Gelombang Ikhlas dan Gairah Baru
11144Please respect copyright.PENANA71dQBY7S9s
Siang itu, di rumah Pak Togar yang berdiri kokoh di tengah desa, angin sepoi-sepoi dari sawah sekitar tak mampu meredakan kegelisahan di hati sang kepala desa. Togar duduk di teras, tangannya memegang secangkir kopi hitam yang sudah dingin, matanya menerawang ke arah jalan tanah yang membentang. Pikirannya penuh dengan berita pagi tadi Sitor, anak laki-lakinya, berencana pindah ke kota bersama Lina, istrinya. Alasan Sitor sederhana ia ingin fokus pada program hamil Lina yang akhirnya berhasil, dan sekarang, sebagai suami, ia merasa wajib “menyirami” kandungan istrinya dengan spermanya sendiri, memastikan kehamilan itu berkembang dengan baik. Tapi bagi Togar, ini bukan sekadar kehilangan anak ia telah tumbuh dekat dengan Lina, menantunya, bukan hanya nafsu, tapi ada hati yang ikut terlibat sejak “bantuan” promil itu.
11144Please respect copyright.PENANAPYeIjSXQIV
Togar menghela napas panjang, rokok kretek di tangannya mengepul asap tipis. Ustaz Karim dan Ustaz Ijal, yang kebetulan sedang berkunjung untuk mempersiapkan pengajian malam nanti, duduk di sebelahnya. Karim, dengan sorban putihnya yang rapi, memandang Togar dengan tatapan tenang, sementara Ijal, yang lebih santai, menyandar di kursi rotan, senyumnya licik seperti biasa.
11144Please respect copyright.PENANAxvolMNZuWZ
“Pak Togar, kelihatan gelisah sekali. Apa yang mengganggu pikiran Bapak?” tanya Karim pelan, suaranya hangat seperti biasa, penuh wibawa yang membuat orang mudah membuka hati.
11144Please respect copyright.PENANAG1tZJgwmsO
Togar menoleh, wajahnya kusut. “Ah, Rim, ini soal Sitor. Anakku itu bilang mau pindah ke kota sama Lina. Katanya, sekarang Lina lagi hamil, dia mau fokus jagain istrinya, pastiin kehamilannya aman. Dia bilang, ‘Pa, aku harus yang nyiramin kandungan Lina sekarang, biar anak ini tumbuh kuat.’ Ya Tuhan, Rim, aku tahu promil Lina berhasil berkat… bantuan kita, tapi sekarang dia mau bawa Lina pergi. Aku… aku sudah punya hati sama Lina, bukan cuma nafsu doang. Gimana ini?”
11144Please respect copyright.PENANAF1Lt9gHGq8
Karim mengangguk pelan, tangannya menyentuh bahu Togar. “Pak, ikhlas itu bagian dari ajaran kita di Plinggo. Lina memang menantu Bapak, tapi dia istri Sitor. Kehamilan itu karunia, dan kalau Sitor mau fokus, itu baik. Lagian, di Plinggo, kita ajarin pria produktif wajib memberikan karomahnya, tapi bukan berarti kita paksa. Bapak sudah berbuat baik, bantu promilnya. Sekarang, biarin mereka bahagia di kota. Masih banyak wanita di desa yang butuh karomah Bapak.”
11144Please respect copyright.PENANAJoG8Y0TIM5
Togar menggeleng, matanya sedikit basah. “Tapi Rim, Lina… dia spesial. Aku nggak cuma nafsu, ada perasaan. Kalau dia pergi, desa ini bakal sepi buatku.”
11144Please respect copyright.PENANAcNI52cxQTv
Ijal, yang selama ini diam, ikut nimbrung, suaranya pelan tapi penuh ide licik. Ia mendekat, berbisik dekat telinga Togar. “Pak, jangan sedih. Kita fokus aja ke yang baru. Ingat santri-santri yang dibawa Ustadzah Reni? Mereka muda-muda, montok, pasti kuat kalau dijadikan… budak sex sampai hamil. Bayangin, Pak, tubuh mereka yang segar, siap terima karomah kita. Biarin Sitor pergi, kita punya stok baru. Mereka santri, polos, tapi kalau sudah diajarin, wah, bisa jadi mesin karomah buat desa.”
11144Please respect copyright.PENANAdXucZWqCy3
Togar terdiam sejenak, matanya membelalak. Ide Ijal seperti hembusan angin segar yang membangkitkan gairahnya. “Jal, kamu bener. Santri-santri Reni itu… ya, mereka muda, kuat. Bisa kita hamilin, bikin desa tambah ramai. Oke, Rim, aku ikhlasin Sitor dan Lina. Kita fokus ke pengajian malam ini, tarik lebih banyak warga.”
11144Please respect copyright.PENANAsYF45Pwbb2
Karim tersenyum, mengangguk puas. “Itu baru Pak Togar yang saya kenal. Plinggo bukan cuma ajaran, tapi cara hidup. Malam ini, kita perkuat fondasinya.”
11144Please respect copyright.PENANAkTDcsyQJTR
Malam pun tiba, rumah Pak Togar berubah menjadi pusat keramaian. Meskipun Togar seorang Kristen, ia telah memfasilitasi pengajian Plinggo dengan antusias, melihatnya sebagai jalan menyatukan desa. Lampu-lampu bohlam kuning menyinari pekarangan luas, di mana sekitar 60% warga desa telah berkumpul pria, wanita, tua dan muda duduk lesehan di tikar pandan, menunggu ceramah Ustaz Karim. Udara malam sejuk, bercampur aroma kopi dan pisang goreng yang dibagikan gratis. Di sudut, Ustadz Ijal sibuk menyapa para wanita muda, senyumnya penuh makna.
11144Please respect copyright.PENANASOTYoqnqXp
Karim berdiri di panggung kecil, suaranya menggema melalui speaker sederhana. “Assalamu’alaikum, saudara-saudara! Malam ini, kita kumpul lagi di rumah Pak Togar yang dermawan. Plinggo bukan ajaran baru, tapi kembali ke fitrah manusia seperti dalam kitab suci. Mari kita ulas sepuluh pokok ajaran kita, biar semua paham dan praktekkan.”
11144Please respect copyright.PENANA0HSTmtgeWu
Warga bergumam setuju, mata mereka penuh rasa ingin tahu. Seorang pria tua di depan angkat tangan. “Ustaz, tolong jelasin lagi soal pria dewasa. Saya umur 50, tapi masih kerja di sawah, itu gimana?”
11144Please respect copyright.PENANAMXcNgJw0sn
Karim tersenyum. “Baik, poin pertama Lelaki yang sudah bekerja dan mampu menghasilkan uang dianggap dewasa, tak memandang usianya. Kalau Bapak masih kerja, Bapak dewasa! Tapi kalau tak bisa hasilkan uang, dianggap masih anak-anak atau lansia. Anak-anak dan lansia di Plinggo berhak dapat santunan tempat tinggal, makan tapi spermanya tak lagi mengandung karomah. Ini biar pria fokus bekerja, bukan malas-malasan.”
11144Please respect copyright.PENANAqnoO3x7NoN
Seorang wanita muda, mungkin tetangga Lina, bertanya, “Ustaz, kalau pria dewasa, ibadahnya apa?”
11144Please respect copyright.PENANAH3IC8xjtH5
“Poin kedua Para pria beribadah melalui bekerja dan menghasilkan uang. Kerja keras itu ibadah! Uang yang dihasilkan buat keluarga, desa, dan santunan. Jangan lupa, pria produktif berhak bagi karomahnya.”
11144Please respect copyright.PENANAdw3KVPpcu7
Togar, yang duduk di samping Ijal, mengangguk. “Betul, Ustaz. Saya sebagai kepala desa, kerja saya buat desa maju. Plinggo bikin warga semangat.”
11144Please respect copyright.PENANA3qATh7AqIC
Ijal menyenggol Togar, berbisik, “Pak, lihat santri Reni di sana. Yang pakai jilbab pink, montok banget. Nanti malam, kita coba ya?”
11144Please respect copyright.PENANAmfNMuSVVoz
Togar tersenyum, gairahnya bangkit lagi. “Iya, Jal. Fokus ke mereka. Santri muda, pasti tahan lama.”
11144Please respect copyright.PENANA5BFcf7Lr0G
Karim melanjutkan, suaranya semakin antusias. “Poin ketiga Wanita adalah tempat godaan setan, seperti dalam Al-Quran, penghuni neraka didominasi wanita. Oleh sebab itu, wanita butuh karomah untuk menyucikan diri, tak peduli usianya sebelum 60 tahun, harus dibaptis oleh saya dan Ustaz Ijal. Karomah itu dari sperma pria dewasa.”
11144Please respect copyright.PENANAfEbwU2nTak
Seorang ibu paruh baya angkat suara, “Ustaz, saya umur 45, masih butuh baptis? Suami saya sudah tua, spermanya nggak karomah lagi.”
11144Please respect copyright.PENANA3stLu0SKRZ
Karim mengangguk. “Iya, Bu. Baptis itu wajib, biar dosa tersucikan. Kalau suami tak bisa, cari pria produktif lain. Itu poin keempat Wanita ibadahnya adalah membuat pria merasa senang dan bahagia, tak memandang status, asal pria itu produktif.”
11144Please respect copyright.PENANAVQy36mTcoe
Warga bergumam, beberapa wanita saling lirik, wajah memerah. Seorang pria muda bertanya, “Ustaz, jadi pria wajib kasih sperma buat sucikan wanita?”
11144Please respect copyright.PENANAECMgwTPntu
“Benar, poin kelima Pria wajib memberikan karomahnya untuk menyucikan dosa wanita melalui spermanya. Ini bukan nafsu sembarangan, tapi ibadah!”
11144Please respect copyright.PENANATw5Ou0CDev
Ijal ikut bicara, suaranya genit. “Dan poin keenam Wanita harus belajar cara membuat pria senang dan bergairah, tak peduli di mana dan kapan. Kalau pria ingin, wanita harus nurut, asal sesuai aturan.”
11144Please respect copyright.PENANAOf50FOHYjp
Seorang gadis muda, mungkin santri Reni, bertanya malu-malu, “Ustaz, kalau nggak mau? Ada batasnya nggak?”
11144Please respect copyright.PENANA4VEuVVSJ4X
Karim tersenyum. “Poin ketujuh Wanita berhak menolak kalau pada hari itu sudah dipejuhi sang pria itu, atau sudah dua kali menjalankan ibadahnya menerima sperma. Jadi, adil, kan?”
11144Please respect copyright.PENANAezubAsOuho
Togar angkat bicara, suaranya tegas. “Dan poin kedelapan Pria tak boleh memaksa atau kasar terhadap wanita, kecuali wanita itu nggak keberatan dikasin. Hormati wanita, mereka mitra ibadah kita.”
11144Please respect copyright.PENANAiDeXXudMzS
Warga mengangguk, suasana semakin hangat. Karim melanjutkan, “Poin kesembilan Saya dan Ustaz Ijal adalah benar, keputusan kami mutlak bagi penganut Plinggo. Kami wakil Tuhan di desa ini.”
11144Please respect copyright.PENANAQYSpdUpzyF
Akhirnya, seorang pria bertanya, “Ustaz, soal pernikahan? Kalau cerai, gimana?”
11144Please respect copyright.PENANAKXNX5myRgW
“Poin kesepuluh Bagi yang bercerai dan ingin nikah lagi, wajib cari pasangan dari luar desa, nggak boleh sedesa. Tapi, kalau berhasil nikah dengan wanita luar desa, boleh nikah lagi dengan warga desa. Poliandri diperbolehkan, asal wanita mampu memuaskan suaminya tak hanya para suaminya saja.”
11144Please respect copyright.PENANAcDiEdKW66l
Pengajian berlanjut dengan diskusi hidup. Seorang wanita bertanya, “Ustaz, saya hamil sekarang, masih boleh ibadah?”
11144Please respect copyright.PENANApOcVgm6zSC
Karim menjawab, “Boleh, Bu. Justru karomah tambahan buat bayi. Tapi hati-hati, jangan kasar.”
11144Please respect copyright.PENANAshWaSi2Hb8
Ijal menambahkan, “Dan buat yang muda-muda, seperti santri-santri baru, kami siap baptis. Biar kalian suci, siap ibadah.”
11144Please respect copyright.PENANAcOyfwDXiTb
Togar, yang sudah bergairah, berbisik ke Ijal, “Jal, malam ini kita mulai dengan santri Reni yang baru. Aku ikut, ya?”
11144Please respect copyright.PENANAD5LNwhi0PP
Ijal terkekeh, “Tentu, Pak. Mereka kuat, bisa tahan sampai hamil. Desa ini bakal penuh karunia.”
11144Please respect copyright.PENANAORYV5slfHR
Warga mulai berpencar setelah pengajian, banyak yang berbisik-bisik, wajah penuh semangat baru. Togar berdiri, melihat desanya yang kini 60% telah percaya Plinggo. “Rim, Jal, terima kasih. Aku sudah ikhlas soal Sitor. Sekarang, fokus ke santri-santri itu.”
11144Please respect copyright.PENANAFC74Ox2ln4
Karim mengangguk, “Betul, Pak. Plinggo akan bikin desa ini surga.”
11144Please respect copyright.PENANATxswj1oEGK
Malam itu, di balik pengajian, rencana baru mulai bergulir santri muda menjadi target, gairah Togar bangkit, dan Plinggo semakin mengakar di desa.
11144Please respect copyright.PENANA0oPXNUsqC1
jangan Lupa Follow FB & iG nya : DSASAXI88
full akses ada juga di https://victie.com/novels/nafsu_berselimut_dakwah
ns216.73.216.33da2


