Reza, seorang pria berusia 32 tahun, masih sering tak percaya bahwa hidupnya bisa seberuntung ini. Menikahi Nadia, wanita yang dulu menjadi idola banyak orang sebagai model ternama, adalah mimpi yang tak pernah ia bayangkan akan jadi kenyataan. Nadia, dengan wajahnya yang simetris bak patung Yunani, mata cokelatnya yang hangat, dan senyum yang selalu membuat jantungan Reza berdegup kencang, adalah definisi sempurna baginya. Mereka bertemu lima tahun lalu di sebuah acara amal, ketika Reza, yang saat itu hanya pegawai kantoran biasa, berani menyapa Nadia yang sedang menjadi pembicara tamu. Entah keberanian dari mana, tapi candaannya yang sedikit garing tentang kopi kantor malah membuat Nadia tertawa lepas. Sejak itu, chemistry mereka mengalir begitu saja, dan dua tahun kemudian, mereka menikah dalam sebuah pernikahan sederhana namun penuh kehangatan di Jakarta.
3454Please respect copyright.PENANACbQ2ziZpa2
Reza berasal dari keluarga sederhana namun harmonis di Bandung. Ayahnya, Pak Budi, adalah pensiunan pegawai negeri yang kini menikmati hari tua dengan berkebun di halaman rumah. Ibunya, Bu Ani, adalah mantan guru SD yang terkenal lembut dan selalu punya cerita bijak untuk setiap masalah. Keluarga Reza tak pernah hidup mewah, tapi mereka selalu cukup. Pendidikan Reza dibiayai dengan tabungan yang disisihkan ayahnya selama bertahun-tahun, dan kini Reza bekerja sebagai manajer senior di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Gajinya lebih dari cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya, bahkan memungkinkan mereka memiliki rumah nyaman di kawasan BSD dan mobil keluarga yang mumpuni. Reza selalu bersyukur atas kerja keras orang tuanya yang memberinya fondasi kuat untuk meraih mimpinya.
Nadia, di sisi lain, dibesarkan di keluarga yang juga tak pernah kekurangan. Ayahnya, Pak Wirawan, adalah pengusaha kecil yang memiliki beberapa toko peralatan elektronik di Surabaya. Ibunya, Bu Ratna, adalah seorang desainer interior yang kini lebih fokus mengurus komunitas amal lokal. Nadia adalah anak tunggal, dan sejak kecil, ia selalu menjadi pusat perhatian karena kecantikannya. Namun, yang membuat Reza jatuh cinta bukan hanya wajahnya, melainkan kepribadian Nadia yang rendah hati dan humoris. Meski pernah menjadi model yang wajahnya menghiasi majalah dan iklan, Nadia memilih mundur dari dunia gemerlap itu setelah menikah, ingin fokus membangun keluarga dan menjalani hidup yang lebih sederhana.
3454Please respect copyright.PENANABHQrhL4n4f
Kedua keluarga besar mereka rukun dan saling mendukung. Saat Reza dan Nadia menikah, kedua mertua saling berbagi cerita dan candaan, seolah sudah kenal sejak lama. Pak Budi dan Pak Wirawan sering menghabiskan waktu bersama membahas politik atau sepak bola, sementara Bu Ani dan Bu Ratna sibuk bertukar resep masakan atau rencana liburan keluarga. Tidak ada drama khas sinetron seperti persaingan antar-mertua atau konflik warisan. Semuanya mengalir dengan harmonis, dan Reza sering bercanda bahwa ia dan Nadia seperti hidup dalam iklan keluarga bahagia.
3454Please respect copyright.PENANAHCIyGmYMBD
Pernikahan mereka berjalan mulus selama tiga tahun pertama. Reza dan Nadia tinggal di rumah yang mereka beli bersama, dihiasi dengan sentuhan desain Nadia yang minimalis namun elegan. Reza, dengan gaji yang terus meningkat berkat promosi di kantor, memastikan Nadia tak perlu bekerja jika tidak mau, meski Nadia sesekali masih menerima proyek kecil sebagai konsultan branding untuk perusahaan teman-temannya. Mereka sering menghabiskan akhir pekan dengan jalan-jalan ke kafe favorit di Jakarta Selatan atau sekadar menonton film di rumah sambil memesan pizza. Kehidupan mereka nyaris sempurna, penuh tawa dan kehangatan.
3454Please respect copyright.PENANATmLRk3ojuN
Ketika Nadia mengumumkan kehamilannya setelah tiga tahun menikah, kebahagiaan mereka meluap-luap. Reza masih ingat betapa ia hampir menangis saat Nadia menunjukkan hasil tes kehamilan dengan dua garis merah. Ia langsung memeluk Nadia, berputar-putar di ruang tamu sampai Nadia protes karena pusing. Kabar itu segera menyebar ke keluarga besar, dan reaksi mereka tak kalah antusias. Pak Budi dan Bu Ani datang dari Bandung membawa keranjang buah dan doa-doa terbaik, sementara Pak Wirawan dan Bu Ratna dari Surabaya mengirimkan paket berisi pakaian bayi dan buku panduan kehamilan. Semua orang bersorak, seolah anak yang masih seukuran kacang itu sudah menjadi bintang keluarga.
3454Please respect copyright.PENANA3QEL1rUDHB
Reza, yang dikenal perfeksionis, langsung bertransformasi menjadi suami overprotektif. Ia membaca semua buku kehamilan yang bisa ia temukan, dari “What to Expect When You’re Expecting” hingga artikel-artikel di internet tentang nutrisi ibu hamil. Ia bahkan mendaftarkan Nadia ke kelas yoga prenatal dan memesan vitamin terbaik yang direkomendasikan dokter. Nadia, yang awalnya tersanjung dengan perhatian Reza, mulai menggoda suaminya dengan menyebutnya “Komandan Kehamilan.” Tapi di balik candaannya, Nadia menghargai betapa Reza berusaha memastikan ia dan bayi mereka sehat.
Kedua mertua juga tak kalah antusias. Bu Ani sering menelepon untuk mengingatkan Nadia makan sayur kolplay, yang katanya bagus untuk perkembangan janin. Pak Wirawan, yang biasanya pendiam, tiba-tiba jadi cerewet soal merek popok bayi yang paling bagus. Bu Ratna malah sudah merencanakan dekorasi kamar bayi, lengkap dengan sketsa yang ia kirimkan lewat WhatsApp. Reza dan Nadia hanya bisa tertawa melihat semangat mereka. Tidak ada satu pun anggota keluarga yang tidak mendoakan yang terbaik untuk kehamilan ini.
3454Please respect copyright.PENANA4FpTfhlJ6t
Ekonomi keluarga mereka memang tak pernah jadi masalah. Gaji Reza yang besar memungkinkan mereka hidup nyaman tanpa perlu khawatir soal keuangan. Tabungan mereka cukup untuk menutupi biaya persalinan di rumah sakit terbaik, bahkan dengan rencana cadangan jika Nadia ingin melahirkan di luar negeri. Nadia sendiri masih punya royalti dari iklan-iklan lamanya, yang ia simpan untuk “hari hujan,” meski Reza selalu bilang bahwa ia tak akan membiarkan hujan datang ke hidup mereka.
3454Please respect copyright.PENANAyYFAEX7rnq
Kehidupan mereka yang harmonis ini makin meriah saat mereka mengadakan syukuran kecil di usia kehamilan Nadia yang memasuki tiga bulan. Keluarga besar berkumpul di rumah mereka, membawa makanan dan cerita. Ada tawa, ada doa, dan ada pula candaan khas keluarga tentang ngidam ibu hamil yang kadang aneh-aneh. Pak Budi bercerita tentang istrinya yang dulu ngidam makan durian di tengah malam, sementara Bu Ratna mengaku pernah ingin makan es krim dengan sambal. Semua tertawa, termasuk Nadia, yang selama ini ngidamnya hanya seputar mangga muda dan es teh manis.
3454Please respect copyright.PENANAy74YN2pYEl
Namun, di tengah suasana riang itu, Nadia tiba-tiba menatap Reza dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dengan nada setengah bercanda, tapi dengan mata yang sedikit serius, ia berkata, “Mas, aku ngidam pengen hubungan sama laki-laki kulit hitam.” Ruangan seketika hening. Piring sate di tangan Reza hampir jatuh, dan wajahnya memerah antara bingung dan panik. Keluarga yang lain menahan tawa, mengira itu candaan, tapi Reza tahu dari sorot mata Nadia bahwa ada sesuatu di balik ucapan itu—entah candaan atau kejutan yang akan mengubah dinamika rumah tangga mereka.
3454Please respect copyright.PENANApnZeMqd3Yb
Reza, yang biasanya penuh percaya diri, mendadak merasa seperti aktor dalam komedi situasi yang lupa dialognya. Ia mencoba tertawa, tapi pikirannya sudah melayang ke seribu skenario. Nadia, dengan senyum nakalnya, hanya mengedipkan mata, seolah menikmati reaksi suaminya. Dan dari situlah petualangan baru keluarga kecil ini dimulai, penuh dengan kejutan, tawa, dan mungkin sedikit kebingungan yang tak terduga.
ns216.73.216.125da2