dari sudut matanya dia melihat Markus menggeliat. Pastinya dia bosan pikirnya. Pemuda hitam itu lalu berdiri dan melangkah ke pintu yang ada di belakang Salwa.
Satu detik.. Dua detik..
Salwa berharap mendengar suara pintu di buka, tapi suara itu tak kunjungan terdengar. Jika Markus tak keluar jadi apa yang dia lakukan di balik punggungnya? Salwa menelan ludahnya sendiri. Ketakutannya terbukti. Sepasang tangan memeluknya dari belakang lalu meremas kedua payudaranya walau masih terhalang mukenah. Salwa kaget setengah mati, lalu Markus berbisik di telinganya. "Lanjutin aja sholatnya ukhti.. " ucapnya masih sambil meremas dan memainkan putingnya.
Tak ada pilihan lain. Dia kembali meneruskan bacaan sholatnya dengan seorang laki-laki bukan muhrim yang memeluk tubuhnya dari belakang dan mengacak-acak buah dadanya. Salwa juga dapat merasakan benda besar menggesek gesek belahan pantatnya, dan dia menyadari Markus sudah bugil. Napas panas laki-laki itu berhembus di tengkuknya. Markus rupanya sange berat melihat seorang ukhti montok dengan mukenah putih bersih tengah beribadah.
Setelah al fatihah Salwa meneruskan dengan bacaan pendek. Namun baru saja mengucap basmallah, Markus melumat mulutnya sambil mencengkeram dagunya. "Slurppp.. Mmmmmhhh.. Slurpppp.. Terus ukhti, baca doanya.. Mmmhhhh.. "
Puas melumat bibir Salwa, Markus menekan pipi akhwat itu membuat mulutnya terbuka lalu dia meludahi mulut Salwa. "Cuihhh.. Cuihhh., biar lancar doanya ukhti sayang.. Heeee.. "
Saat Salwa ruku, dengan kurang ajar Markus menaikkan mukenahnya lalu menggesekkan kontol kotornya di belahan pantat Salwa sambil sesekali menampar bongkahan pantat yang menggoda itu. PLAKK! PLAKKK! "Ahhh anjing nikmat banget pantat ukhti ahhhh.. Ahhh.. " Dia meracau.
Ketika akhirnya Salwa sujud dia sudah tak tahan lagi. Markus langsung membalik dan menindih tubuh Salwa di atas sajadah. Dengan kontol menggesek selangkangan dan tangan sibuk meremas toket dia mencumbu bibir akhwat itu habis-habisan.
"Slurppppp.. Ahhhh.. Mmmmhhhh... Ahhhh slutppp... Gua udah nggak tahan lagi ukhti. Ahhhhhh.. Ahhhh.. " Erang Markus.
Awalnya Salwa berontak namun teringat video syurnya dia pasrah. Dia biarkan lidah pemuda timur itu menjelajahi bibir, lidah, dan langit langit mulutnya. Dengan cepat Markus juga melepaskan celana dalam Salwa dan memposisikan kontolnya di belahan memek akhwat montok itu.
"Sholatnya cancel dulu ukhti, kita ganti ibadah lain." suara Markus gemetar menahan sange. "Ini namanya ibadah zinah, hahaha.. "
Salwa membuang muka tapi Markus kembali memaksanya menatap wajahnya. "Nggak usah sok suci. Kemarin aja lu keenakan gua entotin. Heee.. Lu nurut, video lu aman." Markus kembali memainkan ancamannya. "Bilang: iya!"
"Iya.. " ucap Salwa tapi dengan tatapan kemarahan.
Tiba-tiba saja sebuah tamparan menghantam pipinya. PLAKK! "Gua nggak suka ekspresi lu ya. Ayo ulang lagi, pake muka lonte lu!" hardiknya sambil meludahi wajah Salwa. CUIHHH!
Tanpa disuruh pun Salwa pasti menurut. Dia ketakutan dengan perubahan sikap Markus yang mendadak sadis. "Ii.. Iya... "
"Bagus! Hahha.. " Markus tampak puas.
"Kita mulai ibadah zinahnya ya ukhti. Bilang apa sebelum beribadah?" Walau suaranya kembali lembut namun ekspresi Markus tetap sadis. Salwa gemetar.
"Bbbb.. Bismillah... Ahhhhh!! Ahhhhh!! Ahhhhh!"
Tiba-tiba saja seluruh batang kontol Markus ambles dalam liang kenikmatan Salwa. Tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram sajadah yang kusut berantakan. Beberapa detik Markus membiarkan kontolnya diam di sana, dia menikmati sensasi basah dan pijitan lembut dinding vagina Salwa.
"Anjing! Emang nikmat banget memek lu ukhti lonte! Ahhhh.. Ahhhhh.. Ahhhh.. " Markus mulai menggempur memek Salwa dengan brutal.
"Aku bukan lonte... Huhu.. " Salwa menangis campuran takut dan terhina.
"Lu emang lonte ukhti. Lu itu pelacur! Ini buktinya, memek bukannya dijaga malah dikasih gratis ke gua, hahhaha.. Dasar pelacur!" Ejek Markus sambil kembali meludahi wajah Salwa.
CUIHHH!
BERSAMBUNG
Phoneseks/chatseks buat binor, ibu ibu, jilbab. Dijamin ketagihan. 088225843387
1159Please respect copyright.PENANASU6OywX696
1159Please respect copyright.PENANAgFfVP4ni8l
1159Please respect copyright.PENANAgq43hoPvDT
1159Please respect copyright.PENANANnk1c1SLNL
1159Please respect copyright.PENANAR6u7tjJfEA
1159Please respect copyright.PENANACkr57AQoOW
1159Please respect copyright.PENANAEZpva8gVId
1159Please respect copyright.PENANAXCPD63VtV8
1159Please respect copyright.PENANAwEvlSOJpWB
1159Please respect copyright.PENANAieX4GCGXek