Selingkuh dengan atasan suamiku

Aku dan Wahyu terus mengobrol, sampai kami

mengubah topik lain. Kami berbincang mengenai

pekerjaan Wahyu, dan tentang keseharianku di

rumah.

Namun, beberapa hari kemudian, suamiku mulai

bertingkah aneh dan terlihat semakin jauh dariku.

Setiap kali aku mencoba berbicara dengannya, dia

mulai bersikap defensif dan ingin sendirian.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dan aku mulai

merasa sangát tidak nyaman dan khawatir. Aku

mulai berpikir tentang kemungkinan adanya

masalah dalam hubungan kami, tetapi aku tidak

dapat memastikan apa yang salah.

Aku mutuskan untuk mencari bantuan dari Wahyu,

karena dia adalah teman dekatku dan dia selalu

dapat memberikan nasihat yang baik dan objektif.

Kiami bertemu satu sama lain dan aku bercerita

tentang apa yang terjadi dengan suamiku

Wahyu mendengarkan ceritaku dengan seksama

dan dia menasihatiku,"Mungkin suamimu

mengalami stres atau masalah pekerjaan yang

membuatnya sulit mengungkapkan perasaannya

Cobalah untuk memberikan dukungan dan

mengajaknya berbicara dengan jujur. Jangan terlalu

menuduh atau menyalahkan diri sendiri, tapi juga

jangan mengabaikan tanda-tandanya jika ada

masalah yang lebih serius."

Aku mengangguk dan berkata,"Terima kasih,

Wahyu. Aku akan mencoba membicarakan hal ini

dengan Bagas lagi. Aku berharap kita bisa

menemukan solusi bersama.

Namun, percakapan kami tidak berhenti di sana

Kami mulai membicarakan lebih banyak lagi

tentang hubungan dan pernikahan. Wahyu berbagi

kisah-kisahnya tentang hubungan yang bermasalah

dan juga kebahagiaan dalam pernikahan.

Aku merasa terbuka dan nyaman untuk berbicara

tentang hubungan kami dengan Wahyu. Dia

memberikan perspektif yang berbeda dan

membantuku untuk memahami sudut pandang

suamiku. Kami juga membicarakan tentang

komunikasi yang sehat dan cara memperkuat

hubungan kami.

Setelah percakapan itu, aku merasa lebih optimis

tentang masa depan hubungan kami. Aku merasa

lebih siap untuk menghadapi masalah dan bertahan

dalam hubungan kami.

Namun akibat aku sering bertemu dengan Wahyu

Entah mengapa, aku jadi merasa menjadi semakin

punya perasaan ketergantungan padanya.

Saat itu, aku pulang dari acara pesta ulang tahun

teman. Karena suami sedang ada di luar kota, jadi

aku pulang pergi sendiri. Namun saat aku keluar

dari cafe tempat diadakannya acara, aku bertemu

dengan Wahyu.

"Hey, kamu juga ada di sini?" sapa Wahyu, begitu

kami bertemu

Aku tersenyum dan mengangguk pelan,"lya, aku

datang ke pesta ulang tahun temanku. Kamu juga?"

Wahyu mengangguk sambil tersenyum,"Aku datang

karena diundang oleh salah satu temanku yang juga

datang ke sini. Terus, gimana pesta ulang tahunnya?"

Kami nulai ngobrol dan tertawa bersama, seperti

biasa. Namun, aku merasa gugup dan tidak nyaman

karenaaku masihnmemiliki| perasaan ketergantungan padanya.

"Kau/ pulang sendiri bukan? Bagaimana kalau aku

antar?" Wahyu menawarkan Aku ragu-ragu sejenak, tapi akhirnya menerimabtawarannya karena aku merasa lebih aman kalau ditemani oleh teman.

Kami masuk ke mobilnya dan Wahyu mengantarku pulang Di dalam mobil Wahyu bertanya,"Apakah ada

sesuatu yang terjadi? Kamu terlihat agak tegang tadi."

Aku menggelengkan kepala,"Tidak, hanya sedikit

capek saja karena acara tadi.'

Wahyu tersenyum padaku, dan itu terlihat sangat

menawan, sungguh.

Dia berkata,"Kamu tahu, aku senang sekali bisa

mengantarmu pulang. Dan aku ingin kamu tahu

bahwa aku selalu siap membantu jika kamu butuh

seseorang untuk diandalkan.'

Aku tersenyum kecil,"Terima kasih, Wahyu. Kamu

selalu menjadi teman terbaikku."

Waktu ferus berlalu. Aku semakin sering bertemu

dengan Wahyu. Kami selalu menemui alasan untuk

bertemu, mula dari sekedar makan siang bersama,

hingga berkumpul bersama teman. Waktu yang

kami/ habiskan bersama sangat menyenangkan..

Namun, semakin sering aku bertemu dengannya,

semakin kuat perasaan ketergantungan yang aku

rasakan padanya. Aku merasa nyaman ketika

bersamanya dan merasa bahwa aku dapat

berbicara apa saja padanya, termasuk mengenai

masalah dalam hubunganku dengan suamiku.

Aku mulai membandingkan perilaku suamiku

dengan perilaku Wahyu. Kedekatan kami semakin

meruncing dan akhirnya aku mengakui pada diriku

sendiri bahwa aku merasa jatuh cinta padanya

Aku tahu ini salah, dan aku tidak ingin

membahayakan hubunganku dengan suamiku atau

persahabatanku dengan Wahyu. Aku mencoba

menjauh dari Wahyu, tapi rasanya semakin sulit.

Suamiku pun semakin jauh dariku. Dia jarang

berbicará dengan aku dan saat aku mencoba

berbicara dengannya, dia selalu bersikap defensif

dan menolak untuk membuka diri. Aku merasa

frustasi dan kesepian.

ns216.73.216.139da2

Reading Theme:

Font Size:

Line Spacing:

Paragraph Spacing:

Load the next issue automatically