Pagi Rabu, Reza berangkat ke kantor dengan perasaan campur aduk. Kelegaan karena berhasil memenuhi ngidam Nadia kemarin bercampur dengan cemburu kecil yang masih menggelitik hatinya setelah melihat istrinya dipeluk Pak Yos, satpam kantor. Di mobil, ia mencoba menenangkan diri, meyakinkan bahwa itu hanya pelukan singkat, profesional, demi ngidam Nadia. Sesampainya di kantor, ia berusaha fokus pada pekerjaan, tapi suasana berubah saat Pak Yos mendekatinya di lorong dengan wajah berbinar-binar. “Pak Reza, apa kabar? Bu Nadia apa kabar? Kapan jatah peluk lagi, ya? Hehe, 500 ribu kemarin lumayan, lho!” kata Pak Yos, setengah bercanda, tapi dengan nada antusias yang membuat Reza tersenyum kaku. Dalam hati, ia mulai merasa cemburu, meski ia berusaha menganggapnya sebagai lelucon.
2859Please respect copyright.PENANAp7XKCLyqwJ
Reza hanya tertawa kecil, tak tahu harus menjawab apa. “Haha, Pak, cukup sekali aja, deh. Nadia udah seneng kok,” katanya, berusaha menutup pembicaraan. Pak Yos mengangguk, tapi senyum lebarnya tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Reza kembali ke mejanya, mencoba fokus pada laporan, tapi perasaan tak nyaman mulai merayap. Ia tahu Pak Yos orang baik, tapi candaan tadi terasa sedikit kelewatan. Ia mencoba mengingatkan diri bahwa ini semua demi Nadia, tapi bayangan Pak Yos memeluk istrinya terus muncul di pikirannya, membuatnya gelisah.
2859Please respect copyright.PENANAqoN26mVpmM
Sementara itu, di kantor, kabar tentang “pelukan ngidam” mulai menyebar seperti api di jerami. Awalnya, hanya Mira dan Susan, dua rekan Reza, yang tahu soal ngidam Nadia. Tapi entah bagaimana, cerita itu bocor ke karyawan lain. Di pantry, beberapa pegawai mulai berbisik tentang Reza yang “mengizinkan” istrinya dipeluk satpam. “Serius, sih, Nadia, istri Reza, dipeluk Pak Yos? Itu kan satpam yang badannya gede itu!” bisik salah satu karyawan. Gosip itu berputar dengan cepat, dan beberapa bahkan mulai bercanda bahwa ada “sesuatu” antara Nadia dan Pak Yos, meski tak ada yang benar-benar serius mempercayainya.
Reza, yang mendengar bisikan-bisikan itu, memilih diam. Ia merasa malu, tapi tak ingin memperkeruh suasana dengan membantah. Ia tahu gosip kantor biasanya reda sendiri, tapi setiap kali melihat tatapan rekan-rekannya yang penuh tanya, wajahnya memanas. Ia berusaha fokus pada pekerjaan, tapi pikirannya terus kembali ke Nadia dan Pak Yos. “Kenapa juga aku setuju sama ide gila ini,” keluhnya dalam hati, menyesali keputusannya meski tahu itu demi kebahagiaan Nadia.
2859Please respect copyright.PENANA6wOgIacOWj
Di sisi lain, Pak Yos justru tampak bangga. Saat jam istirahat, ia duduk bersama satpam lain dan beberapa karyawan di area merokok di belakang kantor. Dengan penuh semangat, ia mulai bercerita tentang pengalamannya memeluk Nadia. “Wah, kalian nggak tahu, deh, istri Pak Reza itu cantik banget! Meski hamil, auranya kayak model beneran,” katanya, matanya berbinar. Para pendengarnya, awalnya hanya mendengarkan sambil terkekeh, mulai penasaran. “Terus, gimana rasanya, Yos?” tanya seorang karyawan, setengah bercanda.
2859Please respect copyright.PENANA3DHMQ9HgU9
Pak Yos, yang semakin bersemangat, mulai mendeskripsikan pengalamannya dengan detail yang membuat Reza—jika mendengar—pasti akan naik pitam. “Waktu peluk, badannya hangat, loh. Rambutnya harum banget, kayak wangi bunga gitu. Terus, ya Tuhan, payudaranya yang… eh, agak bergesek gitu ke badan saya. Beneran, hamil kok malah tambah seksi!” katanya, sambil tertawa lebar. Satpam dan karyawan lain tergelak, beberapa menepuk pundak Pak Yos, menganggapnya sebagai cerita lucu. Tapi Pak Yos tak berhenti di situ. “Sumpah, kalau bukan istri orang, saya udah pengen deketin. Nadia itu tipe idaman, deh,” tambahnya, masih dengan nada bercanda, tapi ada sedikit keinginan yang terselip di matanya.
2859Please respect copyright.PENANAe5LMNtJ1mi
Seorang satpam lain, yang dikenal suka bercanda kasar, menimpali, “Ya udah, Yos, rebut aja! Kan katanya istrinya suka sama kamu. Peluk lagi, kali ini gratis!” Semua tertawa terbahak-bahak, menganggap itu lelucon. Pak Yos ikut tertawa, tapi di balik tawanya, ia tampak menikmati perhatian yang ia dapat. Ceritanya tentang Nadia menyebar lebih luas, dan tak lama, hampir seisi kantor tahu bahwa Pak Yos “beruntung” bisa memeluk istri manajer senior yang terkenal cantik. Gosip itu berubah dari candaan ringan menjadi spekulasi liar, meski sebagian besar masih menganggapnya lelucon.
2859Please respect copyright.PENANAmldVC0bugS
Saat makan siang, Reza merasa tatapan rekan-rekannya semakin aneh. Mira mendekatinya di kantin, berbisik, “Rez, kamu nggak apa-apa, kan? Soal Pak Yos… orang-orang pada bercanda, sih, tapi kayaknya kelewatan.” Reza hanya mengangguk, wajahnya memerah. “Biarin aja, Mir. Orang juga bakal bosen sendiri,” katanya, meski dalam hati ia merasa semakin terpojok. Ia tak menyangka keputusannya untuk memenuhi ngidam Nadia akan jadi bahan gosip yang begitu memalukan. Ia bahkan mulai khawatir kalau cerita ini sampai ke telinga Nadia atau keluarga besar mereka.
2859Please respect copyright.PENANAgqgdn5SeSs
Sore itu, Reza melihat Pak Yos di pos satpam, masih dengan senyum lebar yang sama. Ia ingin marah, tapi ia tahu Pak Yos tak bermaksud buruk. “Pak Yos, cerita soal Nadia… jangan terlalu dibesar-besarkan, ya,” kata Reza, suaranya pelan tapi tegas. Pak Yos mengangguk, tapi dengan nada santai, ia menjawab, “Tenang, Pak, cuma bercanda kok. Tapi beneran, istri Bapak top banget!” Reza hanya menghela napas, tak tahu harus menanggapi apa. Cemburu dan rasa malunya bercampur, tapi ia tak ingin memperpanjang masalah di kantor.
2859Please respect copyright.PENANA44ayGhaRi8
Pulang ke rumah, Reza disambut Nadia yang seperti biasa ceria dan penuh kasih. “Mas, aku bikin soto ayam buat makan malam!” serunya, memeluk Reza erat. Melihat wajah Nadia yang polos dan penuh cinta, Reza merasa cemburunya sedikit mereda. Tapi ia tak bisa menahan diri untuk bertanya, “Nad, ngidam pelukan itu… udah selesai, kan? Nggak ada lagi, ya?” Nadia tertawa kecil, lalu mencium pipi Reza. “Udah, Mas. Makasih ya udah usaha buat aku. Sekarang aku cuma pengen pelukan dari kamu,” katanya, membuat Reza tersenyum lega.
2859Please respect copyright.PENANAGMcr0ppyBL
Namun, di dalam hati, Reza masih merasa gelisah. Gosip di kantor tak akan hilang begitu saja, dan candaan Pak Yos yang kelewatan membuatnya tak nyaman. Ia memutuskan untuk tak menceritakan apa yang terjadi di kantor pada Nadia, tak ingin istrinya merasa bersalah atau malu. Malam itu, sambil memeluk Nadia di sofa, Reza berpikir keras bagaimana cara menghentikan gosip tanpa membuat situasi semakin rumit. Ia tahu ini hanya fase, tapi fase ini terasa seperti ujian terbesar dalam pernikahannya.
2859Please respect copyright.PENANAkQHDe3noZ0
Keesokan harinya, Reza mendengar lagi candaan tentang “pelukan Pak Yos” di pantry. Ia memilih tersenyum dan mengabaikannya, meski dadanya terasa sesak. Ia mulai merancang cara untuk mengalihkan perhatian kantor, mungkin dengan mengadakan acara tim atau fokus pada proyek besar. Tapi di lubuk hatinya, ia tahu bahwa cinta untuk Nadia dan bayi mereka adalah yang terpenting, dan ia akan menghadapi gosip ini dengan kepala dingin—meski dengan sedikit cemburu yang masih tersisa.
ns216.73.216.125da2