
Pertemuan Pertama
14132Please respect copyright.PENANAKmRBDBQvgG
Sore itu, langit desa merona jingga, Dian melangkah pelan menyusuri jalan tanah menuju sebuah rumah tua di ujung desa. Rumah itu cukup besar, dengan pagar bambu sederhana dan pohon mangga menjulang di depannya. Itulah rumah Pak Surya, tokoh desa yang dihormati sekaligus ditakuti banyak orang.
14132Please respect copyright.PENANAo6AFDgshx4
Nafas Dian terasa berat, langkahnya ragu. Namun ia tahu, tanpa restu lelaki tua itu, mustahil suaminya bisa menang dalam pencalonan kepala desa.
14132Please respect copyright.PENANAAkKE99AnDL
Ia berhenti sejenak di depan pagar, merapikan kerudung dan gamisnya, lalu mengetuk perlahan.
14132Please respect copyright.PENANAoW2EAlIA6n
Tak lama, terdengar suara berat dari dalam.
14132Please respect copyright.PENANAExn2OJ6JG6
14132Please respect copyright.PENANAT91j64ou9P
Surya: “Siapa di luar?”
14132Please respect copyright.PENANABzGmSuH1yA
14132Please respect copyright.PENANAOnQMn4dt7O
14132Please respect copyright.PENANAYUEI9N6u7m
Dian menelan ludah, suaranya bergetar.
14132Please respect copyright.PENANAKqwBWuGPs0
Dian: “Assalamualaikum… saya Dian, istrinya Tri Darmanto. Calon kepala desa. Maaf, boleh saya bicara sebentar dengan Bapak?”
14132Please respect copyright.PENANABpDN1jxA0j
14132Please respect copyright.PENANA9WflQlOTT4
14132Please respect copyright.PENANArfS3Jb2Hyd
Pintu pagar berderit dibuka. Surya muncul, mengenakan sarung dan kemeja lengan panjang. Rambutnya sudah memutih, namun sorot matanya tajam dan berwibawa. Tongkat kayu jati di tangannya menambah kesan kuat.
14132Please respect copyright.PENANAJvJQldqxCP
Ia menatap koDian dari ujung kaki hingga kepala, seolah menilai siapa yang berani datang sore itu.
14132Please respect copyright.PENANAJW2S1hBDjg
Surya: “Oh… jadi ini istri Pak Tri? Jarang-jarang ada calon kepala desa yang mengirim istrinya ke rumah saya. Masuklah, Bu.”
14132Please respect copyright.PENANABnGtxCcnzZ
14132Please respect copyright.PENANALIYoIYFTE9
14132Please respect copyright.PENANAYhkCS5VXBF
Dian menunduk sopan, lalu melangkah masuk. Aroma kopi hitam dan kayu tua memenuhi ruang tamu.
14132Please respect copyright.PENANAUtVlHTj30H
Keduanya duduk berhadapan. Suasana hening sesaat, hanya detak jam dinding terdengar. Dian meremas tangannya di pangkuan, mencoba mengumpulkan keberanian.
14132Please respect copyright.PENANAYguWj2npI9
Dian: “Begini, Pak… saya datang mewakili suami saya. kami sudah dua kali gagal jadi kepala desa. Kali ini… kami berharap bisa berhasil. Tapi semua orang bilang, suara desa ini… ada di tangan Bapak.”
14132Please respect copyright.PENANAadYZW1IYJh
14132Please respect copyright.PENANAuWBsiBOMer
14132Please respect copyright.PENANARFC6Bhj6Gh
Surya menghisap rokok dalam-dalam, lalu tersenyum samar.
14132Please respect copyright.PENANAV3AYW0tMEX
Surya: “Hmmm… orang bilang begitu? Ya, mungkin ada benarnya. Tapi suara rakyat itu bukan barang murah, Bu. Banyak yang sudah mencoba membelinya… tak ada yang benar-benar berhasil.”
14132Please respect copyright.PENANAhDRSo1qlih
14132Please respect copyright.PENANAcSYZLvbTmB
14132Please respect copyright.PENANApcT8Mzrurp
Dian menunduk semakin dalam, lalu suaranya melembut, hampir bergetar.
14132Please respect copyright.PENANAIow45Ozvbm
Dian: “Saya tidak datang membawa uang, Pak. Saya datang membawa harapan… dan keyakinan saya sendiri. Kalau Bapak berkenan membantu… apa yang bisa saya lakukan sebagai gantinya?”
---
Setelah mendengar penjelasan dari istri Tri darmanto, ruang tamu itu kembali hening. Asap rokok mengepul, jam dinding berdetak lambat, sementara Surya duduk bersandar dengan tatapan penuh hitungan.
14132Please respect copyright.PENANAR9qoRHzw72
Dalam hati, lelaki tua itu mulai berbisik:
“Cantik sekali istri Tri darmanto ini Anggun, lembut, dan berani datang sendirian ke rumahku. Kalau wanita seperti ini rela datang menyerahkan diri… artinya ia juga bisa kujadikan alat sekaligus hiburan.”
14132Please respect copyright.PENANA2lqDrZmavz
Tatapannya melayang ke wajah Dian, lalu turun ke kerudung dan gamis sederhana yang membalut tubuhnya. Senyum samar muncul di bibirnya.
14132Please respect copyright.PENANAxDAtlMYxBq
Surya: “Bu Dian… suami Ibu memang orang baik. Jujur, saya hormat pada usahanya. Tapi dunia politik desa… bukan soal baik atau tidak baik. Ini soal siapa yang berani bayar harga.”
14132Please respect copyright.PENANAm2hfJbzkJB
14132Please respect copyright.PENANAwxrQKFEL7b
14132Please respect copyright.PENANAfRTDOX1H0M
Dian menelan ludah, jemarinya saling meremas di pangkuan.
14132Please respect copyright.PENANA5xCCq8DyDT
Dian: “Kalau soal uang, kami tidak punya sebanyak calon lain, Pak. Tapi kalau Bapak minta saya bantu turun ke masyarakat, atau mendampingi suami lebih sering, saya bisa.”
14132Please respect copyright.PENANAQhzhlSleb9
14132Please respect copyright.PENANA8xprsLADhZ
14132Please respect copyright.PENANAFFuFjSsxZA
Surya terkekeh pelan, lalu menggeleng.
14132Please respect copyright.PENANAhhkl5JUu8y
Surya: “Bukan itu maksud saya, Bu Dian. Uang bisa dicari, kampanye bisa dibuat… Tapi ada hal lain yang lebih berharga daripada semua itu.”
14132Please respect copyright.PENANA3jExcbBZag
14132Please respect copyright.PENANA74e2ben7kJ
14132Please respect copyright.PENANAiCWEZ3HHhT
Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Dian tajam, seolah ingin membaca isi hatinya.
14132Please respect copyright.PENANAYp01LHEYfm
Surya: “Ibu sudah datang jauh-jauh kemari, sendirian… berarti Ibu tahu betul betapa butuhnya suami Ibu pada saya. Nah, saya ingin perjanjian dengan Ibu. Perjanjian khusus. Tidak tertulis di kertas, tapi mengikat lebih kuat daripada tinta.”
14132Please respect copyright.PENANAZZErfzmY5K
14132Please respect copyright.PENANAQeoavugNYG
14132Please respect copyright.PENANAxRgRSWsb3v
Dian terdiam. Jantungnya berdegup kencang. Ada firasat buruk, tapi ia tak sanggup menghentikan alur pembicaraan itu.
14132Please respect copyright.PENANAvmLoADI53G
Dian:
“Perjanjian… seperti apa, Pak?”
14132Please respect copyright.PENANAbfw4vOoOZ4
14132Please respect copyright.PENANAsb65JMZhc4
14132Please respect copyright.PENANAR9APGUHkDd
Surya bersandar kembali, mengisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskan asap ke udara. Senyumannya kini jelas berbau mesum.
14132Please respect copyright.PENANAXJGJNd4LV8
Surya:
“Perjanjian bahwa… tubuh Ibu akan jadi jaminannya. Selama suami Ibu butuh dukungan saya, maka saya juga akan ‘butuh’ Ibu. Kapanpun saya mau, dimanapun saya tentukan… Ibu harus hadir. Itulah harga kemenangan.”
14132Please respect copyright.PENANA5Ka2Azxylw
14132Please respect copyright.PENANAYj20K6eNkg
14132Please respect copyright.PENANAmnX2dSdFqj
Dian sontak menegakkan tubuh, wajahnya pucat.
14132Please respect copyright.PENANAW6Ci4qhN5U
Dian:
“Pak… Bapak sadar apa yang Bapak katakan? Saya istri orang. Saya datang kemari dengan niat baik, bukan untuk—”
14132Please respect copyright.PENANA0PAl3AeNbN
14132Please respect copyright.PENANAuuLfp3bZpo
14132Please respect copyright.PENANA7mPfBF7m8H
Surya memotong dengan suara tenang, tapi tegas.
Surya:
“Justru karena Ibu istri calon kepala desa, tawaran ini berharga. Ingat, Bu… hanya saya yang bisa menggerakkan suara rakyat. Tanpa saya, suami Ibu akan kalah lagi untuk ketiga kalinya. Tapi dengan saya… kemenangan ada di tangan kalian.”
14132Please respect copyright.PENANAsdavAK4bnT
14132Please respect copyright.PENANATd4KcsJoWT
14132Please respect copyright.PENANAf3b5G0vecN
Hening.Dian menunduk, matanya mulai berkaca-kaca. Ia sadar, tawaran itu bukan sekadar bujukan—tapi ancaman halus yang bisa menentukan masa depan suaminya.
14132Please respect copyright.PENANAyP2pNUyCn8
Dan di sanalah, awal mula persimpangan jalan: antara kehormatan diri, atau kemenangan suami..
---
Ruang tamu itu semakin hening. Lampu bohlam kuning berayun pelan, asap rokok mengepul.Dian duduk dengan tubuh kaku, menunduk, sementara Pak Surya menyandarkan punggungnya, tatapannya tajam menembus.
14132Please respect copyright.PENANABOfdGZjzpM
Dengan suara bergetar,Dian memberanikan diri bertanya.
14132Please respect copyright.PENANAC3dP95ZK0j
Dian: menatap ragu, alisnya berkerut
“Perjanjian apa… yang Bapak maksud?”
14132Please respect copyright.PENANAPHaxZoKo9m
14132Please respect copyright.PENANAKib8p4LlPj
14132Please respect copyright.PENANA202iqaljXO
Surya tersenyum samar, matanya menyipit penuh arti. Ia mencondongkan tubuh, meletakkan rokok di asbak, lalu menjawab dengan nada rendah namun tegas.
14132Please respect copyright.PENANAYkKL0Wwx4f
Surya: senyum miring, suaranya pelan tapi menekan
“Menemani saya tidur, Bu. Itu perjanjiannya.”
14132Please respect copyright.PENANA9vdbpozDQq
14132Please respect copyright.PENANAYEalA3WsGf
14132Please respect copyright.PENANAKFako86SeD
Mata Dian membelalak, napasnya tercekat. Tangannya refleks meremas ujung gamis, tubuhnya sedikit mundur ke sandaran kursi.
14132Please respect copyright.PENANAfXnndYsT6O
Dian: terkejut, suaranya bergetar
“A-a… apa? Pak… Bapak serius bicara begitu? Saya istri orang… ini… ini tidak benar!”
14132Please respect copyright.PENANA7Qlqx58lKS
14132Please respect copyright.PENANAj9nfMSdeEg
14132Please respect copyright.PENANABj4N5JwvHa
lelaki tua itu tak bergeming. Ia mengangguk pelan, tatapannya tenang tapi menusuk, seolah sudah sangat yakin dengan ucapannya.
14132Please respect copyright.PENANAsfE0u3Rk1y
Surya: menatap lurus, nadanya berat
“Saya sangat serius,Dian. Menemani saya tidur, itu harga yang harus dibayar kalau Ibu ingin suami Ibu menang. Tidak ada jalan lain.”
14132Please respect copyright.PENANAQflRaeDNIv
14132Please respect copyright.PENANAfZ4zasr6mk
14132Please respect copyright.PENANATwbRZuymvD
Air mata mulai menggenang di sudut mata Dian. Bibirnya bergetar, ia mencoba mencari celah.
14132Please respect copyright.PENANAVzYIEv9PFA
Dian: lirih, penuh resah
“K-kapan… Bapak maunya?”
14132Please respect copyright.PENANA8exKuW60en
14132Please respect copyright.PENANAUqXXBLt21Y
14132Please respect copyright.PENANAy7IM8bjDGk
Surya menyilangkan tangan di dada, lalu bersandar, wajahnya menegang namun tersenyum penuh kuasa.
14132Please respect copyright.PENANADHH6spDxoZ
Surya: suara dalam, mantap
“Mulai hari ini, Bu. Malam ini. Dan akan terus berlanjut… sampai masa jabatan suami Ibu tuntas. Kalau perlu, sampai periode kedua.”
14132Please respect copyright.PENANAxSbPalRycx
14132Please respect copyright.PENANAAhMkdzoqZs
14132Please respect copyright.PENANAP7E1qFDbml
Kata-kata itu menghantam dadanya bagai palu. Ia terdiam, tubuhnya bergetar. Air matanya akhirnya jatuh.
14132Please respect copyright.PENANApZVdC8hALd
Dian: suara pecah, hampir berbisik
“Ya Allah… lima tahun… bahkan bisa lebih… berarti hidup saya bukan milik saya lagi…”
14132Please respect copyright.PENANArU0bogIkUf
14132Please respect copyright.PENANAMYV5WLoMnc
14132Please respect copyright.PENANAsQhoe5rMKn
Surya menunduk sedikit, wajahnya serius, lalu menjawab tegas.
14132Please respect copyright.PENANAJlpkDxsRXK
Surya: mengetuk meja dengan jarinya
“Itulah harga kemenangan, Bu, Suami Ibu akan diangkat rakyat… tapi saya akan mengangkat Ibu untuk diri saya. Mulai malam ini.”
14132Please respect copyright.PENANAW4bOULmBDl
14132Please respect copyright.PENANAvSx4bR4A8E
14132Please respect copyright.PENANAFFkbPggiZp
Ruangan terasa semakin pengap. Jam dinding berdetak makin keras, seakan menghitung detik menuju awal perjanjian kelam yang tak bisa lagi ditarik kembali.
setelah beberapa saat hening...
Dian: menutup mata, suaranya lirih
“Kalau… kalau memang itu satu-satunya cara agar suami bisa menang… maka… saya rela, Pak. Demi dia. Demi suami saya. Demi keluarga kami.”
14132Please respect copyright.PENANAZ2sxLPB0H7
14132Please respect copyright.PENANASxy4JA2HtP
14132Please respect copyright.PENANAk3mzObaLHh
Surya menegakkan badan, matanya berbinar puas. Senyum tipis muncul di bibirnya.
14132Please respect copyright.PENANACdAp8FQ5wv
Surya: nada rendah tapi penuh wibawa
“Itu jawaban yang saya tunggu, Bu Dian. Saya tahu dari awal… hanya perempuan sekuat Ibu yang berani menanggung beban sebesar ini.”
14132Please respect copyright.PENANA2jQnVytodf
14132Please respect copyright.PENANAj3TnZ3nQxF
14132Please respect copyright.PENANAuOnhvWEpHa
Dian mengangkat wajahnya, air mata masih mengalir.
14132Please respect copyright.PENANAy58dbmrB1i
Dian: gemetar, suaranya pecah
“Tapi saya mohon, Pak… jangan sampai suami tahu. Jangan sampai ada satu pun orang lain tahu. Biar semua ini saya tanggung sendiri.”
14132Please respect copyright.PENANAS3Vj4qRJ2i
14132Please respect copyright.PENANAzphIRWGtKN
14132Please respect copyright.PENANAsAm5uBpmCP
Surya mengangguk pelan, matanya menyipit.
14132Please respect copyright.PENANAL8xApxBlt6
Surya: tenang, meyakinkan
“Tenanglah. Rahasia ini aman di tangan saya. Dunia luar hanya akan melihat Ibu sebagai istri kepala desa yang terhormat. Tapi di hadapan saya… Ibu adalah penopang sejati kemenangan suami.”
14132Please respect copyright.PENANAVB9o4kkmfB
14132Please respect copyright.PENANAecueO8JpnD
14132Please respect copyright.PENANAUbs833DWKx
Dian menunduk lagi, mengusap wajahnya dengan kerudung. Tubuhnya gemetar, tapi ia mencoba tegar.
14132Please respect copyright.PENANANZhlLGEXBp
Dian: lirih, penuh pasrah
“Baiklah… kalau itu sudah jadi kesepakatan, maka… mulai malam ini, saya serahkan diri saya, Pak. sambil ter isak.”
14132Please respect copyright.PENANAXwkkj0Bsya
14132Please respect copyright.PENANAsyU48oWstF
14132Please respect copyright.PENANAkp4KAWxy90
Surya perlahan berdiri, mengetuk tongkatnya ke lantai sekali, seperti mengesahkan perjanjian.
14132Please respect copyright.PENANA4D7BHX87Yh
Surya: tegas, suara dalam
“Mulai hari ini, Bu Dian, tubuh dan jiwa Ibu terikat dalam janji ini. Selama lima tahun ke depan—bahkan bila suami Ibu melanjutkan ke periode kedua—Ibu tidak boleh menolak. Kapanpun saya memanggil, dimanapun saya menentukan. Itu harga yang harus Ibu bayar.”
14132Please respect copyright.PENANAqCW7tDwZxq
14132Please respect copyright.PENANAlFBWzk4Hyc
14132Please respect copyright.PENANAdFHOyCOF6f
Ibu Dian terisak, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
14132Please respect copyright.PENANACLq6mnUvez
Dian: (dalam hati)
“Ya Allah… kuatkan saya… karena jalan ini sudah saya pilih.”
14132Please respect copyright.PENANAQvCLUomhVu
14132Please respect copyright.PENANAliRtsuxlzg
14132Please respect copyright.PENANAGQpqueQYp0
Pak Surya mendekat, menatapnya tajam namun penuh rasa puas.
14132Please respect copyright.PENANA4SxotWb5ek
Surya: senyum tipis, nada pelan tapi mantap
“hari ini, Bu… perjanjian kita dimulai.”
Pak Surya duduk tegak di kursi kayu, tangannya bertumpu pada tongkat. Tatapannya penuh kuasa. Ia menoleh pada Ibu Dian, yang masih menunduk di sudut ruangan.
14132Please respect copyright.PENANAyZbXCuInmu
Surya: suara berat, pelan tapi mengandung perintah
“Sekarang waktunya, Bu Dian. Perjanjian sudah sah. Dan hari ini, saya akan memberi Ibu tugas pertama.”
14132Please respect copyright.PENANANkcxwqOlW4
14132Please respect copyright.PENANAN4fridkY6a
14132Please respect copyright.PENANA30NjXxmNax
Ibu Dian mengangkat wajahnya dengan gemetar. Air matanya masih mengalir, bibirnya bergetar, tubuhnya kaku.
14132Please respect copyright.PENANA0954lWQIju
Dian: lirih, penuh ketakutan
“Tugas… apa, pak..
14132Please respect copyright.PENANAyvCrVOVuRx
14132Please respect copyright.PENANA4XzrnX1ha0
14132Please respect copyright.PENANAdCzUh1t87q
Surya tersenyum tipis, mengangkat telapak tangan, lalu menunjuk ke depan kursinya.
14132Please respect copyright.PENANAPdKzBvFrdQ
Surya: tegas, nadanya menekan
“Mendekatlah. Duduk di lantai, di antara kaki saya. Malam ini, saya ingin Ibu menyenangkan saya dengan mulut ibu sendiri. Itulah awal dari perjanjian kita.”
14132Please respect copyright.PENANAO94B2L4B47
14132Please respect copyright.PENANAj82OkCL7sF
14132Please respect copyright.PENANAnFa7vu69ux
Dian sontak memejamkan mata, tubuhnya gemetar hebat. Ia menutupi wajahnya dengan kerudung, tapi tangisnya tetap terdengar.
14132Please respect copyright.PENANAOHUlrzZLcE
Dian terisak,
14132Please respect copyright.PENANA45OSN5qspY
Surya menepuk tongkatnya ke lantai, keras, membuat Dian tersentak.
14132Please respect copyright.PENANAfAbqd47hGa
Surya: datar, tapi tajam
“Ingat, Bu. Bukan saya yang memaksa. Ibu sendiri yang menyetujui. Jadi jangan menolak sekarang. Buktikan pengorbanan Ibu.”
14132Please respect copyright.PENANA8E6mpdPUog
14132Please respect copyright.PENANAi47Btu8SuY
14132Please respect copyright.PENANAlLvZfJvFNB
Dengan langkah berat, Dian bangkit dari sudut ruangan, lalu perlahan maju. Setiap langkah terasa seperti menapaki bara api. Ia akhirnya berlutut, duduk di lantai di antara kaki Pak Surya, kepalanya menunduk dalam-dalam, air mata menetes ke gamisnya.
14132Please respect copyright.PENANAVkrv7XBXhI
Dian: lirih, penuh pasrah
“Baiklah…asal Bapak janji akan menjadikan dia kepala desa.”
14132Please respect copyright.PENANAinOvYoHEKg
14132Please respect copyright.PENANAnIAj0ct96Z
14132Please respect copyright.PENANA1ASdRpPrNB
Pak Surya mencondongkan tubuhnya, menatap Dian dari atas dengan senyum puas.
14132Please respect copyright.PENANA0Wc2ZwfYCp
Surya: suara rendah, mantap
“Janji, Bu. Selama Ibu tahu tugasnya, suami Ibu akan memetik hasilnya. Mulai hari ini… Ibu belajar bagaimana menyenangkan saya.”
Surya meminta dian mengeluarkan kontolnya yang sudah menegang seperti tongkatnya...
sontak mata dian terbelalak antara kaget dan takjub...
Surya ' kocok bu...dengan masih gemetar antara takut dan malu,menuruti nya
dengan ragu tapi di turuti,dian memasukan kontol surya ke mulutnya...
'sluplll sluppl slppp umppp umppp umppp
sloppp.sluppp sluppp sluppp (suara mulut dian terus menyepong
dian masih terus mengulum kontol lelaki tua itu 'slupppp..splupp sruppp srupp....
'sruppp sruppl sruppp,dian masih mengulum..
'sluppp sluppp sluuppp sluppl..slupppp..sluplll
dian sambil terpejam 'umm ummm ummpp ummpp ummmpp
Pak Surya: dengan suara parau, terputus-putus
“Aaaahhh… Dian… luar biasa… saya mau keluar ahhh… nikmat sekali…”
14132Please respect copyright.PENANAbXCLmpdS92
14132Please respect copyright.PENANAiwgV3UnDZX
14132Please respect copyright.PENANAv2SrDM7tLZ
Keringat bercucuran di wajahnya, jemarinya mencengkeram kursi tua hingga berderit pelan. Erangan terakhirnya memanjang, sebelum akhirnya tubuhnya mengejang 'ahhhh ahhh ahhhhhhhhhhh
'crottttt crottt tangan kanan nya menahan kepala dian memaksa untuk menelan sperma nya',dian hanya pasrah matanya terpejam.menerima sesuatu di mulutnya
sebanyak 6x surya menembakan spermanya 'crrrotttt crotttt crrrooottttt'
, surya terengah-engah menahan sisa kepuasan.
14132Please respect copyright.PENANA0HpSGtyL5s
Dian hanya bisa diam, kepalanya tertunduk, air matanya menetes deras. Malam itu ia sadar, tugas pertamanya benar-benar berakhir—namun meninggalkan luka batin yang dalam.
14132Please respect copyright.PENANAnDkEFoDr9G
Surya membuka mata perlahan, lalu menatap Dian dengan senyum puas, seakan menyegel perjanjian itu.
14132Please respect copyright.PENANAitMvegh2qr
Surya: suara rendah, mantap
“Ingat, Bu… mulai hari ni, kau terikat. Apa yang sudah terjadi harus kau terima. Dan setiap kali aku memanggilmu… kau wajib datang. Sampai suamimu menyelesaikan masa jabatannya.”
Dian merapikan kerudung dan gamisnya dengan tangan bergetar. Ia menarik napas panjang, mencoba menahan isak. Namun dalam hatinya, ia tahu… malam itu hanyalah awal dari perjalanan panjang penuh penderitaan.
---
Pintu kayu itu berderit pelan ketika dibuka. Dian melangkah keluar dengan hati-hati, memastikan tak ada mata yang melihat.Ia merapatkan gamisnya, menundukkan wajah, berusaha menutupi bayangan dosa yang baru saja ia jalani.
14132Please respect copyright.PENANA5NGe3QA6xr
Langkah kakinya ringan tapi terburu-buru, seakan setiap detik ia takut ada orang lewat dan bertanya kenapa istri calon kepala desa berada di rumah seorang tokoh berpengaruh itu.
14132Please respect copyright.PENANAgVSLXCJfk8
Di jalan setapak yang sepi,Dian berhenti sejenak. Tangannya menggenggam dada, matanya menatap langit. Air mata kembali mengalir tanpa bisa dibendung.
14132Please respect copyright.PENANAI6avAAXR82
Dian: berbisik lirih pada dirinya sendiri
“Ya Allah… apa yang baru saja aku lakukan? Apakah ini janji… ataukah ini takdir yang harus kuterima? Demi suami… demi anak-anak… aku harus kuat. Tapi kenapa hatiku terasa hancur begini…”
14132Please respect copyright.PENANAmZVBVTrfji
14132Please respect copyright.PENANALBDGcOLqNE
14132Please respect copyright.PENANAb5fYlxPY7q
Ia mengusap wajahnya, mencoba menghapus jejak tangis, meski suaranya masih parau.
14132Please respect copyright.PENANAyYd2zXXVCw
Langkahnya kembali berlanjut, menyusuri jalan dengan penuh was-was. Di balik kerudung yang menutupi wajahnya, tersimpan rahasia besar yang tak boleh diketahui siapa pun. Sebuah rahasia yang akan menjadi beban setiap kali ia memandang suaminya, yang sedang berjuang meraih mimpi menjadi kepala desa.
14132Please respect copyright.PENANAvGy0oc8NfS
14132Please respect copyright.PENANAfrqlJP1Fp3
---